Pages

Thursday, December 27, 2007

Plontos






my plontos pictures

foto pertama diambil pake camdig Nikon.

sisanya pake camhp N73.

Mau ke Gereja




Foto ini diambil sewaktu mau ke gereja tanggal 26 Desember 2007 untuk Natal Day II.

Self-timer 10 seconds. Beginilah hasilnya.

Belum Makan

Kakak kerja (hari gini). Mamak ke kampung karena ada pesta pernikahan. Tinggallah gue sendiri di rumah.

Gue pun pergi ke warnet sekitar pukul dua belas lewat. Warnet Sukses ternyata gak sukses. Kecepatannya gak banget. Terpaksa pindah ke warnet yang waktu lalu aku pakai. Much better speed.

Nah, sekarang permasalahannya bukan masalah internet lagi. Gue belum makan.. Seharusnya gue masak sayurnya sendiri, tetapi karena ke warnet ini, gue belum masak dong.

Nah, setelah dari sini gue harus makan. Pertanyaannya, beli makan di mana? Yang manakah tempat yang menyediakan makanan enak di kampung yang hanya dalam 2 tahun terakhir ini aja gue kunjungi setiap libur Natal?

BPK atau apa ya?

Sariawan Ini

Tanpa sariawan ini, gue sudah termasuk orang yang susah bicara.
Dengan sariawan ini, gue terpaksa bicara seperti kumur-kumur.

Sariawan ini, tak seperti biasanya, sepertinya ingin tinggal di lidah untuk waktu yang lebih lama lagi. Sudah lima hari sariawan ini bertengger di lidah gue.

Sariawan ini tangguh juga, ya..

Monday, December 24, 2007

Kenapa Plontos?

Begitu gue menunjukkan kepalaku yang plontos, Nyokap langsung menyatakan ketidaksenangannya. "Kok sampai botak begitu? Ai anggo ho da."

Setelah kebaktian malam Natal selesai, banyak orang yang pangling dengan penampilanku sampai tak mengenaliku. Kemudian pertanyaan "kenapa plontos?" menjadi pertanyaan umum setelah mereka mengenaliku.

Setelah lebih dari beberapa pertanyaan kujawab hanya dengan senyuman, aku menjawab pertanyaan yang sama dari pendeta, "domma dokah lang sonon." (Sudah lama tak (plontos) seperti ini.)

Penting gak sih kenapa kepala gue plontos ditanyakan? :D

(foto kepala plontos masih belum diupload, euy.)

Sunday, December 23, 2007

Plontos

Sewaktu kakakku mencuci pakaian di rumah dan Ibu pergi melayat ke tempat orang meninggal di daerah Padang Bulan, aku pergi ke tukang pangkas di Simpang Pemda.

Kalau di foto samping gue masih gondrong, sekarang gue sudah plontos lagi. Kak, kalau lo baca ini, bersiap-siaplah di rumah menerima kenyataan rambutku sudah tak ada lagi.




foto di-crop dari foto di
sini

Lagi di Medan

Sekarang gue lagi di Medan. Kemarin berangkat dari Jakarta pukul 11.25. Tiba di Medan pukul 13.20.

Gue dijemput Kak Withri di Bandara Polonia. Bukannya langsung ke rumah, kami pergi dulu ke Sun Plaza. Kak Withri mau ambil uang di ATM sekalian makan siang.

I went home alone. My sister went to her boyfriend's house.

That's all the report from Medan,right through my sister's phone.

Thursday, December 20, 2007

Sebelum Pulang

Tanggal 23 nanti gue sudah pasti berada di Medan. Tiket yang sudah dipesan sejak Agustus lalu tidak mungkin tidak dipakai. Aku memang harus pulang tanggal 23 nanti, walaupun setelah dipikir-pikir "kenapa bukan tanggal 24 ya?"

Sebelum tanggal 23 itu tiba, sebenarnya banyak hal yang terjadi (dan tidak terjadi), terutama dalam minggu tenang dan minggu ujian ini. Lebih banyak hal yang terjadi (dan tidak terjadi) itu merupakan hal-hal yang tidak enak untuk diceritakan.

Akan tetapi, apapun yang telah terjadi (dan tidak terjadi) dalam dua minggu terakhir ini, besok (tepatnya malam ini) adalah hari terakhir aku harus merasa menderita. Hari Sabtu aku sudah harus mempersiapkan diri pulang ke Medan. Minggu pagi gue sudah harus ke bandara Sukarno-Hatta karena gue berangkat sekitar pukul 10.

Aku akan kembali ke Jakarta tanggal 8 Januari 2008. Setelah tanggal itulah hasil dari dua minggu terakhir ini baru akan diketahui.

Is it bad, or is it good? Whatever the results, I guess it would be better than what I had thinking for some time in the two last weeks. See you for the results show!


Wednesday, December 5, 2007

Usulan Tolol

Usulan gue memang usulan tolol, tetapi kenyataannya usulan tersebut malah dipakai.

Begini ceritanya. Tadi sore diadakan Pertemuan Umum Mahasiswa (PUM) di aula kampus gue. Seperti biasa, molor adalah kewajiban. Seharusnya dimulai pukul 15.30, PUM baru dimulai pukul 16.15.

Persyaratan sebuah PUM dinyatakan sah adalah minimal dua per tiga dari jumlah mahasiswa hadir, yaitu sekitar 143 orang. Kekhawatiran akan tidak terpenuhinya syarat tersebut memang terlihat dari 15 menit sebelum waktu dimulai, jumlah yang hadir hanya 80an orang.

PUM pun dimulai oleh pemimpin* sidang, yaitu Ketua BPM. Dia membaca syarat pertemuan tersebut sah, sesuai dengan AD/ART whatever it's name. Dan inilah yang membuat saya memberikan usul tolol. "..jika jumlah peserta tidak memenuhi syarat, maka PUM ditunda maksimal satu minggu. Dan bila pada PUM berikutnya jumlah peserta masih tidak memenuhi syarat, maka PUM dianggap sah.."

Setelah membaca peraturan tersebut, dia mengatakan jumlah peserta masih tidak memenuhi syarat. "Ada usulan konkrit?"

Aku berbicara-bicara dengan Hans. Aku sampaikan usulan tolol itu. Hans, gue gak berani ngomong, menyampaikannya di depan. Dan usulan tolol itu adalah: "PUM ditunda. Lalu laksanakan PUM berikutnya, segera setelah PUM ditunda."

Keputusan: "PUM ditunda pukul 16.20. Dan PUM berikutnya akan dilaksanakan pada tanggal 5 Desember pukul 16.30."

Usulan atau peraturannya kah yang tolol?

* : Pemimpin rapat menggunakan istilah yang salah, yaitu pimpinan.