Pages

Friday, March 30, 2007

Why Do You Love Me?

Immature love says
"I love you because I need you"

Mature love says
"I need you because I love you"

Erich Fromm

Gue melihat kutipan di atas di majalah Nea (suplemen Kompas) bulan Februari. Setelah berpikir berulangkali, muncullah pertanyaan, "why do you love me?"

Wednesday, March 21, 2007

"Kak"

Selasa lalu sewaktu gue masuk kelas Ibrani I, gue shock waktu seorang senior gue yang sama-sama mengulang denganku tiba-tiba memanggilku dengan "kak." Entah angin apa yang membuat dia memanggilku dengan panggilan itu, padahal selama ini gue manggil dia dengan panggilan yang sama terhadap senior-senior gue (kak atau bang).

Dia hanya salah satu dari beberapa orang dari senior gue yang tahu kalau umur gue lebih tua dari umumnya mereka yang masih duduk di tingkat 4 sekarang di kampusku. Tetapi dia satu-satunya yang manggil gue dengan panggilan itu. Makanya gue shock. Honestly, gue gak nyaman dipanggil seperti itu oleh senior gue. Tetapi mau bilang apa lagi. Masa gue ngelarang dia manggil gue dengan panggilan itu?


Panjang itu Baik, Pendek itu Kurang



Kemarin gue baru dapat hasil nilai UTS Hermeneutika Perjanjian Baru.


Setelah melihat punya teman-teman gue yang lain, kesimpulan pun bisa diambil. Semakin panjang jawaban, semakin baik nilainya. Semakin pendek jawaban, semakin kurang nilainya.






Thursday, March 15, 2007

Formula 1™ Post Schumacher

Hari minggu ini race pertama F1 musim ini akan digelar di Melbourne, Australia. Bagaimanakah Formula 1™ Post Schumacher?

Entahlah. Gue gak tahu bakalan seperti apa. Tetapi, hingga sekarang gue masih menyukai tim Scuderia Ferrari, tim Michael Schumacher selama 10 season terakhir.


Tuesday, March 13, 2007

Entahlah

Kepalaku sakit banget. Padahal aku sudah makan siang jam satu tadi. Aku jadi curiga terhadap tubuhku. Apakah terjadi masalah dengan pencernaanku, sehingga aku merasa kekurangan energi dalam melaksanakan segala kegiatanku yang tidak begitu banyak? Ataukah aku terlalu banyak pikiran?

Parahnya, tadi waktu aku mau pulang, Maringan John Nainggolan memintaku untuk menunggunya pulang kuliah jam 3. Dia ingin menitip revisi paper mata kuliah Hermeneutika Perjanjian Baru supaya dia tidak perlu ke kontrakan kami lagi. Tadi sih terdengar seperti hanya sebentar. Tetapi sekarang terpaksa menunggu sambi mengetik hal yang tidak jelas di laptopnya temanku tadi.

****! The dizziness is not berkurang...

DepanAula
March 13, 2007
3:19PM



Emilie Vigano in The Jakarta Post Today


I read a story of Emilie Vigano on The Jakarta Post. She is a French lecturer that teaches in Brawijaya University in Malang. She told the paper that there was a problem with her student here in Indonesia, something that shocking her.

"I thought they were really lazy," she said.

"I lost my temper for the first time, but that didn't do any good. People here are very kind but don't respect you when you get angry.

"I told my students (in the first semester she had about 50) that they were the next generation of hope, and Indonesia needed their knowledge and ability. They had the brains; if they didn't work hard now how could they do so in the future?

"They don't, but can still graduate. Some are very bright, but they have a romantic view of France.

"I was advised by a colleagues to take things more easily. This is the first time in my life that I've veen told I'm working too hard!"

What you have learned? "It is very hard to see things through another culture, but we must try. I know I'll be a better teacher when I go back to France because I'll be able to appreciate how difficult things are for outsiders. I should have done this when I was younger."

That's some last lines of the article about her. But, from the article I also know that it's not appropriate in Europe questioning somebody else about his/her private life. "I live in a kampong with a nice Indonesian family. Everyone is curious about my private life. In Europe asking such questions shows bad judgement. But I have to accept. I tell the truth. I'm Catholic, 25 and married. My husband is in France and we have no children.


from the article "Emilie Vigano: Don't call me bule, Mister!" The Jakarta Post, March 13, 2007.




Kalau tidak enak, ya jangan dimakan!

Sekarang aku lagi bete banget. Bangettt... Entah apa yang merasukiku. Tetapi, sejak tadi malam aku memang sudah merasa tidak enak. Selain badan yang terasa tidak enak, perasaanku pun tidak enak.

Seharusnya kemarin malam itu aku harus memilih antara belajar untuk ujian tengah semester mata kuliah Teori Pendidikan Kristen II atau mengerjakan pe-er Exercise 5 Ibrani I. Tetapi karena bawaannya gak enak, tak ada satupun dari dua pilihan itu yang terlaksana. Aku hanya bisa diam di atas tempat tidur di kamarku, atau melihat teman-temanku belajar.

Imbasnya sih sekarang perasaanku semakin tidak enak. Ujian tadi tidak sukses sama sekali. Aku hanya bisa menulis jawaban dengan singkat dan belum tentu benar. Sedangkan teman-temanku banyak yang minta kertas tambahan karena satu lembar kertas folio bergaris tidak cukup untuk menuangkan jawaban mereka.

Seharusnya sekarang di perpustakaan ini aku bisa mengerjakan pe-er Ibrani. Tetapi, perasaanku sudah gak enak sejak hanya bisa menjawab soal dengan singkat. Jadinya sekarang gue hanya bisa bingung dan mengetik tulisan ini. Oiya, ini adalah beberapa hal yang sempat melintas di pikiranku. Tadi aku sempat mempertanyakan apakah diriku memang tidak bisa menjawab pertanyaan dengan jawaban panjang tetapi tidak ngarang ataupun bertele-tele. Apa karena aku memang orang yang suka dengan hal-hal praktis saja? Atau otakku memang tidak bisa mencakup banyak hal karena memang hanya mengerti tentang banyak hal secara sepotong-potong saja? Atau, walaupun aku tahu banyak, aku memang tidak bisa menjelaskannya dengan baik?

Whateverlah.. Sekarang satu hal yang pasti, perasaanku gak enak. Badanku juga kerasa gak enak (sepertinya maagku ikut agak terganggu akibat pikiran-pikiran yang muncul di saat aku merasakan perasaan tidak menyenangkan ini). Aku pun malah tidak produktif. Pe-er Ibraniku sepertinya tidak akan selesai. Dan perasaanku nanti mungkin akan semakin tidak enak.

"Kalau tidak enak, ya jangan dimakan!"

Perpustakaan STT Jakarta
10:38
13 Maret 2007

(I write this writing in my friend's notebook. She gave her notebook to have me fix her Transtool.)


Saturday, March 10, 2007

Gue(?) Beli Laptop Asus A6


Gue barusan balik dari pameran komputer (Mega Bazaar apa gitu..) di Jakarta Convention Center. Tadi gue menemani seorang senior gue untuk beli laptop.


Singkat cerita.. Budget maksimal senior gue itu 6 juta. Setelah keliling hanya beberapa saat, gue langsung ngambil kesimpulan kalau yang dijual di sana hanya laptop dengan prosesor Intel® Celeron (M) atau Centrino Duo (gak ada yang Centrino doang). Berhubung budget hanya di bawah 6 juta, maka Centrino Duo tak terjangkau. Maklum, Centrino Duo minimal 7 jutaan deh (kayaknya).


Setelah gue ngambil keputusan (maklum, senior gue itu memang tidak tahu menahu tentang komputer), kami jadi membeli laptop di gerai Asus. Di spesifikasi standarnya sih RAM hanya 256MB. Tak minta 512MB. Dihitung-hitung, Mbak Endah-nya ngasi 5,93 juta. Deal..


Permasalahan muncul ketika harus mau membayar. Senior gue itu hanya punya kartu ATM BII dan katanya tak bisa debit pula. Makanya harus mencari ATM BII. Setelah keliling sebentar, akhirnya gue menawarkan diri untuk mengambil uangnya di ATM BII di Plaza Semanggi. (Gue pun jalan kaki pergi pulang dari JCC ke Plangi walaupun sebenarnya bisa naik bus.) Setelah menarik 3 kali 1,5 juta, ternyata penarikan 1,5 juta terakhir tidak bisa dilakukan. Gue pun ingat kalau ternyata rata-rata penarikan maksimum di ATM itu 5 juta. Setelah ber-sms-an, gue ngambil duit gue untuk nambahin sisanya.


Di perjalanan pulang, gue ngesms Mbak Endah-nya (dia sempat kasi kartu namanya ke gue). Nanya bisa gak hanya 5,9 juta. Eh, dia nelepon dan bilang bisa. Lalu kami pun ke gerai Asus lagi setelah Mbak Endah-nya selesai makan.


Barang diambil. Nah, saya kira memorinya diupgrade jadi 512MB. Ternyata, memori yang 256MB dibiarkan di dalam, dan ditambah yang 512MB. Jadi deh total memorinya 768MB. (Lumayan juga tuh, karena masih bersisa 640MB karena 128 dipake untuk VGA.) Lalu, OS (bajakan tentunya) di-install beserta segala jenis software (bajakan juga tentunya, kecuali software Asus dan Nero). Sementara teknisi melakukan peng-install-an transaksi pun dilakukan. The installing thing took almost 2 hours to get all things done (include download Norton Antivirus updater).


Kami pun pulang.. naik 213.


Dan inilah spesifikasi Asus A6Rp18CX yang tadi gue(?) beli:
Intel® Celeron(M)440 1,86GHz, 633(MB?)FSB
ATI Express 200M (128 shared VGA)
15,4" WXGA
HD80GB
4 in 1 card reader
1,3 MP Web Camera
DVD Combo
(bonus mouse optik Asus+tas laptop)


So, how's that?


Friday, March 9, 2007

Nasib Hadiah Itu

Beberapa waktu lalu gue sempat buat di sini kalau gue mau ngejual parfum oriflame Divine, hadiah dari kuis di website Gudang Garam. Memang sih gue mau ngejual tuh parfum karena gue bukan pencinta wangi-wangian dan juga parfum itu bukanlah untuk cowok. Selain itu tidak ada perempuan di Jakarta ini yang bisa gue kasi' tu parfum.


Akhirnya, sebelum ada yang mau beli tuh parfum, gue udah langsung nyatakan penjualan parfum itu gue closed. Dan sekarang parfum itu aku pakai kalo gue inget dan pengen pake. Gak perduli deh gue kalau orang mengenali wangi di tubuh gue itu wangi parfum cewek.


Nah, kalau Februari lalu gue dapat parfum dari website Gudang Garam, bulan ini malah kakak gue yang dapat CD Anggun The Best Of dari website yang sama. Padahal gue yang ngisiin lho kuisnya. Satu yang pasti, kakak gue gak bakalan buat hal yang sama dengan gue. Mencoba menjual hadiah...

Afar, Debu, dan Dust

Siang tadi aku mengikuti Ujian Tengah Semester mata kuliah Bahasa Ibrani 1, mata kuliah yang tahun lalu sudah kuambil tetapi hanya dapat nilai D. Sewaktu menemukan kata afar pada kertas ujian, aku tertawa sendiri mengingat sebuah cerita mengenai UTS Ibrani 1 tahun lalu.


Pak Santun, salah seorang mahasiswa seangkatan kami, bertanya kepada Armand setelah selesai UTS Ibrani tahun lalu.


"Armand, afar itu apa?" tanya Pak Santun kepada Armand dengan suara beratnya yang khas.
"Afar itu..  afar itu debu, Pak." Armand menjawab dengan sedikit menggunakan logat Sundanya.
Tak dinyana Pak Santun malah berkata, "saya pikir dust."


Nah lho?

Thursday, March 8, 2007

Coba ELBAnya dong!

Kemarin pesawat Garuda GA-200 kan jatuh. Nah, gimana kalau entah siapapun yang berwenang mencoba sinyal ELBA pesawat itu? Pas gak koordinatnya? Atau, bisa gak sih sebenarnya pihak yang berwenang di Indonesia mendapatkan sinyal tersebut? Masa harus pake data Singapura seperti kejadian Adam Air 1 Januari lalu?

Coba dong! Bisa gak?


Tuesday, March 6, 2007

Dasar Sempelah

Dasar sempelah... Anj***... KALO MINTA pulsa mau ngesms puluhan kali pasti gue kasi deh. KALO MINTA pulsa mau nelepon ke nomor XL juga bakalan gue kasi. Tapi ini tangannya jahil banget pake hape gue nelepon (itu pun pastinya hanya bermaksud missed call doang) TANPA PERMISI sampai pulsa gue berkurang sekitar 5 ribu perak. Dasar goblok.. Gak tahu apa kalau pulsa gue itu berkurang begitu mendengar suara setipis apapun dari orang yang ditelepon ataupun mendengar suara mesin penjawab tak berguna dari nomor orang yang mengaktifkannya.

Parahnya ni orang nelepon ke nomor Bandung. (Gue tahu nomor yang ditelepon itu adalah nomor IM3 Bandung.) Bisa gue tebak kalau dia itu mencoba neleponnya DUA KALI makanya berkurang sekitar 5 ribu perak. Sialnya, gue baru tau barusan kalau tangan jahil si brengsek yang kurang ajar sok tahu pake hape gue itu menggunakan pulsa rupiah gue yang gue sangat butuhkan untuk memperpanjang ringbacktone gue bulan depan..

DAMN!!!!!!!!!!!

(the text was written to make me calm down, March 6, 2007 10:04PM)

Gue gak tahu siapa yang pake hape gue..
Tetapi, supaya jelas saya mengumumkan ini supaya dapat dimaklumi

NOMOR GUE GAK BISA DIPAKAI UNTUK MISSED CALL
SETIPIS APAPUN SUARA YANG TERDENGAR DARI LAWAN BICARA SUDAH MEMOTONG PULSA GUE
APALAGI KALAU MASUK VOICE MAILBOX
JADI, TOLONG JANGAN MENGGUNAKAN HAPE GUE UNTUK MENCARI TAHU APAKAH NOMOR SESEORANG ITU SEDANG AKTIF ATAU TIDAK
ATAU SEKADAR MISSED CALL DOANG JUGA TIDAK BOLEH!

(this is an announcement I made in our house's mading)

Monday, March 5, 2007

Insomnia (lagi) kah?

kerjain tugas...
main kartu dengan teman-teman...
ngobrol dengan teman-teman...
nonton Liga Champions...


...membuat gue sekarang susah tidur dan akhirnya jumlah jam tidur per hari gue berkurang dalam dua minggu terakhir.


Tadi pagi gue baru bisa tidur pukul jam 4, tetapi pukul 7.30 udah di kampus. Parahnya sehari sebelumnya gue tuh tidur pukul 5, tetapi sudah bangun pukul 8.00 dan tidak ada tidur sampai pukul jam 4 tadi pagi. Inipun gue belum ada tidur lagi.


Insomnia (lagi) kah?

Friday, March 2, 2007

Belagu karena Tulisan

"Belagu banget nih orang.. Kayak orang benar aja tulisannya.." Setelah mendengar ucapan itu, Andre, teman gue, melihat ke arah monitor orang yang duduk di sebelahnya, orang yang mengucapkan perkataan itu. Dan ternyata Andre melihat terdapat foto gue memakai kaca mata di monitor itu. Begitulah ceritanya sehingga perkataan itu sampai juga ama gue.


Gue langsung berusaha membayangkan apa sebenarnya yang dilihat orang di sebelah Andre itu. Benarkah tulisanku yang dia lihat? Benarkah fotoku yang dilihat Andre? Lalu gue mengingat kalau beberapa waktu sebelumnya gue memang mengganti headshot gue yang di multiply. Benar, di foto itu gue dengan jelas terlihat sedang memakai kacamata. Berarti memang benar tulisan gue yang dikomentari oleh orang yang duduk di sebelah Andre itu.


Belagu? Kayak orang benar aja? Gue gak begitu tahu tulisan yang mana yang orang itu komentari sehingga mengambil kesimpulan kalau gue itu belagu dan "kayak orang benar aja." Gue pun bertanya-tanya apakah memang selama ini tulisan gue di multiply lebih banyak menimbulkan kesan kalau gue itu seperti yang orang itu bilang. Tetapi akhirnya gue menghibur diri gue dengan ini: setiap orang memiliki perspektif sendiri sewaktu menulis. Setiap menulis, penulis pasti menganggap apa yang dia tulis itu memang yang (paling) benar dari sudut pandang penulis itu sendiri.


Kesimpulan gue: Kalau orang bilang gue belagu karena tulisan gue, kayaknya itu gak jauh berbeda deh dengan kalau ada orang yang bilang Habibie belagu karena buku yang dia tulis.


So, what the problem is?