Pages

Thursday, September 30, 2010

Siantar-Sibuntuon

Pulang dari KFC Cikini menumpang motor Daniel mengingatkanku atas perjalanan naik motor yang dulu pernah keluargaku lakukan. Lebih dari 20 tahun yang lalu.

Aku tadi sangat mengantuk. Aku menyenderkan kepalaku di punggung Daniel sementara motornya bergerak ke arah Talang. Aku memang langsung teringat kepada kenangan masa di Sibuntuon, sebuah desa di Kabupaten Simalungun, sebelum keluarga kami pindah ke Medan tahun 1990. Bapak, Mamak, kakak, dan aku pergi ke Pematang Siantar sepertinya cukup jarang. Kami pergi ke sana hanya dalam rangka membeli baju baru menjelang Natal atau hari ulang tahunku dan kakakku. Menaiki "kereta" GL-100 yang dimiliki Bapakku sejak di Situnggaling (sebuah desa di dekat tempat pariwisata Sipiso-piso).

Kenangan tentang naik "kereta" dari Siantar ke Sibuntuon muncul karena aku teringat kalau aku sering sudah mengantuk dalam perjalanan pulang kami. Masih kuingat kalau aku naik di atas kap tempat bensin di depan Bapakku. Aku memakai helm, jaket, dan sepertinya juga memakai kacamata. Maklum, seingatku sering ada sejenis kunang-kunang yang berterbangan di atas jalan yang kami lalui yang tentu akan menyakitkan kalau mengenai mata.

Mengingat kenangan itu, aku jadi sangat iri dengan Bapakku.

Cukup...

Kalasan Dalam 44B
30 September 2010
23:39

Wednesday, September 29, 2010

Komputer Perpustakaan

Ini tentang komputer perpustakaan, tempat aku sekarang mengetik tulisan ini.

Aku masuk sekolah ini tahun 2005. Aku masih ingat kalau dulu akses internet di sini sangat terbatas. Eh, tidak. Dulu ada warnet di depan, di ruangan PPWG sekarang. Hanya saja akses internet gratis hanya ada di perpustakaan. Itu pun terbatas untuk 30 menit satu orang. Salah satu pengguna aktif internet di komputer perpustakaan waktu itu sepertinya memang diriku. Tulisan pertamaku setelah masuk STT Jakarta pun sepertinya ditulis dan dikirim melalui komputer perpustakaan yang saat itu terletak di dekat kantor pegawai perpustakaan.

Sewaktu Friendster semakin dikenal waktu itu, ada banyak orang yang ingin menggunakan akses internet di komputer perpustakaan. Sampai-sampai pada akhirnya Friendster di-block menggunakan sebuah program. (Kalau tidak salah, aku ada menuliskan tentang itu di blog ini.)

Lalu Facebook mulai dikenal. Aku masih ingat kalau dulu aku masih sempat mengakses Facebook di meja komputer tempat aku berada sekarang. Entah bagaimana ceritanya, akses ke komputer di perpustakaan ini akhirnya tidak ada sama sekali. Itu karena waktu itu wi-fi sudah beroperasi. Cerita tentang wi-fi beroperasi di sekolah ini memang merupakan cerita lain juga yang di dalam cerita tersebut tidak akan bisa dilepaskan dengan pemblokiran Facebook dari wi-fi.

Sekarang, akses internet di komputer ini sangat menyenangkan. Tidak ada timer lagi seperti dulu. (Timer itu pun pada akhirnya "jebol" juga dengan baris command di Run.) Facebook dapat diakses, walaupun Facebook bukanlah tujuan utamaku lagi kalau mengakses internet. Yang membuat akses komputer ini menyenangkan buatku adalah (mungkin untuk sementara) aku tidak perlu lagi meminjam laptop orang untuk mengakses internet di sekolah.

Tulisan ini didedikasikan kepada para mantan pengguna setia komputer perpustakaan ini, kepada para mantan perusak timer. Dan kepada yang mengurus perpustakaan, terima kasih.

Komputer Perpustakaan, Perpustakaan STT Jakarta
30 September 2010
12:04

Monday, September 27, 2010

Ibadah Raya dan Malam Gembira tahun kemarin selalu menjadi kenangan buruk buatku. Hanya saja itu menjadi kenangan buruk karena cara berpikirku yang salah. Move on, Vontho!

27 September 2010

27 September sebenarnya merupakan tanggal yang spesial untuk STT Jakarta, kampusku. Hanya saja dalam dua tahun ini tidak menjadi spesial karena tahun lalu jatuh pada hari Minggu, dan tahun ini tidak ada orasi. Tahun ini tanggal 27 September 2010 menjadi tanggal pelaksanaan Ibadah Syukur.

Aku menulis ini bukanlah dalam rangka Dies Natalis STT Jakarta. Aku menulis ini hanyalah sebagai catatan harianku tanggal 27 September 2010 kemarin.

Aku bangun pagi dan langsung teringat sebuah tugas. Kak Ester dari BAA pun mengingatkanku lewat SMS kalau bahan yang diperlukan untuk penyelesaian tugas itu sudah ada di dia. Aku mengatakan kepadanya lewat SMS kalau aku akan datang ke kampus 30 menit setelah SMS itu aku kirim.

30 menit kemudian aku sudah ada di kampus dan mengambil bahan tugas itu ke BAA, pulang ke rumah, mengerjakannya, dan lalu mengirimkannya. Tugas selesai.

Aku ke kampus lagi. Bertemu dengan Aiko yang bertanya di mana plastik name-tag. Lalu aku kemudian melakukan tugas yang lain, tugas yang belum terselesaikan sejak hari Jumat. Senangnya bisa mengerjakan tugas itu bersama Mas Yudi yang sebenarnya bukan orang yang bertugas menyelesaikan tugas itu. Tugas itu selesai, dan aku menyerahkan hasil tugas itu kepada Mas Bambang yang akan melanjutkan proses selanjutnya.

Aku kemudian masuk ke Bengkel PK. Bertemu dengan Siro, Ribka, dan Ella. Berbicara mengenai tugas lain dengan Siro, aku menyadari kalau aku melakukan kesalahan. Karena kesalahan ada untuk diperbaiki, aku menanamkan dalam kepalaku kalau tidak boleh melakukan kesalahan yang sama lagi. Berbicara dengan Ella yang masih belum mengembalikan buku yang dia pinjam di perpustakaan atas namaku, aku membuat janji ke Ella kalau aku akan mengunjunginya ke asrama. Hanya untuk mengambil buku itu. Dan berpura-pura menggantikan peran Sosam untuk sementara. Lho?

Makan siang, aku bertemu dengan Abdiel. Dia mengajakku ke GKI Kayu Putih. Aku menyanggupi karena aku memang sedang tidak ada tugas lain. Pada akhirnya ada aku, Yesie, dan Abdiel yang berangkat ke GKI Kayu Putih menggunakan kendaraan milik kampus yang dikendarai Pak Supangat. Tujuan ke sana adalah membuat dekorasi. Dekorasi yang dibutuhkan memang sangat sederhana. Hanya menambahkan kain dengan beberapa warna ke salib yang terletak di bagian depan dalam ruang ibadah. Hasilnya menurutku sederhana dan menarik.

Kami pulang. Tiba di sekolah, aku masuk ke Bengkel PK lagi. Berbincang sejenak dengan Siro, Sergio, dan Aiko. Siro dan Aiko pulang, aku dan Sergio ke kantin. Di kantin aku bertemu Mas Bagus, alumnus STT Jakarta yang merupakan pendeta di Gereja Protestan Bali yang sedang studi S2 di STT Jakarta. Aku memang sudah sering bertemu dengannya, tetapi baru kemarin aku bertanya kepadanya tentang Bali. Wedding as business dan tentang kerukunan di sana. Tak lama, aku dan Sergio pulang ke kontrakan. Sebentar saja di kontrakan, aku ke kampus lagi. Ada bus yang harus diurus.

Tiba di kampus, aku bertemu dengan Kak Feri. Singkat cerita, tugasku untuk Ibadah Syukur ternyata bukan hanya dikerjakan olehku. Itulah sebabnya aku menyanggupi untuk menunggu bus yang masih belum datang. Bus jam 17.00 akhirnya berangkat pukul 17.00. Tepat waktu. Satu bus terakhir, akhirnya berangkat pukul 17.30. Tiba di GKI Kayu Putih 18.10, tepat saat prosesi masuk para petugas ibadah. Aku langsung ke tempatku bertugas. Ternyata memang ada untungnya bukan diriku saja yang bertugas di tempat itu.

Saat kata sambutan dari Ketua Panitia Dies Natalis dan Wisuda, aku baru menyadari kalau ada kesalahan informasi yang diterima jemaat GKI Kayu Putih tentang jam pelaksanaan Ibadah Syukur. Aku tak tahu apakah itu merupakan salahku. Tak penting juga sebenarnya untuk ditelusuri.

Saat turun dari ruang ibadah untuk makan malam, ada beberapa orang yang menanyakan hal yang sama. Kenapa tidak memegang kamera seperti biasanya. Ada tugas lain, kataku dalam hati. Lho?

Pelajaran penting hari kemarin buatku adalah aku tidak boleh sok sibuk. Harus tenang! Karena sok sibuk, aku melupakan handphoneku yang aku letakkan di atas kotak tempat persembahan. Untunglah aku menyadari kalau aku meninggalkan handphoneku ketika rombongan bus yang kembali ke kampus baru bergerak sejauh kurang lebih 250 meter dari gereja.

27 September 2010. Dies Natalis ke-76 STT Jakarta. Aku pikir aku tak mencintai STT Jakarta ini. (Kenapa kalimat penutupnya tidak nyambung begini?)

Kalasan Dalam 44B
28 September 2010
08:01