Pages

Monday, August 30, 2010

Bukan Penyakit Komplikasi

Perutku sakit. Belum juga dada ini sembuh, perut ini juga ikut-ikutan sakit. Kenapa? Aku tidak tahu pasti. Hanya saja dalam seminggu terakhir ini pencernaanku memang kurang baik. Aku pikir ini pasti karena makanan yang aku makan. Yang membuatku heran, beberapa hari terakhir ini kan aku di tempat kakakku. Kenapa bisa sakit juga?

Aku tahu tulisan ini sepertinya hanya tulisan lain yang sifatnya dapat dikategorikan sebagai keluhan. Aku memang sedang tidak punya topik menarik yang aku ingin tuliskan tentang apa yang sedang aku alami belakang ini. Aku lebih memilih menuliskan tentang sakit perut ini karena rasa sakit di dada ini masih belum sembuh juga.

Oh iya, tadi siang aku berkonsultasi lagi dengan Bu Dokter Fiona. Lewat pesan pendek. Mengenai sakit di dada ini, dia menyarankan aku untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat dulu dalam minggu ini. Kalau tidak sembuh juga, aku harus ke dokter. Itulah sebabnya diriku harus menjauhkan diri dulu dari lapangan Borobudur, supaya diriku tidak tergoda untuk berolahraga.

Eh, ada yang lupa. Selain sakit perut, aku juga sepertinya sedang akan terkena penyakit flu juga. Jadi, istirahat memang sebuah keharusan. Lalu ada juga sariawan. Penyakit yang dulu penyakit bulananku ini sekarang muncul di daerah yang sulit dijangkau oleh makanan. Sariawan yang muncul di lidah atau bagian-bagian rongga mulut yang akan sangat mudah terkena makanan malah bukan menjadi masalah buatku.

Penyakit-penyakit yang sedang kuderita ini sepertinya tidak cocok disebut penyakit komplikasi. Kenapa? Aku pun tidak tahu. Nanti saja aku tanya Dokter Fiona. *lho?*

Netbook Andriyan, Perpustakaan STT Jakarta
30 Agustus 2010
17:43

Friday, August 27, 2010

Sakit di Dada

Dada ini sakit. Rasa sakit di dada ini mulai terasa kemarin pagi sewaktu aku baru bangun tidur. Aku kemudian curiga kalau rasa sakit ini muncul karena aku tidur di bawah hembusan angin pendingin ruangan di tempat teman aku menginap.

Rasa sakit di dada yang kualami sekarang ini bukan yang pertama kalinya kurasakan. Ini mungkin yang ketiga atau yang keempat kalinya kurasakan selama di STT Jakarta. Penyebabnya? Aku sampai sekarang tidak tahu pasti.

Sekitar setahun atau dua tahun yang lalu aku mengalami hal yang sama. Waktu itu aku hanya berkonsultasi dengan seorang teman SMU yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UI. Aku bertanya apakah mungkin yang kualami adalah sakit paru-paru basah. (Aku bertanya demikian karena walaupun aku tidak merokok, aku pernah melakukan tindakan tolol yang setahuku dapat merusak paru-paru). Dari informasi yang kudapat darinya, aku bukan mengidap penyakit paru-paru basah (atau sebenarnya disebut TBC). Sebagai informasi saja, pengidap TBC sering berkeringat di malam hari walau cuaca tidak panas.

Kembali ke sakit di dada ini, aku merasakan sakit di dada seperti ini adalah yang kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Pertama kalinya adalah sewaktu berada di Cipanas menjadi pandu acara dan perlengkapan acara Pertemuan Raya Pemusik Gereja. Aku merasakan sesak di dada sewaktu bernafas, waktu itu di dada bagian kanan. Malam sebelumnya aku memang mengangkat beban cukup berat hanya dengan menggunakan tangan kananku. Rasa sakit terkadang muncul dan lalu hilang di hari itu. Dan lalu rasa sakit di dadaku tidak terasa lagi di hari berikutnya.

Rasa sakit di dada kali ini sepertinya lebih parah. Kalau sewaktu di Cipanas waktu itu tidak ada bagian yang terasa sakit bila ditekan, kali ini di tulang rusuk kiri ketiga atau keempat dari atas terasa sakit bila ditekan. Kemarin pagi sampai siang sebenarnya tidak terlalu parah. Hanya saja, rasa sakitnya semakin parah karena sorenya aku bermain basket.

Dari konsultasi dengan Fiona Amelia, seorang teman ketemu di Cipanas, aku berkesimpulan kalau sakit di dadaku ini tidak parah. Namun dari beberapa kali mengalami sakit di dada seperti ini, sepertinya penyakit ini muncul karena aku kecapaian (bakunya "kecapaian" atau "kecapekan"?).

Lekaslah hilang wahai kau, Sakit di Dada.

Perpustakaan STT Jakarta
27 Agustus 2007
15:51

Tuesday, August 24, 2010

Rambut Baru

Aku memangkaskan rambutku di tukang pangkas di Manggarai dua hari yang lalu. Dan ini adalah beberapa komentar tentang penampilan rambutku yang baru.

"Wah, baru pangkas kau, Bang. Jadi makin tampan aja nih.."
"Cie.. yang rambut baru. Jadi tambah keren.."
"Yah, kok dipotong, Kak? Gak keren lagi lah kayak pemain film Korea.."
"Wah, rambut baru. Saya sampai tidak bisa mengenali barusan.. tapi bagus kok."
"Begitu dong. Tampak jauh lebih muda."

Masih ada beberapa komentar lagi, tetapi aku lupa. Hanya saja memang lebih banyak yang suka rambutku dipotong dibanding panjang seperti kemarin.

Lalu, sebenarnya kenapa aku memangkaskan rambutku? Alasan utama bukan karena disuruh Nyak. Aku memang sudah ingin memangkaskan rambutku sebelum Nyak datang. Hanya saja aku memang sengaja ingin memperlihatkan rambutku yang panjang ke Nyak. Sewaktu Nyak melihat rambutku, Nyak cuma bilang, "mase ma sonin ganjangni jambulanmin? Lang jenges huidah." ("Kenapa rambutmu panjang seperti itu? Jelek kulihat.") Yang mengherankan, Nyak berpikir kalau aku mengkeritingkan rambutku. Padahal rambutku memang cenderung berombak (atau malah keriting) kalau dibiarkan panjang.

Nah, dengan penampilan rambutku yang baru ini, sepertinya akan ada yang terpikat. *nah, lho?*

Perpustakaan STT Jakarta
25 Agustus 2010
10:54

Monday, August 2, 2010

Siang Tadi

Aku memandang wajah seorang perempuan. Masih SMA. Duduk di depan mamanya, sepertinya.

Menarik, pikirku. Beberapa kali aku dan dia saling berpandangan. Entah kenapa aku tidak mengalihkan pandanganku. Aku terus memerhatikan. Aku memerhatikan gerakan bibirnya, ingin tahu apa yang dia katakan kepada mamanya. Dugaanku mamanya dan papanya sedang cekcok. Tak tahu dugaanku benar atau tidak. Hanya saja beberapa kali dia mengusap matanya dengan tisu.

Aku lalu pergi. Aku pergi karena aku pikir dia sudah cukup terganggu bertemu pandang denganku. Berkali-kali.

Siang tadi di KFC Cikini.

(berdasarkan sms yang aku kirim ke TWTTR pada 30 Juli 2010, 22.53-23.03)

Sunday, August 1, 2010

Kesetiaan?

...

gue (10:49:31): "...ada nggak cewek yang benar-benar lo suka dan lo inginkan jadi pasanganmu sekarang ini?"
dia (10:49:52): "Dian Paramita Sastrowardjojo* von"
dia (10:49:56): "katakanlah pada dia"
gue (10:50:01): "hadoooohhhh..."
gue (10:50:07): "susaaaaaaahhh..."

Sewaktu nama lengkap cewek itu dia tuliskan, memang begitulah aku berteriak.

Kesetiaan? Entahlah...
Yang pasti aku akan setia menunggu kelanjutan ceritanya dengan Dian*.

KGJ
2 Agustus 2010
13:01

*: bukan nama sebenarnya

Leksionari Harian

Aku sering merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam tentang apapun selama aku kuliah di STT Jakarta. Padahal aku sudah 5 tahun kuliah. Dan ya, aku masih belum lulus kuliah. Masih ada minimal 3 semester lagi baru aku lulus kuliah dari STT Jakarta.

Walaupun aku merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam, aku tetap memiliki ingatan yang cukup baik tentang beberapa hal dari beberapa mata kuliah yang aku ikuti di sekolahku. (Aku memang lebih sering menyebut STT Jakarta sebagai sekolahku daripada kampusku.) Salah satu mata kuliah yang membuatku sering mencatat catatan yang aku sebut sebagai catatan tidak penting adalah kuliah dari Pak Rasid Rachman. Bukan kuliahnya tidak penting, tetapi catatanku lebih sering kusebut begitu, walaupun isi catatanku sebenarnya tidak terlalu tidak penting.

Salah satu hal yang aku ingat dari kuliah Pak Rasid Rachman adalah tentang leksionari harian. Leksionari sendiri merupakan daftar teks pembacaan Alkitab setiap hari Minggu yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam 3 tahun liturgi. (Untuk ini ada yang namanya Leksionari Tahun A, Leksionari Tahun B, dan Leksionari Tahun C.) Selain leksionari yang dipakai untuk ibadah setiap hari Minggu, ada juga leksionari harian. Leksionari harian ini adalah daftar pembacaan Alkitab setiap hari yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam waktu 2 tahun. Leksionari sendiri terdiri dari daftar pembacaan teks Perjanjian Lama, Mazmur, Surat Rasuli, dan Injil.

Seingat ingatanku yang cukup payah ini, tujuan penggunaan leksionari di dalam ibadah setiap minggunya adalah agar jemaat dapat membaca seluruh teks Alkitab dalam tiga tahun. Di GKI, gereja yang setahu saya memakai leksionari, khotbah diharapkan dibuat berdasarkan ke-empat teks bacaan berdasarkan leksionari tersebut. Dengan demikian, khotbah setiap minggunya sangat kecil kemungkinannya didasarkan pada teks yang sama dalam jangka waktu tiga tahun. Dan pembacaan teks setiap minggunya biasanya merupakan sebuah kesinambungan. (Lih. http://rasidrachman-volunteer.blogspot.com/search/label/leksionari)

Nah, aku sebenarnya ingin membicarakan tentang leksionari harian. Namanya leksionari harian tentunya tujuannya untuk dibaca setiap hari. Pembacaan menurut leksionari harian ini dapat dilakukan untuk ibadah harian yang dilakukan di kantor-kantor, sekolah-sekolah, ataupun untuk pembacaan pribadi. Belakangan ini aku memang sedang ingin mencoba menggunakan leksionari harian sebagai pembacaan setiap hari. Hal ini aku lakukan karena mulai cukup risih dengan buku renungan harian (entah kenapa), dan juga ingin mencoba membaca keseluruhan Alkitab (yang belum pernah aku lakukan sebelumnya) dengan cara seperti ini. Enaknya membaca Alkitab dengan merujuk ke leksionari harian adalah adanya kesinambungan dari setiap teks yang dibaca setiap hari, dan aku pun akhirnya membaca bagian Alkitab yang selama ini sepertinya tidak pernah aku baca sama sekali. Permasalahan dengan pembacaan Alkitab secara pribadi adalah tidak adanya kesetiaan (ya ampun, bahasaku!) untuk benar-benar mempersiapkan waktu untuk membaca. Nah, lho?

Lalu, hari ini setelah membaca bacaan hari ini, aku sarapan. (Apa hubungannya, Von?) Setelah sarapan, aku menemukan sebuah buku berjudul Our Daily Bread (2010 Annual Gift Edition). Aku kemudian membaca tulisan "The Bible in One Year". Wow, pikirku. Satu tahun? Pembacaan dengan leksionari saja membutuhkan dua tahun. Itu berarti bacaan per harinya panjang-panjang, pikirku. Dan ternyata memang benar. Satu hari bisa membaca 3 pasal dari PL dan satu pasal dari PB. Membaca yang cukup pendek dengan menggunakan leksionari saja aku cukup sering merasa tidak punya waktu, apalagi membaca yang cukup panjang seperti itu. Hanya saja yang menarik dari Our Daily Bread adalah renungannya. Aku tadi membaca renungan untuk hari ini dan menurutku cukup menarik karena berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Itu memang hal yang tidak akan didapatkan dengan membaca Alkitab dengan mengikuti pembacaan leksionari harian. Hanya saja, dari pengalamanku membaca dengan cara itu, ada kesinambungan juga antara 4 teks bacaan yang dibaca pada hari itu. Renungannya? Aku harus memikirkan sendiri apa yang dapat kurenungkan dari bacaan hari itu.

Nah, seperti biasa. Sekarang aku tidak tahu lagi mau menulis apa. Dengan demikian tulisan ini diakhiri dengan pertanyaan, kalau kamu... ya, kamu yang membaca tulisan ini. Kalau kamu diminta untuk memilih, kamu mau memilih jenis pembacaan yang seperti apa? Pembacaan leksionari, pembacaan versi Our Daily Bread, atau pembacaan renungan saja?

KGJ
2 Agustus 2010
11:36

Catatan: tulisan di atas kebenarannya belum dapat dipertanggungjawabkan. Jadi bagi kamu yang memiliki pengetahuan yang lebih dalam dari pengetahuan seadanya yang aku paparkan di atas, mohon memberikan komentar atau masukan. Terima kasih.

Coretan Awal Bulan

Sudah lama tidak menulis dengan topik tidak jelas di blog ini. Jadi ini adalah percobaan untuk menulis lagi dengan topik yang sangat acak.

Baiklah, cerita kita mulai dengan liburan dua bulan ini. Liburan? Ya, aku menyebutnya liburan. Teman-temanku yang lain memang tidak liburan dalam dua bulan ini. Kenapa aku malah liburan? Yah, itu karena aku memang terlalu bodoh waktu itu sehingga mengambil keputusan yang salah yang pada akhirnya malah membuatku harus berlibur selama dua bulan ini. Apakah aku benar-benar berlibur? Sebenarnya tidak juga. Ada sebuah urusan yang harus diselesaikan di bulan Juni lalu. Urusan itu sebenarnya tidak terlalu susah untuk diselesaikan dalam waktu yang cepat, tetapi pola pikirku yang sering agak terganggu dalam masa-masa cukup tegang selalu membuatku lambat sekali dalam menyelesaikan urusan itu. Itu pula yang membuatku sebenarnya tidak murni liburan di bulan Juni lalu. Cara hidup hampir tidak normal sama sekali karena makan tidak teratur, tidur pun tidak teratur. Dan itu semua karena urusan itu, dan karena aku juga tidak bisa mengubah cara pikirku yang aneh waktu itu. Yang membuatku akhirnya menyelesaikan tugas itu adalah rasa tidak enak yang muncul karena kakakku membuat pernyataan yang membuatku merasa tidak nyaman waktu itu. Akhirnya aku pun mau tidak mau menyelesaikan urusanku itu. Anehnya, aku yakin urusanku itu akan selesai walaupun aku menyelesaikan urusan itu bukan dengan cara terbaik yang menurutku harus aku lakukan. Sebaliknya malah kakakku yang sepertinya agak ragu dengan apa yang telah aku lakukan. Pada akhirnya, urusan itu memang selesai. Aku dinyatakan lolos, bukan lulus atas urusan itu.

Pernyataan bahwa aku lolos dari urusan itu membuat hidupku mulai kembali cukup normal. Bulan Juli kujalani dengan banyak hal yang berhubungan dengan benar-benar berlibur. Di dua minggu awal memang aku cukup turut sibuk dalam proses pemakaman dosen kami, Kak Christina Mandang, yang meninggal dunia akibat kecelakaan di Grand Rapids, Michigan, USA. Ada seorang temanku juga yang dioperasi di Rumah Sakit St. Carolus yang membuatku malah jalan-jalan bersama Armand di PIM. Setelah pemakaman Kak CM, aku benar-benar menikmati liburanku. Aku sering jalan-jalan ke mall, tempat yang memang sering kukunjungi kalau liburan. Tepat setelah pemakaman saja aku dan beberapa teman berkunjung ke Plaza Semanggi untuk makan (waktu itu aku memang belum makan seharian), dan bermain di Game Master-nya. Setelah itu aku dan Sergio sempat menginjakkan kaki kami di Plaza Senayan untuk urusan jam tangan, dan ke JCC untuk menghadiri pameran komputer dan seluler. Dan beberapa kali di bulan Juli lalu aku pergi ke Grand Indonesia dengan alasan mau mengambil duit di ATM dan aku perginya dengan pakaian yang sama yang aku kenakan sewaktu tidur. Bulan Juni aku hanya menonton sekali, Sex and The City 2. Bulan Juli kemarin, aku sudah menonton 4 kali. Dua kali menonton Despicable Me (3D), Inception, dan yang terakhir Salt. Itu tanda-tandanya hidupku kembali normal kalau menurut Daniel, temanku yang suka menonton.

Nah, permasalahan dari menulis dengan topik acak seperti ini adalah aku suka ingin menghentikan tulisannya sesegera mungkin. Jadi, tulisan ini aku akhiri saja seperti ini. Bila ada pertanyaan lebih lanjut dari tulisan di atas, silahkan meninggalkan komentar di blog ini.

KGJ
1 Agustus 2010
23:06

Starbucks

Cerita ini bermula setelah makan bihun goreng di tempat biasa di Dempo. Aku yang belum meminum apapun setelah makan malam tadi itu akhirnya memutuskan untuk membeli Granita. Aku pun jadi teringat pembicaraanku dengan kakakku kemarin di rumahnya. Granita memang selalu mengingatkanku terhadap Starbucks: sekali membeli kopi di Starbucks sepertinya bisa untuk membeli satu kotak Granita untuk 30 hari, pikirku.

Hanya saja pembicaraanku dengan kakakku kemarin bukan hubungan antara Granita dan Starbucks, tetapi tentang pernah minum di Starbucks atau tidak dan apa yang membedakan Starbucks dengan kopi lainnya.
"Udah pernah minum di Starbucks belum, Kak?"
"Belum sih."
"Sama. Aku juga belum"
"Eh, udah ding. Sekali. Tapi di Singapore."
"Hehehe...."

Dan pembicaraan kami kemudian berlanjut ke pembicaraan tentang rasanya yang menurutnya biasa saja. Lalu apa yang membedakan? Aku pernah mendengar kalau Starbucks itu membeli kopi dengan cara membelinya langsung dari petani kopi. Tidak terlalu jelas memang cerita yang aku pernah dengar itu.

Nah, aku sebenarnya membuat entry ini salah satunya adalah untuk bertanya bagi yang sudah pernah/sering minum kopi di Starbucks, apa yang membedakan minum kopi di Starbucks dengan minum kopi lainnya?

KGJ
1 Agustus 2010
21:58