Pages

Friday, January 21, 2011

Still Have The Reason

Lomba Foto Adven 2010. I won the Gold.

After Pak Kadarmanto explain much about the photos submitted, I had realized that it was impossible for me to get the Platinum. (I even thought that I wouldn't get any.)

Thank God I still got the Gold. Soon after my number was announced, and I stood in the front, I immediately thought that the participant number 17 would be the Platinum winner. And it was true.

I didn't got the camera. That's why I still have the reason to borrow camera. From anyone who may lend me. Yaay..

Thursday, January 20, 2011

Kebetulan

Kebetulan. Apakah memang kita tidak boleh mengatakan sesuatu terjadi karena kebetulan? Apakah segala sesuatu terjadi yang dapat dikategorikan kebetulan bukanlah hanya kebetulan semata? Bukankah kalau kita tidak menyebutnya sebuah kebetulan, maka kita akan berusaha mencari-cari alasan mengapa sesuatu yang terjadi kebetulan itu terjadi secara kebetulan?

Katakan saja begini. Aku sangat jarang online di awal tahun 2011 ini. (Mukjizat, bukan?) Aku hanya menuliskan beberapa tulisan di blog ini lewat email menggunakan Messaging di ponselku. Suatu hari di awal Januari ini, aku menulis sesuatu. Ternyata ada orang lain pula yang menulis status yang isinya bersinggungan dengan sesuatu itu. Bukan kebetulan kah?

Hal seperti itu terjadi berulang kali dalam 21 hari pertama tahun 2011 ini. Hanya kebetulan?

What (is) a coincidence? What a coincidence!

Friday, January 14, 2011

Perempuan Manis di Kereta Tadi

Tadi di kereta. Berangkat jam 20.55 dari Manggarai. Tujuan Serpong.

Aku duduk. Tepat di seberang dua orang perempuan. Aku tertarik. Kepada yang rambutnya panjang, setengah panjang ujung rambutnya bergelombang. (Susah menggambarkannya, tetapi aku pikir model rambut seperti itu sekarang sedang tren.) Bukan karena model rambutnya saja. Dia mirip seseorang. Yang pernah kusuka. Perempuan berlabel.

Aku memerhatikannya. Hampir sepanjang perjalanan. Aku suka melihat ekspresinya. Saat berbincang dengan temannya. "Omongan lo nggak nyampe di otak gue," ucapnya mungkin mengutip temannya yang lain. Dan juga saat memeriksa ponselnya.

Stasiun Tanah Abang. Pandanganku terhadapnya mulai tertutup. Oleh penumpang yang berdiri. Aku masih tetap dapat melirik. Setiap kali penumpang yang memisahkan kami (*halah*) bergerak. Memberi ruang diriku melempar pandanganku kepadanya.

Aku lalu senyum-senyum sendiri. Ada seorang Bapak. Menyender di tiang, tepat di samping tempat aku duduk. Sebuah ide tolol muncul.

"Pak, silahkan duduk," ucapku terhadap bapak yang menyender di tiang.
"Mau turun?" tanya bapak itu.
"Tidak, Pak. Saya hanya mau berdiri supaya saya dapat melihat perempuan manis yang duduk di seberang situ."

Itu terjadi di dunia ide. Kalau dibuat film, aku memilih Ringgo Agus Rahman yang memerankannya. Skenario berikutnya disesuaikan dengan karakter yang diperankan Ringgo di film Jomblo.

Kembali kepada perempuan tadi. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Dia pasti tahu kalau aku suka melihat, melirik, memandang ke arahnya sepanjang perjalanan. Dia mungkin merasa lega karena aku turun lebih dulu di Stasiun Pondok Ranji.

Sepanjang perjalanan ke rumah, aku berpikir. Berpikir akan menulis ini. Berpikir tentang untungnya diriku masih jomblo. Berpikir betapa kasihannya para perempuan manis seperti perempuan di kereta tadi. Karena dilirik olehku.

Eydro's
14 Januari 2010
22:44

Aku Jatuh Cinta

Tompi - Jatuh Cinta

Hari ini aku telah jatuh cinta
Tak kan mampu aku menyangkalnya
Jatuh cinta kepadamu
Sosok yang sering menjengkelkan aku
Sering menggangguku
Kau permainkan rasa hatiku
Namun kini aku berbalik
Jatuh cinta dan bernyanyi
La la la, la la la, la la la
La la la la la la la la la la la
La la la, la la la, la la la la la la

Reff:
Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

La la la la la
Malam ini aku berniat
Untuk mengatakan rasa cintaku
Semoga tanganku berjodoh
Untuk bertepuk dengan cintamu

Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku
Jadi pacarku… jadi pacarku

Back to Reff: 2x

Sudah pernah dengar lagu di atas? Aku (ternyata) memang orang yang sering ketinggalan. Sewaktu lagu itu sering diputar di 101 JakFM, aku berpikir kalau itu lagu baru. Ternyata setelah mencari di Google, lagu itu sudah ada yang mem-post liriknya pada bulan November 2009. Walau begitu, lagu itu sekarang menjadi salah satu lagu favoritku. Karena apa? Karena lirik dan musiknya.

Lirik yang aku suka khususnya pada bagian reff-nya. Lirik itu, bila dipisahkan dari keseluruhan bagian lagu ini, menggambarkan diriku selama ini. Aku (hampir) selalu jatuh cinta kepada orang yang aku bayangkan tak akan bisa menjadi pacarku. Berbeda dengan maksud penulis syair lagu ini bukan? Syair lagu ini secara keseluruhan lebih menggambarkan seseorang yang jatuh cinta kepada orang yang dalam selang waktu tertentu muncul di dalam hidupnya, tetapi orang itu bukan tipe-nya. Namun pada akhirnya seseorang itu jatuh cinta juga kepada orang itu.

Aku suka musiknya karena musiknya agak centil dengan backing vokalnya. Permainan instrumen musiknya juga bisa membuat tubuhku bergoyang-goyang mengikuti irama.

Bagian "la la la" juga menarik perhatianku. Aku sampai menghitung berapa banyak "la" di setiap baris lirik lagu ini.

I'm singing, "
Aku jatuh cinta kepada dirimu, orang yang tak pernah ku bayangkan, tak pernah ku mimpikan, untuk bisa menjadi pacarku."

Kehilangan Uang, E63, dan Nyawa

Aku kehilangan Rp500.000 hari ini. Itu demi kelangsungan listrik di rumah kami. Kesalahan kami bersama sebenarnya. Ketidakpedulian yang mengakibatkan tunggakan tidak dibayar. Kehilangan Rp500.000 itu masih akan digantikan sebenarnya. Hanya saja untuk hari ini aku menyebutnya "aku kehilangan Rp500.000," bukan "kami..."

Namanya memang kehilangan. Hanya saja kami telah melakukan suatu kejahatan. (Kenapa aku menyebut kami, bukan aku saja?) Itu karena kami telah melakukan suatu hal yang berhubungan dengan suap atas anjuran penerima suap. Penerima suap berpikir negara sudah terlalu kaya, jadi tidak usah diperkaya lagi dengan keteledoran masyarakat. Pemberi suap, dalam hal ini saya, berpikir prosedur yang panjang, waktu yang lama, dan uang yang akan dihabiskan yang jauh lebih banyak dapat dipotong dengan memberi suap. Entah penerima suap tadi hanya menakut-nakuti saja dengan mengatakan biaya pasang baru itu totalnya (dengan biaya tambahan di mana-mana, as we know it) sekitar Rp1.500.000 dan butuh 2 minggu baru akan terpasang lagi, aku sudah tak perduli. Yang penting sekarang, listrik sudah menyala lagi dan untuk yang akan datang: aku yang akan mengurus pembayaran listrik!

Bicara soal kehilangan, aku jadi ingat sesuatu. Aku kehilangan Nokia E63 ku tepat dua bulan lalu, 14 November 2010. Naasnya E63 ku itu baru aku beli pada 12 Oktober 2010.

Aku juga berpikir kalau aku bisa saja kehilangan nyawaku tadi siang. Sepeda motor Philip, teman sekontrakanku, ternyata memiliki akselerasi yang tinggi. Aku meminjam motornya itu untuk mengambil uang yang akan dihilangkan tadi. Caraku berkendara yang termasuk ngebut bisa jadi berakhir dengan kehilangan nyawaku.

Bukan bermaksud mengingat-ingat lagi. Hanya saja aku memang sebaiknya tidak dibiarkan mengendarai sesuatu yang memiliki kecepatan tinggi. Bukan aku yang mengendarai pun, aku sudah pernah mengakibatkan seseorang kehilangan nyawanya. Orang itu kehilangan nyawanya karena dan untuk aku.

Wednesday, January 12, 2011

Baru Bangun, Tadi, dan Sekarang

Aku baru bangun dari tempat tidurku di kamar Fofo. Aku memang baru tidur sekitar pukul 4 tadi pagi, setelah menonton Step Up dan doing some stuffs. Aku tidur di atas lantai kamarku yang sepertinya menyebabkan punggung dan seluruh tubuhku terasa pegal. Aku kemudian pindah ke tempat tidurku di kamar Fofo setelah terbangun sekitar pukul 8. Aku pikir aku perlu mencoba tidur di atas tempat tidur. Ternyata aku memang merasakan tidur yang lebih menyenangkan dengan tidur di atas kasur.

Aku sekarang sedang online. Aku baru saja mengubah foto profile grup STT Jakarta di Facebook. Aku sebenarnya punya ide untuk mengubah foto profil itu sebagai media iklan penerimaan mahasiswa baru di sekolahku. Hanya saja aku ternyata kehilangan brosur-brosur penerimaan mahasiswa baru yang pernah aku ambil. Jadi, aku hanya buat foto profil itu seadanya.

Aku juga sedang mendengarkan radio. 101 JakFM. JakFM menjadi satu-satunya stasiun radio yang aku dengarkan dalam beberapa minggu terakhir ini. (Dan memang mengherankan juga kenapa belakangan aku jadi suka mendengarkan radio lagi.) Banyak lagu lama dan lagu baru yang diputar di stasiun ini. Tawco atau Tawaran Ngaco, Ten In A Row (program siaran dengan minim iklan), Drive@101 dengan THT-nya, dan masih banyak lagi merupakan beberapa hal yang membuatku suka mendengarkan stasiun radio ini. Aku pun sudah mulai terbiasa dengan tagline radio ini: memainkan musik terbaik. Just for you.

Aku tadi sedang mengobrol (atau chat) dengan seorang teman. Dia bertanya perihal apakah aku sudah ditunjuk sebagai panitia wisuda. Aku bilang kalau (sepertinya) tahun ini aku tidak akan dimasukkan lagi ke dalam kepanitiaan itu. Dia lalu bertanya lagi, "kalau bukan lo siapa lagi yang jadi panitia?" Salah satu kesalahanku menjadi anggota panitia selama di sekolahku ini adalah tidak memberikan kesempatan kepada yang lain untuk berkembang sehingga bisa menjadi pilihan untuk menjadi anggota panitia. "Yah, tapi jangan main coba-coba pas ane yang wisuda," ujarnya. Kami juga berbicara tentang kemungkinan tahun ini wisuda dan dies natalis digabung juga seperti tahun 2010 kemarin. Hanya saja sepertinya hal itu baru akan dibicarakan akhir Januari ini.

Aku sekarang sakit perut. Sepertinya ada sesuatu yang harus segera aku lakukan.

Den Abed Residence
13 Januari 2010
11:27

Son Ye-jin: Pengawas Ujianku

"Terus terang aku orangnya mudah naksir ama cewek yang aku anggap manis dan dominannya adalah yang lebih tua dari aku. Dan tanpa sengaja aku naksir nih ama nih cewek -walau akhirnya aku tahu dia anak 2000 dan terutama bukan anak PMK-. Soalnya dia agak manis sih. Dan waktu ujian Bahasa Indonesia itu, bebas banget bisa melihat wajahnya yang manis ketika duduk di depan, makanya aku naksir. Lebih gila lagi, aku malah sering bilang karena dia pengawasnya makanya aku dapat nilai paling tinggi UTS Bahasa Indonesia untuk yang dosennya Pak Supriyadi. Padahal sebenarnya dan kayaknya bukan."

Tulisan di atas merupakan salah satu tulisan yang aku buat di tahun 2003 di dalam sebuah file bernama 5 April 2003.doc. (Kutipan tulisan di atas juga terdapat di komentarku di tulisanku berjudul Archives to Remember.) Aku membuatnya di sini sebagai tulisan lain juga karena aku teringat kembali pada perempuan yang aku tuliskan di atas.

Aku sama sekali tidak tahu nama perempuan itu. Aku hanya ingat dia adalah mahasiswa jurusan Teknik Industri 2000 di sekolahku sebelumnya. Dia memakai kacamata, rambutnya panjang. Aku mencoba mengingat wajahnya. Kalau tidak salah, dia mirip dengan pemeran film My Wife Got Married, sebuah film Korea yang Desember lalu aku tonton di Korean Movie Festival di Blitzmegaplex  Grand Indonesia bersama anak-anak Asrama Putri. (Bnd. statusku di Facebook.) Setelah melakukan searching, ternyata pemeran film itu bernama Son Ye-jin. Dia juga merupakan pemeran film A Moment to Remember, sebuah film Korea yang seingatku membuat beberapa temanku menangis.

Nah, lihat foto di sebelah. Begitulah kira-kira wajah perempuan itu. Hanya, dia memakai kacamata. Manis kan? Dan memang tak ada hubungannya kan antara melihat wajahnya yang manis dengan nilai UTS Bahasa Indonesia-ku yang bagus waktu itu?

Foto diunduh dari sini.

Tuesday, January 11, 2011

Venti dan Sergio

Tadi aku sedang browsing Memorable Stories yang terdapat di Facebook. Kegiatan itu secara acak mengarahkanku kepada sebuah statusku yang berisi tag ke Sergio dan sebuah tautan ke sebuah tulisan di blogku. Isi status secara tersirat meminta Sergio untuk memeriksa tulisan di blogku yang ternyata menjadi bukti kalau aku pernah ngerjain Sergio sewaktu kelas Bahasa Inggris, semester 1, di ruangan multimedia. Hanya saja, tulisan itu ternyata lebih menerangkan kebiasaanku menyimpan kenangan akan banyak hal, dan bukti aku ngerjain Sergio terletak di komentar yang aku buat di tulisan itu. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk memindahkan komentar itu ke sebuah tulisan lain, yaitu entry ini. Dan di bawah ini adalah arsip sms antara Venti dan Sergio yang waktu itu aku ketik di komputer asrama.

Hi..

Selamat Pagi..
Good Morning..
Apa kabar?

Recipient:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
09:33:00
31-08-2005

Hi jg.. Good
MoRniNg jg.. KbR
gw bae2 aja tp Lg
piLeK aNd batuK..
by thw way iNi
Sapa yah.?

Sender:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
09:45:09
31-08-2005

Ini Venti.Lu anak
STT Jakarta
ya?Ktny km org
China ya?Tp prnh
liat,kok ga mirip
org Cina ya?Nama
lengkapnya siapa
sih?

Recipient:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
10:03:07
31-08-2005

VeNti iNi aNaK
STTJ buKaN.? ah
gw iNi oRg aMboN..
buKaN ciNa.. NaMa
LeNgKap gw
SeRgio SouiSa..

Sender:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
09:33:00
31-08-2005

Mmg ada anak
STTJ namanya
venti?Skrg lg
kuliah ya?Selamat
belajar ya.

Recipient:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
10:22:17
31-08-2005

Yah MuNgKiN ada
tp gw gaK tao oR
gw Lupa.. iya gw
Lg bLjR.. oK deh
MaKaSih tp Loe Lg
KuL or what gt.?

Sender:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
10:23:05
31-08-2005

Gue jg lg kul.Skrg
lg ruangan
multimedia.

Recipient:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
10:28:53
31-08-2005

Hah.? gw jg Lg di
MuLtiMedia.. Lg
bLjR eNgLiSh.. Loe
KuL diMana Sich.?
jd NaMa pNjNg Loe
Sapa? dpt NmR gw
dR MaNa.?

Sender:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
10:36:17
31-08-2005

Sergio,kok blm
plg?Td telp k
asrama kok katany
ga ada.Msh d jln
mau plg ya?Titi DJ!

Recipient:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
19:34:20
31-08-2005

DaSaR foNto
GiLaaaaa…!!! gaK
ada KeRjaaN..

Sender:
a.sergio
+628131410448
7

Sent:
20:17:31
31-08-2005

Thursday, January 6, 2011

Martarombo

Martarombo. Bahasa Simalungunnya adalah martutur. Kata ini kurang lebih aku artikan sebagai saling menjelaskan identitas diri berdasarkan marga diri (dan marga ibu), asal, dan kemudian mencoba menghubung-hubungkan kekerabatan.

Kata martarombo kemarin siang aku pakai sewaktu kami berkunjung ke ITC Cempaka Mas sepulang dari Taman Buah Mekarsari. Mamak dan kakakku masuk ke dalam sebuah toko tas. Aku yang mengantuk karena perjalanan kemarin dimulai pukul 05.20 memutuskan untuk duduk saja di sebuah kursi panjang di dekat sebuah pintu masuk. Aku beristirahat dan sempat tertidur sambil duduk.

Entah apa yang dilakukan mereka di toko tas itu. Ada setengah jam lebih mereka di dalam toko itu tanpa menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Dengan agak kesal aku akhirnya masuk ke toko itu. Dan aku pun lalu berkata, "ai martarombo do nasiam?" (nasiam=kalian) Pemiliknya yang orang etnis Tionghoa hanya tersenyum setelah aku mengatakan itu. Kakakku menerjemahkan kalimat itu dengan, "kenapa kok lama sekali?" Pembicaraan berlanjut yang membuatku mengambil kesimpulan kalau aku masih terlihat sangat muda. Pemilik toko kemudian memberi petuah, "selesai dulu kuliah, baru cari cewek. Cewek sih mudah didapat kalau sudah kerja."

Saat kami mencari ikat pinggang untukku, kakakku bertanya padaku dalam bahasa Simalungun, "dear do on?" (Bagusnya ini?) Pertanyaan kakakku itu ternyata menjadi titik awal terjadinya martarombo sebenarnya. Penjaga toko yang ternyata orang Sunda mulai melakukan percakapan yang memancing penggunaan pengaruh kesukuan dalam transaksi jual-beli. "Sudah murah itu, Ito."
"Bah, orang Batak-nya rupanya."
"Daong. Halak Sunda do, Ito. Tapi boi marbahasa Batak."

Percakapan kemudian dilanjutkan dengan tawar-menawar dengan melibatkan Mamak. Dalam bahasa Batak. Transaksi berhasil mengurangi harga barang yang hendak dibeli sebesar Rp50.000.

Martutur memang tak terjadi dengan penjaga toko itu. Penjaga toko yang satu lagi, yang mengurusi penjualan tas, yang akhirnya martutur dengan Mamak.

"Von, di sini baru benar-benar martarombo. Mamaknya boru Purba," kata Mamak kepadaku.

Martarombo is one thing. Meet a Sundanese can speak Bahasa Batak is another thing. How one thing can lead to another thing.

Wednesday, January 5, 2011

Cloud

Every cloud has a silver lining. That was a conclusion two days ago.

Yesterday the cloud had a silver lining.

Today, I am very tired because the cloud had a silver lining.

Hope the same cloud would not back to be on the same sky anymore. I was so tired because of the cloud.

Monday, January 3, 2011

Luka Hati

Kekecewaannya seharusnya tidak dilimpahkannya ke kakakku. Kekecewaannya itu lebih tepat dilimpahkan kepadaku yang sebenarnya tidak lebih menghargainya dibanding kakakku menghargainya.

Andai dia tak sendiri. Andai temannya masih ada. Aku pikir dengan wajah riang temannya akan berkata kepadanya, "bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah." Temannya itu memang orang yang akan menghiburnya dan menenangkannya kala ada permasalahan yang sedang dihadapinya.

Dia merasa tak dihargai. Pikiran tololku berkata, "apakah kebahagiaan seseorang itu bergantung kepada perlakuan orang lain kepada dirinya? Lalu apakah seseorang kemudian dapat berbahagia karena orang lain menghargainya as requested?"

Aku tak tahu mau berkata apa kepadanya. Aku tahu dia kecewa. Hanya saja tak seharusnya dia sampai melakukan sesuatu yang menurutku malah membuat banyak hati yang terluka, mungkin termasuk hatiku.

Turut Menangis

Aku selalu ingin ikut menangis kalau kakakku menangis. Menangis hebat.

Aku ingat kalau aku turut menangis karena kakakku menangis hebat sewaktu dia selesai EBTANAS.

Lalu sewaktu dia tiba di rumah sakit, tetapi Bapak sudah pergi.

2 Januari 2009. Sewaktu Eydro masih di kandungan kakakku.

3 Januari 2011. Tadi. Aku serasa tak bisa bernafas sewaktu dia menangis dengan sangat kencang.

Aku turut menangis karena aku sangat sayang padanya. Dan aku hanya bisa turut menangis. Maafkan aku, Kak.