Pages

Monday, November 30, 2009

Proposal Paper Akhir TAA?

This is the proposal for the TAA class today.

Start with:

Penulis proposal ini (awalnya) tidak tahu hendak menulis apa untuk paper akhir mata kuliah Teologi Agama-Agama ini. Hanya saja, penulis berpikir kalau hal yang hendak dicapai setelah mengikuti kuliah ini adalah mahasiswa dapat menganalisa bagaimana teologi agama-agama yang dimiliki oleh seseorang, terutama orang Kristen. Melalui teori-teori yang ada, mahasiswa juga hendaknya dapat mengerti tentang berbagai paradigma yang ada dalam teologi agama-agama kontemporer. (Lihat Silabus)

Melihat tujuan mata kuliah ini, saya berpikir untuk menulis tentang apa teologi agama-agama yang sebaiknya (atau dapat disarankan) dianut oleh saya sendiri dan tentunya juga oleh orang Kristen di Indonesia. Seperti yang dipelajari di Pengantar Ilmu Teologi (dan di semester ini diulang dalam mata kuliah Teologi Perjanjian Baru oleh Dr. Samuel B. Hakh), sebuah teologi itu muncul dari pergulatan komunitas tertentu dengan konteksnya. Konteks Indonesia mungkin terlalu luas untuk dibahas. Oleh karena itu saya memilih untuk menggunakan konteks sebuah kampus di Bandung. Mahasiswa di kampus itu mayoritas beragama Islam. Kegiatan-kegiatan mahasiswa Kristen secara tidak langsung dapat dikatakan sedikit dihalang-halangi. (---> Persepsi?) Tidak seperti di STT Jakarta yang kegiatan kerohanian mahasiswanya tidak ada yang menghalangi, kegiatan kerohanian di kampus itu cukup banyak (dan cukup diminati). Hanya saja, menurut saya, pengajaran yang ada dalam kegiatan kerohanian mahasiswa di kampus ini cenderung ke arah eksklusivisme yang pada akhirnya menganggap orang lain adalah orang yang perlu diselamatkan. Hal ini yang kemungkinan dapat membuat mahasiswanya, setidaknya saya waktu itu, untuk memandang orang lain rendah karena tidak diselamatkan. (Menurut saya, tidak saya saja yang punya pemikiran seperti ini.) Pemahaman seperti itu dapat menjadikan seseorang hanya mau bergaul dengan "sesama yang diselamatkan", atau bergaul dengan semua orang tetapi selalu memiliki "hidden agenda".

Dengan konteks seperti itu, saya berpikir kalau teologi agama-agama yang perlu dikembangkan di kampus itu adalah teologi agama-agama yang berdasarkan "hospitality", atau berdasarkan "friendship." Apa ini? Saya masih belum tahu.

Hospitality dalam http://www.answers.com/topic/hospitality diartikan sebagai "An instance of cordial and generous treatment of guests." Sebuah contoh tindakan memperlakukan dengan ramah dan bermurah hati terhadap tamu-tamu. Jadi, orang-orang beragama lain haruslah diperlakukan sebagai seorang tamu yang diperlakukan dengan ramah.

Atau melalui "friendship". Sebuah artikel di New York Post (http://www.nytimes.com/2009/11/24/us/24amigos.html?src=tw) menceritakan tentang tiga orang pemuka agama dari tiga agama berbeda (Yahudi, Islam, dan Kristen) membentuk pertemanan. "They put everything on the table: the verses they found offensive in one another’s holy books, anti-Semitism, violence in the name of religion, claims by each faith to have the exclusive hold on truth, and, of course, Israel." Pertemanan yang mereka miliki sepertinya dapat disimpulkan dengan kalimat dalam artikel itu. “We try to honor the truth. This is the truth for you, and this is the truth for me. It may not be reconcilable, but it is important to refuse to make the other the enemy.” (Komparatif? Perspektivisme?)

Paper akhir saya pada akhirnya memiliki hipotesa: teologi agama-agama yang cocok diterapkan di kampus saya dulu adalah teologi yang berdasarkan "hospitality" atau "friendship" ini.

Note: proposal ini dimulai dengan ketidaktahuan dan juga diakhiri dengan ketidaktahuan.

Kontrakan Gak Jelas
1 Desember 2009
10:24

Saturday, November 28, 2009

"Gossip" by Father Flynn in Doubt

A woman was gossiping with her friend about a man whom they hardly knew - I know none of you have ever done this. That night, she had a dream: a great hand appeared over her and pointed down on her. She was immediately seized with an overwhelming sense of guilt. The next day she went to confession. She got the old parish priest, Father O' Rourke, and she told him the whole thing. 'Is gossiping a sin?' she asked the old man. 'Was that God All Mighty's hand pointing down at me? Should I ask for your absolution? Father, have I done something wrong?' 'Yes,' Father O' Rourke answered her. 'Yes, you ignorant, badly-brought-up female. You have blamed false witness on your neighbor. You played fast and loose with his reputation, and you should be heartily ashamed.' So, the woman said she was sorry, and asked for forgiveness. 'Not so fast,' says O' Rourke. 'I want you to go home, take a pillow upon your roof, cut it open with a knife, and return here to me.' So, the woman went home: took a pillow off her bed, a knife from the drawer, went up the fire escape to her roof, and stabbed the pillow. Then she went back to the old parish priest as instructed. 'Did you cut the pillow with a knife?' he says. 'Yes, Father.' 'And what were the results?' 'Feathers,' she said. 'Feathers?' he repeated. 'Feathers; everywhere, Father.' 'Now I want you to go back and gather up every last feather that flew out onto the wind,' 'Well,' she said, 'it can't be done. I don't know where they went. The wind took them all over.' 'And that,' said Father O' Rourke, 'is gossip!'

I just watch the movie. I thought the sermon brought by Father Flynn in the movie was great. That's why I copy-and-paste the sermon here.
copied from IMDB.com

Tuesday, November 24, 2009

Tidak Ada

Aku hanya mau menulis: "tidak ada".

Penting tidak?

KGJ
24 November 2009
23:22

Thursday, November 19, 2009

Random Thought

This is a random thought.

I'm sleepy. Why? I slept at about 12.26 am and woke up this morning at about 4.47 am. I don't know why I woke up that early in the morning though it was a very tiring day the day before.

Oh, let me tell my story about yesterday. Yesterday surprisingly I read the writing that had to be read for the quiz today. It was also a writing for the group that have to present their presentation today. I read the writing with Yesie, Yonea, and Debora. And sotoyly, while we were reading the writing and trying to comprehend it, I spoke in English to them. Namanya juga sotoy.

Is there any other thing that I have to write here?

Ah, I guess it's enough for now. I'm really sleepy. My head is not clear enough to think.

Perpustakaan STT Jakarta, Meja 10, Laptop Irmanda
20 November 2009
13:47

Wednesday, November 18, 2009

Face It!

"..dia ingin bilang.. aku ga suka kamu. Itu aja. Face it.. there's nothing we can do about it."

-from a friend in Soest, Germany.

That simple?

Friday, November 6, 2009

Iklan "Epilepsi"




"Epilepsi" dibuat oleh Panitia Malam Gembira Dies Natalis 75 STT Jakarta untuk ditayangkan sebagai iklan di acara Malam Gembira tanggal 30 Oktober 2009

Tuesday, November 3, 2009

Aku Makan II

(aku melanjutkan tulisan ini setelah menyantap makanan gratisan, sisa makanan di acara Sertifikasi Guru-guru Agama yang diselenggarakan di Aula STT Jakarta)

...lanjutan dari tulisan sebelumnya.

Makan saat sakit tentunya menjadi masalah buat kebanyakan orang. Dari masalah tidak selera, atau bahkan karena masalah perut yang menolak makanan. Saat sariawan atau ada gangguan di mulut pun kebanyakan orang akan terganggu dalam menyantap makanan. Hal itu tidak atau kurang berlaku padaku. Ini mungkin karena memang sudah sejak kecil aku tidak boleh tidak makan (kecuali dianjurkan demikian, misalnya pada waktu aku baru mengalami kecelakaan pada tanggal 26 Mei 1999) walaupun sedang sakit. Memuntahkan makanan pun sepertinya bukan pilihan buatku, karena aku harus makan lagi (bukan yang aku muntahkan tentunya) supaya perut jangan sampai kosong. Begitulah adanya sehingga dalam keadaan sakit seperti apapun aku pasti bisa menghabiskan makanan yang sudah menjadi jatahku. Sariawan, penyakit yang pernah aku tuliskan di blog ini sebagai penyakit bulananku, pun tidak pernah menghalangiku untuk makan dengan normal.

Soal sakit dan makan, aku punya cerita bodoh. Aku termasuk orang yang tidak terlalu mau merepotkan orang lain. Suatu waktu di tahun 2006, aku sakit demam biasa. Sepertinya begitu. Walaupun tubuhku sudah lemas, aku membeli sendiri makananku dengan berjalan cukup jauh ke warteg atau warung penjual makanan terdekat. Sakit tidak sembuh, aku malah menjadi tambah sakit karena kurang terawat. Aku bahkan sampai divonis gejala tifus karena sakitku yang akhirnya cukup lama sembuh itu. Sejak itu, aku mulai tidak ragu untuk merepotkan orang lain untuk membelikanku makanan bila aku sakit.

Ah, aku mentok. Aku hanya bisa menulis seri "Aku Makan" ini hanya sampai di sini.

Perpustakaan STT Jakarta, Meja 2
3 November 2009
19:40

Cinta Adalah...

Cinta adalah
Berbahagia untuk orang lain
Saat mereka bahagia
Sedih untuk orang itu saat mereka sedih
Bersama di kala senang
Dan bersama di kala sedih
Cinta adalah sumber kekuatan

Cinta adalah
Bersikap jujur kepada diri sendiri sepanjang waktu
Bersikap jujur kepada dia sepanjang waktu
Bercerita, mendengar, menghargai kebenaran
Dan tak pernah berpura-pura
Cinta adalah
Pemahaman yang begitu lengkap sehingga
Kita merasa seolah kita bagian darinya
Menerima dia sebagaimana dia adanya
Dan tak mencoba mengubahnya menjadi orang lain
Cinta adalah sumber kesatuan

Cinta adalah
Kebebasan mengikuti hasratmu sendiri
Sekaligus berbagi pengalaman dengannya
Pertumbuhan satu individu di samping
Dan bersamaan dengan pertumbuhan individu lain
Cinta adalah sumber keberhasilan

Cinta adalah
Kegairahan merencanakan bersama
Kegairahan melakukan bersama
Cinta adalah sumber masa depan

Cinta adalah
Amukan badai
Ketenangan pelangi
Cinta adalah sumber renjana

Cinta adalah
Memberi dan menerima dalam situasi sehari-hari
Bersikap sabar dengan kebutuhan dan hasrat pasangan
Cinta adalah sumber berbagi

Cinta adalah
Mengetahui bahwa si dia
Akan selalu bersamamu apa pun yang terjadi
Merindukan dia saat dia pergi
Tetapi tetap dekat di hati sepanjang waktu
Cinta adalah sumber keamanan

Cinta adalah
Sumber kehidupan

Susan Polis Schutz

dikutip dari Bettie B Youngs, More Taste Berries for Teens: Koleksi Kedua, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 221-222.

Aku mengutip tulisan di atas atas saran Yonea Sabatiari. Menurutku tulisan di atas adalah tulisan yang bagus.

Monday, November 2, 2009

Aku Makan

Aku baru saja makan siang di kantin sekolahku. Aku hanya makan nasi putih dengan lauk sayur capcay dan telor dadar. Itu sudah cukup untuk membuat perutku kenyang.

Makan. Itu bukanlah aktivitas yang terlalu spesial buatku. Buktinya aku sering melewatkan makan pagi atau makan siang atau makan malamku. Aku juga tidak pernah terlalu memilih-milih makanan apa yang akan aku makan.

Aku sering melewatkan salah satu waktu makanku bukan karena penghematan, tetapi lebih ke arah malas. Atau, karena aku sering menunda-nunda, salah satu penyakitku. Walaupun begitu, aku jarang (kalau dibilang tidak pernah sepertinya berlebihan) merasakan maagku sakit.

Berbicara tentang maag, aku jadi ingat kapan pertama kali aku kena penyakit maag. 27 Juni 1999. Itu adalah hari di saat Bapak akan diantar ke pemakaman. Waktu itu makan siang, dan menunya adalah nasi, rendang, dan sayuran. Sewaktu makanan sudah kutelan, aku merasakan sakit di lambungku. Besoknya aku dan Mamak langsung memeriksakan diriku ke Rumah Sakit St.Elizabeth. Just in case ada luka di dalam perutku akibat kecelakaan yang mengakibatkan Bapakku dirawat di RS Vita Insani Siantar sebelum akhirnya dia meninggal. Dua hari berikutnya aku di-rontgen. Ternyata tidak ada keanehan di perutku. Dokter hanya menvonis kalau aku sakit maag. "Karena banyak pikiran," kata dokter. Aku bertanya dalam hati, "apa? Banyak pikiran?" Vonis dokter aku terkena penyakit maag membuatku selama 3 tahun duduk di SMU Negeri 1 Medan selalu harus membawa bekal a.k.a bontot ke sekolah. Itulah pula yang menyebabkan diriku diberi julukan Dewa Bontot di Buku Tahunan SMUNSA 2002.

Makan di fastfood restaurant sebenarnya bukan pilihan buatku ketika aku baru menginjakkan kakiku di Bandung. Setiap kali jalan-jalan ke Bandung Indah Plaza sepulang mengikuti kebaktian di GII Dago, aku tak pernah terpikir untuk makan di McDonald. Bukan kelasku, pikirku saat itu. Cara berpikir seperti itu berubah ketika kakakku datang mengunjungiku. Dengan dialah aku pertama kali makan di McD BIP. Aku tidak ingat kapan tepatnya itu terjadi, tetapi setelah itu aku jadi tidak sungkan-sungkan lagi untuk makan di McD BIP dan rumah makan cepat saji sejenisnya.

Makan saat sakit tentunya...

bersambung

Isi Kepalaku?

Halaman tempat aku menulis ini telah terbuka sejak pukul 09.04. Aku baru bisa mengetik tulisan ini setelah jam di komputerku menunjukkan 10.34. Waktu terbuang begitu saja. Dalam waktu satu setengah jam, aku hanya bernyanyi untuk menyenangkan hatiku sendiri. Aku bernyanyi lagu Jamie Cullum, Michael Buble, dan Rod Stewart. Semua lagu yang kunyanyikan memang dapat menghiburku. Beberapa waktu setelah lagu selesai dinyanyikan, aku merasa kuatir lagi.

Yah, aku kuatir. Aku takut. Banyak hal yang aku takutkan dalam hidupku. Aku pernah membuat tulisan di blog-ku ini tentang Si Penakut dan Nila Setitik. Aku waktu itu menyebut diriku si penakut dan nila setitik. Penakut karena memang aku takut menghadapi masa depanku yang dari mataku memandang memang terlihat sama sekali tidak jelas, bahkan hingga saat ini ketika aku telah berumur seperempat abad lebih. Nila setitik? Aku lupa kenapa aku menyebut diriku nila setitik.

Aku sudah tak tahu mau menulis apa. Isi kepalaku sebenarnya penuh, tetapi aku pikir tidak mungkin menumpahkan semua isi kepalaku di sini.

KGJ
3 November 2009
10:40

Welcome Message Picture-ku di multiply-ku telah kembali. Aku memakai layanan GooglePages yang setahuku tak lama lagi akan tidak beroperasi juga.