Pages

Thursday, December 8, 2011

Apa yang bisa dibanggakan dari semua itu?

Apakah Anda bangga bangsa ini menempati urutan atas pengguna jasa komunikasi maya? Sebagai pengguna Facebook terbesar kedua di dunia, terbesar ketiga untuk Twitter. Pengguna telepon seluler meningkat pesat dari tahun ke tahun. Lalu, sejumlah orang terinjak-injak ketika mengantre Blackberry yang dijual separuh harga di Pacific Place, Jakarta.

Itu adalah kalimat pendahuluan di dalam tulisan Bre Redana di Kompas bagian Fokus (Jumat, 9 Desember 2011, halaman 45) yang berjudul Hiperkonsumerisme, Hiperteks, Hipermedia. Penulis artikel ini tidak menjelaskan arti hiperkonsumerisme, tetapi dia menggambarkan bahwa pada saat ini orang-orang telah kehilangan kesadaran atas ruang dan waktu dan mengalami apa yang disebut Benjamin Barber sebagai civic schizophrenia alias kegilaan warga. Dalam zaman kegilaan ini, politik digambarkan menjadi politik waktu luang bagi orang-orang iseng kelas menengah. Para pemimpin juga gencar menampilkan politik pencitraan, yaitu politik yang kehilangan kontak dengan realitas, melalui media massa.

Mengenai hiperteks, penulis artikel ini menggambarkan bahwa hiperteks merupakan konsekuensi dari digitalisasi dari kehidupan sekarang. Pembacaan hiperteks merupakan cara membaca secara berlapis-lapis yang terlihat dari cara orang membaca lewat layar komputer/gadget yang membaca bermacam teks secara bersamaan. Hal ini berbeda dengan membaca linear yang terjadi saat membaca buku, koran, atau majalah. Pembacaan hiperteks, melalui hasil penelitian, memberikan penyerapan akan bacaan lebih rendah dibanding pembacaan secara linear. Hiperteks juga mengakibatkan kita menampung terlalu banyak data berseliweran tanpa mampu menarik hubungan dengan informasi yang sudah ada sebelumnya sehingga kita tidak mampu memiliki cara berpikir koheren, Ketidakmampuan berpikir koheren mengakibatkan kita dipenuhi oleh informasi-informasi sesaat. Hal itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh media menjadi gosip. Bagi penulis artikel, analisis politik saat ini sebenanrya hanya rekonstruksi gosip. Di sinilah media cetak, menurut penulis artikel, harus memiliki peranan sebagai media yang dapat mempertahankan sivilisasi.

Lebih lanjut, multitasking disebut penulis artikel sebagai "terampil pada tingkat superfisial". Dia kemudian mengingatkan pembaca bahwa dulu Seneca, filsuf Roma, pernah berkata "berada di mana-mana berarti tidak di mana-mana."
Pada akhir artikel, penulis mengatakan bahwa orang saat ini adalah orang yang memiliki ciri-ciri ketergesa-gesaan dan ketergopoh-gopohan. Penekanannya ada pada kesegeraan sehingga orang selalu memelototi Blackberry untuk mengetahui/memperbarui status terbaru.

"Apanya yang harus dibanggakan dengan itu semua?" Artikel itu diakhiri dengan pertanyaan ini.

Terus terang, saya tertarik dengan isi artikel di koran itu. Saya tertarik karena saya merupakan bagian dari pengguna Facebook dan Twitter di Indonesia. Saya juga pernah menjadi orang yang hampir setiap kegiatan di-update sebagai status di Facebook. (Penulis artikel itu juga ada menulis "...barusan buang angin pun diberitahukan ke seluruh dunia.") Saya juga adalah bagian dari yang disebut oleh penulis artikel itu sebagai orang yang terhubung dengan orang yang jauh di luar lingkungan fisik sosial saya, tetapi kurang memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang di sekitar saya. Saya juga adalah orang yang lebih sering menjadi pembaca hiperteks dibanding menjadi pembaca linear. Artikel yang ditulis Bre Redana itu kemudian menjadi menarik karena dapat memberi kritik terhadap diri saya.

Pertanyaan yang kemudian dapat diajukan adalah: bagaimana caranya agar tidak menjadi bagian dari kegilaan warga? Membaca hiperteks tidak salah, tetapi bila hanya lebih banyak membaca hiperteks memang terasa bahwa cara berpikir saya tidak koheren. Dengan demikian, pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus saya lakukan agar saya lebih memilih untuk menjadi pembaca linear dibanding menjadi pembaca hiperteks? Lalu pertanyaan paling utama: apa gunanya saya bisa ditemukan di mana-mana di dunia maya; apa yang bisa dibanggakan dari semua itu?

Perpustakaan STT Jakarta
9 Desember 2011
17:02

Tuesday, November 1, 2011

True Reach by Klout versi Saya

Ada persoalan menarik tadi malam. Setidaknya buat saya. Mas Jed Revolutia menyatakan bahwa seorang yang menghebohkan (atau membuat diri sendiri menjadi sesuatu yang menghebohkan?) di Twitter beberapa waktu lalu hanya memiliki follower aktif sekitar delapan ribu orang, dari sekitar 32 ribu followers. Sisanya? Bot, menurut Mas Jed Revolutia. Bagaimana dia mendapatkan data tersebut? Dia menyatakan bahwa dia memperoleh data tersebut dengan melihat data True Reach di website Klout.

Saya langsung mencoba website tersebut. Saya kemudian langsung mengira bahwa pernyataan Mas Jed Revolutia itu tidak akurat. Benar bahwa True Reach akun orang yang menghebohkan diri itu, saya sebut oknum TS, hanya berjumlah delapan ribu, tetapi tidak serta merta data True Reach di Klout itu dapat menjelaskan bahwa kebanyakan follower TS adalah bot. Benar juga dari graphic True Reach di Klout untuk profil TS kita dapat melihat bahwa True Reach oknum TS baru meningkat sejak 14 Oktober 2011.

Saya kemudian membuat True Reach akun Twitter saya sebagai pembanding. Ternyata True Reach saya mencapai angka 209, sementara angka follower saya hanyalah 164. Itu berarti True Reach ini bukanlah angka yang didasarkan pada follower semata. Di Klout terlihat penjelasan bahwa True Reach "is the number of people you influence, both within your immediate network and across their extended networks."

Dengan demikian, True Reach dari Klout tidak dapat dijadikan data untuk menyatakan bahwa kebanyakan follower TS adalah bot. Lonjakan True Reach akun TS setelah tanggal 14 Oktober 2011 saya pikir ada hubungannya dengan bertambahnya orang yang mention TS atau retweet sebuah tweet yang di dalamnya ada nama akun TS.

Nah, persoalan ini sebenarnya bisa berhenti sampai di penjelasan di atas. Hanya saja, saya pada akhirnya tertarik pada penggunaan True Reach ini. Untuk apa sebenarnya data True Reach ini? Data True Reach menurut pengamatan singkat saya digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh seseorang di social media khususnya Twitter. Pengaruh dalam hal ini diartikan sebagai jangkauan seseorang (atau sebuah brand) melalui akun Twitter. Seorang Agnes Monica, menurut Klout, hanya menjangkau 189K (atau 189 ribu), padahal follower-nya mencapai 1.549.500. Seorang Poltak Hotradero hanya menjangkau 16K, walaupun follower-nya mencapai 29.769. Dan yang paling menarik buat saya selama 18 jam terakhir memperhatikan beberapa True Reach dari akun orang terkenal adalah akun Poconggg. Follower: 1.104.283; True Reach menurut Klout: 1.073.959. Dari data ini, saya akan memilih Poconggg untuk mempromosikan produk perusahaan saya. Itu kalau saya punya perusahaan.

Dari tulisan singkat ini, saya juga ingin mengatakan kepada oknum TS untuk tidak perlu me-lebay-lebay-kan jumlah follower, karena pada kenyataannya dia hanya menjangkau delapan ribuan orang. Poconggg yang menjangkau sejutaan orang saja tak sombong.

Meja 11, Perpustakaan
1 November 2011
18:25

PS:
- terlalu banyak kata
True Reach dalam tulisan ini
- ada hal lain yang bisa dilihat di Klout selain True Reach
- Klout sepertinya akan sangat berguna bagi orang yang benar-benar ingin menggunakan Twitter sebagai media untuk mempromosikan sebuah produk atau untuk mempengaruhi orang lain. untuk narsis melihat seberapa terkenalkah Anda juga bisa dilakukan.

Friday, September 30, 2011

Entah Apa

Maaf. Saya bukannya ingin merendahkan diri. Saya hanya tak bisa menyangka. Puisi sederhana yang judulnya pun "Entah Apa" itu menurut saya tak seharusnya juara, walaupun hanya juara dua. Saya hanya ingin meramaikan saja saat membuat dan mengirimkannya ke panitia. Isinya memang sederhana, dan saya memang sengaja membuat judulnya "Entah Apa." Tidak sesuai memang dengan isinya. Akan tetapi saya memang membuat demikian judulnya supaya yang menilai akan mengerti, saya tak (terlalu) serius dalam membuatnya.

Hari ini saya tak mengira kalau saya mendapat ucapan selamat karena saya mendapat juara dua. Ada beberapa yang menyalam mengucapkan selamat. Pak Aritonang pun mengucapkan selamat ketika berjumpa di dekat kantin. Saya memang tak hadir saat pengumuman pemenang lomba disampaikan. Disampaikan di setelah ibadah siang di kapel, sepertinya. Itulah mungkin sebabnya cukup banyak yang tahu. Tak bisa saya bayangkan yang hadir bereaksi apa saat judul puisi pemenang kedua dibacakan: "Entah Apa."

Tadi di aula saat membantu persiapan untuk acara besok, ada beberapa orang yang meminta saya membacakan puisi saya. Saya hanya bisa nyengir tak jelas. Dan kalau diminta membacakannya, saya pasti akan menolaknya. Saya tak menghapalnya. Malu juga melafalkannya. Jadi, sebaiknya saya publikasikan saja.

Inilah dia, puisi saya, puisi sederhana, berjudul Entah Apa, yang entah kenapa, bisa juara dua.*

Entah Apa

Berbicara Tuhan padanya
Didengarnya
Dijawabnya

Ditanya kepadanya
"Mana surat panggilannya?"
Dia diterima

Ribuan hari berikutnya
Dia merasakan kasihNya
Di dalam hidupnya

Ribuan hari berikutnya
Didapatnya pencerahan tentang Tuhannya
Dijalaninya sambil tetap berdoa

Ribuan hari berikutnya
Kehangatan juga dirasakannya
Bersama teman, dosen, dan siapa saja
Di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

Jakarta, 16 September 2011
17:42

Lihat? Entah apa kan?

Kontrakan Gak Jelas
30 September 2011
23:55


*:Mungkin karena puisi yang dikumpulkan hanya 10 puisi dari 8 orang yang berminat mengumpulkan karyanya. Dan walaupun hanya sepuluh, seharusnya dari judulnya saja saya pikir puisi di atas tak pantas mendapat juara dua.
Catatan:
puisi itu berjudul "Entah Apa" karena saya tak tahu mau buat judulnya apa. Dan juga karena saya membuatnya hanya dalam selang waktu sejam sebelum batas pengumpulan. Ya itu tadi, saya hanya mencoba meramaikan saja.

Sunday, September 25, 2011

Would you do anything to get a bottle of Aqua 1500 ml?

Aku baru saja pulang dari 7-Eleven Matraman. Tunggu, ini bukan kalimat yang baik untuk kalimat pembuka.

Apa yang akan kau lakukan untuk mendapatkan setetes air bila kau haus? Apakah kau akan melakukan segalanya? Entar seperti lagu lagi. "And I would do anything for love." But would you do anything just to get a drop of water?

Jadi, begini ceritanya. Belakangan ini ada kesulitan yang cukup besar untuk mendapatkan Aqua galon 19 liter di daerah kami. Di kios dekat rumah kontrakan sama sekali tidak ada yang punya persediaan Aqua galon. Bahkan di Carrefour Market Menteng juga tak ada. Itulah sebabnya dalam 3-4 hari terakhir kami tidak minum dari dispenser yang ada di kontrakan kami. Bukan sombong, bukan pula berlagak kaya, kami tidak mau membeli air isi ulang yang kiosnya hanya beberapa meter dari kontrakan. Kami hanya tidak suka minum air isi ulang yang tidak terjamin kesehatannya. Tentang ini, aku pikir masih bisa diperdebatkan. Kenapa? Saya tidak pernah keberatan minum air di warung makan, yang pasti bukan Aqua. Intinya, kami kesulitan memperoleh air minum. Kami jadi membeli sendiri-sendiri air minum Viro yang seribu rupiah per botol.

Nah, tadi itu waktu sudah menunjukkan lewat pukul 00.00. Air minum sama sekali tidak ada. Dan aku haus. Tumben, pikirku. Setelah babak pertama pertandingan Stoke City versus Manchester United selesai dengan kedudukan 0-1, aku pergi keluar dari rumah. Misiku jelas: mendapatkan sebotol Aqua 1500 ml. Kakiku langsung kulangkahkan ke arah Jalan Talang menuju Jalan Proklamasi. Aku sebenarnya bisa memilih cara gampang untuk mendapatkan sebotol Aqua itu, yaitu membeli di kios di Jalan Proklamasi. Hanya saja, tidak pakai entah kenapa, aku lebih memilih untuk tidak membeli di kios itu. Aku lebih memilih berjalan kaki ke Matraman. Aku berjalan kaki ke arah Jalan Matraman dengan tujuan tetap: mencari sebotol Aqua 1500 ml. Hanya saja tempat membelinya 7-Eleven.

Aku melewati Rumah Makan Jatim sambil berpikir, "sepertinya enak juga kalau minum jus." Hanya saja kakiku terus melangkah. Aku berjalan melewati Jalan Proklamasi-Matraman sambil memikirkan masalah korupsi di negara ini. Entah untuk apa. Korupsi di negara ini? Memang apa yang bisa aku pikirkan tentang korupsi di negara ini. Dalam kepalaku muncul "Bapakmu koruptor ya?" Aku terus berpikir tentang "Bapakmu koruptor ya?" dan kapitalis (?) di negeri ini hingga tiba di depan 7-Eleven.

Aku masuk dan langsung mencari Aqua 1500 ml. Ternyata ada di dalam lemari pendingin tempat berbagai macam minuman. Aku sempat hendak mengurungkan niat membeli karena melihat harga sebotol air mineral Nestle 1500 ml Rp8.000. Hanya saja karena melihat harga Pulpy Rp6.500, hanya selisih Rp500 dari kios biasa, aku mengambil saja Aqua 1500 ml itu. Lalu aku membawa ke kasir dan membayarnya. Rp4.000 saja, selisih Rp500 juga dari kios dekat kontrakan; tidak Rp5.000.

Aku bukan anak nongkrong 7-Eleven. Aku juga hanya tahu membeli Aqua 1500 ml kalau masuk ke 7-Eleven. Itu sebabnya aku langsung pulang.  Aku berjalan pulang dengan membawa sebotol Aqua 1500 ml yang cukup dingin. Aku buka begitu meninggalkan 7-Eleven.

Perjalanan pulang sejauh tidak kurang dari 300 meter aku habiskan dengan berbicara sendiri, minum dari botol berulang kali. Setibanya di rumah, aku ternyata telah menghabiskan setengah botol Aqua 1500 ml.

Apa yang kau lakukan untuk mendapatkan setetes air? Kalau aku, aku bersedia melakukan perjalanan-bodoh-tak-perlu.


(isi tulisan ini merupakan kumpulan tweet yang aku kirim pada Minggu, 25 September 2011, antara 01.09 hingga 03.20 dengan hashtag #aqua)

Saturday, September 24, 2011

Listerine Ajaib

Saya punya Listerine Ajaib. Saya membelinya beberapa bulan lalu. Hanya saja saya baru membuka dan memakainya beberapa minggu lalu. Saya memakainya hanya sekali, sebanyak satu tutup botol Listerine Ajaib itu. Saya baru sadar kalau Listerine itu ajaib tadi. Baru saja, sewaktu saya mandi, bukan mandi kembang tengah malam tentunya. Saya tak sengaja memeriksa botol Listerine Ajaib itu. Saya heran karena isi botolnya sudah habis seperempat. Ajaib. Satu tutup botol yang kuhabiskan waktu itu ternyata mengurangi isinya hingga seperempat botol.

Ajaib bukan?

Saya tadi memakai lagi Listerine Ajaib itu sebanyak satu tutup botol. Saya akan menunggu beberapa minggu lagi. Benarkah Listerine itu ajaib? Atau saya hanya berhalusinasi?

Kontrakan Gak Jelas
24 September 2011
11:11 PM

Thursday, September 22, 2011

Popcorn Random

Tulisan ini adalah tulisan random. Ditulis dalam keadaan badan tergeletak di atas lantai papan kamar kontrakanku. Mata tetutup dan tangan asyik mengetik (di atas) keyboard. Sambil mulut menguap sesekali. Dan aku sedang mendengarkan lagu Taize yang diputar melalui Winamp di Windows 7 komputerku.

Popcorn.

Aku termasuk orang yang jarang membeli makanan kalau menonton di bioskop. Di luar kebiasaaanku, hari Selasa lalu aku membeli popcorn. Caramel. Ukuran large pula. Aku membeli popcorn rasa caramel yang sebenarnya dijual untuk konsumsi dua orang. Entah angin apa yang merasukiku sehingga aku membeli paket yang untuk berdua. Aku membelinya sekitar 14.45 dan aku baru selesai memakannya sekitar 16.45. Ada rasa yang tidak dapat digambarkan ketika aku berusaha menghabiskan popcorn itu. Film Rise of the Planet of the Apes sudah selesai, tetapi aku belum berhasil menghabiskan popcorn. Aku kemudian menjadi terpikir untuk memberi saran kepada Blitzmegaplex untuk mengadakan lomba menghabiskan popcorn ukuran large yang mereka jual dalam waktu 10 menit.

(Dan setelah menyelesaikan ketikan di atas, aku pun tertidur.)

Kontrakan Gak Jelas
23 September 2011

02:03

Catatan: tulisan di atas sudah disunting sedikit sebelum dipublikasikan di sini.

Saturday, September 3, 2011

Terbangun

Aku terbangun pukul 03.30. Aku terbangun dari mimpi yang aku langsung lupa apa isi mimpiku bahkan baru beberapa menit setelah aku terbangun. Aku terbangun di atas lantai ruang tamu rumah kakakku. Aku terbangun dari tidurku yang dimulai beberapa saat setelah kakakku berkata, "kunci pintu ya; piring dicuci," dan aku mengiyakan, tetapi kemudian aku berkata kepada diriku, "geletak sebentar ah."

Aku terbangun dan tersadar kalau aku tertidur di lantai dengan pintu belum terkunci dan piring belum tercuci. Aku mengambil kunci, keluar rumah mengunci gerbang, lalu mengunci pintu rumah, dan kemudian mencuci piring.

Pagi ini, aku terbangun dan tersadar kalau aku sering lalai.

Puri Beruang
4 September 2011
04:26

Wednesday, August 3, 2011

Holstee Manifesto

This is your life. Do what you love, and do it often. If you don’t like something, change it. If you don’t like your job, quit. If you don’t have enough time, stop watching TV. If you are looking for the love of your life, stop; they will be waiting for you when you start doing things you love. Stop over-analyzing; life is simple. All emotions are beautiful. When you eat, appreciate every last bite. Travel often; getting lost will help you find yourself. Some opportunities only come once: seize them. Open your mind, arms, and heart to new things and people. We are united in our differences. Ask the next person you see what their passion is, and share your inspiring dream with them. Life is about the people you meet, and the things you create with them, so go out and start creating. Life is short. Live your dream, and wear your passion.

Holstee Manifesto

Tuesday, July 26, 2011

A Something Stupid Book

As everybody knows, nothing is eternal. "Tak ada yang abadi," says Peter Pan in their song. But people tend to make something to be memorized as long as it possible. So, this one is also one of my attempt to make some stupid writing I made on FB to be "eternal" here in my Multiply. The things I wrote below was something stupid. Stupidity is not something to be forgotten, but something to be memorized too, I guess. That's why this silly simple writing posted here so I can recall it someday in the future.
I have something stupid crossing my mind a few days ago. I thought each Batak should make a convention to make their own "bible", a book that contains the rules for their life rites. The book then is going to be the main reference for each Batak, for example, to hold a wedding party in accordance to the custom of each Batak.
So, there would be a "Kitab Adat Simalungun" that was validated by the Simalungun elders (or whatever). The book is then the main reference for Simalungun people to do rites. That also would be applied in the other Batak.

And once again, as I said in my first sentence of this status, this is something stupid.
The stupid thought was coming from some kind of simple observation that I made, though. The observation was happened during the CP I, two years ago, and during CP II, June-July this year. Some people would claimed that the wedding rites (according to the custom) they were doing is the right one, and the other were the false one. The places where the rites were held was also made the difference between how they doing this and that. That was the reason why I think there should be a "bible" which could be the main reference for people of each Batak. I thought it needs a long time to make the book, to make the convention so the book is acknowledged as the main reference. (And that makes me realize kanonisasi Alkitab was a long process.)
The writing was posted as status update and comments here: https://www.facebook.com/vontho/posts/10150324038201620

Kontrakan Gak Jelas
July 27th, 2011
12:03AM

Wednesday, July 13, 2011

Quickie Tidak Jelas

Ini sebuah tulisan quickie. Entah apa artinya quickie. Akan tetapi saya memang bermaksud membuat sebuah tulisan singkat yang ditulis dengan singkat pula.

Ini tentang IHSG. Saya membaca tulisan tentang IHSG di Kompas hari Senin lalu. Kalau tidak salah di halaman 13. Isinya tentang IHSG yang merupakan bursa saham dengan nilai index tergolong terbaik di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Nilainya terus menguat. Pertama kali saya memperhatikan IHSG sepertinya sewaktu aku masih di STT Telkom. Pada saat itu pun ada rekor-rekor yang terpecahkan, dengan kenaikan yang luar biasa. Kalau tidak salah, waktu itu IHSG baru saja menembus nilai 1000. Dan tadi saya melihat sebuah tweet yang mengatakan kalau sebentar lagi nilai IHSG akan mencapai 4000. Sejujurnya saya sendiri tidak mengerti apa artinya angka itu. Hanya saja, dengan tulisan di koran yang mengatakan peningkatan nilai IHSG yang terus meningkat sementara nilai bursa saham di negara-negara lain cenderung stagnan, saya mengatakan itu sesuatu yang baik.

Hanya saja berita yang saya baca tidak berhenti di kehebatan-kehebatan yang muncul dari nilai IHSG yang tinggi tersebut. Di dalam berita itu juga ditulis tentang kenapa nilai IHSG setinggi itu. Meningkatnya nilai IHSG adalah pengaruh banyaknya orang yang menanam saham di Indonesia. Dan itu ternyata kebanyakan merupakan penanaman saham oleh orang asing. Ada buruknya karena orang asing itu bisa saja sewaktu-waktu menarik sahamnya. Lalu disebutkan penanaman saham itu kebanyakan hanya di bidang telekomunikasi dan bidang konsumsi. Dengan demikian pembangunan di sektor itu saja lah yang mengalami pertumbuhan.

Tulisan ini sebenarnya hendak memberi penekanan bahwa dibalik hebatnya IHSG tersebut, terdapat kemungkinan kolapsnya perekonomian Indonesia apabila orang asing yang menanamkan sahamnya di Indonesia secara tiba-tiba menarik bersama-sama sahamnya. Dan saya tadinya hendak mengaitkan hal tersebut dengan pernyataan: "sesuatu yang terlihat hebat dalam waktu cepat, akan memiliki ancaman runtuh dalam waktu cepat pula."

Saya pikir tulisan quickie ini ternyata tidak menjadi tulisan quickie lagi. Saya butuh waktu tidak kurang dari dua puluh menit untuk mengetiknya. Dan karena tidak jelas, saya memberi judul tulisan ini "Quickie Tidak Jelas".

Kontrakan Gak Jelas
14 Juli 2011
12:43

Tuesday, July 5, 2011

White Collar

White Collar adalah sebuah film serial di jaringan televisi Fox. Aku baru tahu film ini sejak menonton Indovision hampir setiap hari di tempat yang aku huni saat ini. Film ini menarik. Bukan saja ceritanya. Aku suka gaya pemain utama yang namanya Neal Caffrey.

Sayangnya aku hanya bisa menonton film ini sampai tanggal 11 Juli ini. Setelah itu, aku akan kembali menjalani hidup tanpa White Collar.

Nah, apa pentingnya postingan ini? Ini aku post hanya untuk mengedit sebuah invitation dari LinkedIn yang entah kenapa terkirim lagi ke sini.

Sebuah Warnet
Jalan Teratai Putih Raya, Perumnas Klender
6 Juli 2011
21:24

Thursday, June 30, 2011

Kapan Kawin?

Kemarin itu aku menghadiri dua acara. Keduanya berhubungan dengan pernikahan.

Pukul 09.00. Itu merupakan acara pemberkatan pernikahan di gereja atas Kak Ersa dan Mas Teguh. Pemberkatan pernikahan dilakukan setelah di ruang konsistori diadakan pencatatan sipil. (Hal ini mengingatkan aku bahwa pernikahan yang sah itu sebaiknya pencatatan sipil dulu dilakukan baru kemudian acara pemberkatan nikah gereja.)

Hal yang menarik dari pasangan yang menikah: Kak Ersa lebih tua dari Mas Teguh, Kak Ersa orang Batak dan Mas Teguh orang jawa, Kak Ersa akan berumur 34 tahun ini. Kenapa menarik? Pasangan perempuan lebih tua kadang dihindari, bukan hanya oleh perempuan, tetapi juga oleh keluarga yang masih berpikir tidak pantas si perempuan lebih tua dari laki-laki. Pasangan Batak dan Jawa memang sudah banyak. Akan tetapi, menarik ketika acara resepsi pernikahan mereka tidak dibuat ribet seperti kebanyakan orang Batak. Dan mungkin itu pula yang membuat acara resepsi di gedung yang tidak besar juga sudah memadai. Kak Ersa yang berumur 34 tahun menjadi hal yang menarik karena ternyata sekarang ini sudah semakin banyak orang muda yang tidak terlalu berpikir untuk menikah cepat-cepat. Menarik buatku juga karena sepertinya usia orang ingin menikah saat ini sudah akan berubah menjadi di atas 30an. Kenapa harus buru-buru? (Pertanyaan bodoh!)

Pukul 17.00. Aku dengan rombongan Komisi Wanita dan orang bapak pergi ke Aula Kodam Jaya di daerah Cawang. Kami mengikuti Ibadah Syukur Ulang Tahun Emas Pernikahan Pak Pudjadi dan Ibu Hartati. Mereka adalah orang tua dari pendeta konsulen di gereja aku melaksanakan CP II. 50 tahun pernikahan? Sudah banyak hal yang dilalui oleh pasangan itu. Banyak hal menarik yang aku temukan di acara kebaktian itu. Gereja yang melaksanakan ibadah ternyata adalah GKJ Eben Haezer, gereja Fillia, gereja tempat kami dulu pernah bernyanyi di ibadah pemuda untuk "ngamen". Pendeta yang menyampaikan khotbah adalah orang yang sering aku lihat di kampus karena dia adalah pengurus yayasan sekolahku. Seorang pendeta yang merupakan teman pendetaku adalah pendeta tentara yang berasal dari gereja asalku. Pangkatnya ternyata kolonel. Hal menarik lainnya: aku melihat bahwa orang ternyata selalu tertarik untuk membicarakan hal yang kurang dari keluarga orang. Ketika melihat keturunan dari keluarga Pak Pudjadi dan Ibu Hartati, orang pasti tertarik membicarakan ada hal yang kurang. Walaupun ada yang kurang, sungguh menarik melihat bahwa Pak Pudjadi dan Ibu Hartati dapat mengatasi itu. Mantan Pangdam Jaya yang hadir dan bernyanyi setelah ibadah menggambarkan bahwa pasangan itu meletakkan keluarga mereka dalam sebuah segitiga sama sisi di mana di sudut paling atas mereka menempatkan Tuhan dan di sudut kiri dan kanan ada Pak Pudjadi dan Ibu Hartati serta anak-anak ditempatkan di dalam segitiga itu. Menarik melihat Pak Pudjadi di umur yang ke 83 dan Ibu Hartati di umur yang ke 74 masih terlihat sehat. (Menarik juga ternyata Pak Pudjadi menikah pada umur 33.

Dalam perjalanan kami berangkat, orang-orang di mobil yang kami tumpangi juga berbicara mengenai anggota keluarga yang belum menikah. Mentorku yang juga seniorku akan berumur mendekati 30 tahun Juli ini. Orang-orang berpikir kalau dia sudah sepatutnya berkeluarga. Orangtua mentorku tidak mendesak, tetapi sudah ingin menggendong cucu. Di dalam mobil juga sempat dibicarakan seorang pemuda yang sudah berumur 30an yang belum menikah, padahal selama ini sudah dekat dengan seorang pemudi. Pemudi yang dimaksud aku sempat lihat diberikan sebuah pernyataan oleh seorang jemaat yang sudah menikah dan punya anak satu,"pertanyaan kapan itu tidak akan pernah berhenti. Kalau belum nikah, ditanya kapan menikah, sudah punya anak satu pun akan ditanya lagi, kapan ada adiknya lagi.."

Sungguh kemarin itu topik yang paling pas adalah pernikahan.

Pertanyaan buatku: kapan kawin? Lho?

Perumnas Klender
30 Juni 2011
08:22

Tuesday, June 28, 2011

Friday, June 24, 2011

Cerita Tak Jelas

Sudah lama tidak menulis di blog ini.

Dan entah kenapa kalimat di atas adalah kalimat yang paling ampuh untuk mengawali sebuah tulisan di blog yang sudah cukup lama tidak diperbarui ini.

Baiklah. Aku akan bercerita tentang hari ini.

Hari ini saja? Setelah lebih dari sebulan tidak menulis, aku hanya menulis cerita tentang hari ini?

Itu hakku. Kan yang mempunyai blog dan yang ingin menulis di blog ini aku juga. Kenapa pula dirimu yang mengetik dengan huruf miring di atas mem(p)rotes keinginanku. Tolong jangan ganggu aku dengan ketikan huruf miring di atas itu lagi saat aku sudah mulai bercerita tentang hari ini. OK?

Baik.

Baik. Hari ini adalah hari Jumat, tanggal 24 Juni 2011. Pagi ini aku tidur jam berapa ya? Aku ingat. Aku baru tidur sekitar pukul 4, karena aku susah tidur. Aku juga memiliki satu tugas yang harus aku selesaikan hari ini: membuat khotbah di Komisi Wanita untuk sore tadi. Memikirkan hal itulah yang membuatku menjadi susah tidur, selain ada faktor nyamuk juga.

Pukul 4, aku mengatur alarm di ponselku untuk berbunyi pukul 6. Aku membuat alarm untuk berbunyi pukul 6 karena aku kuatir. Aku kuatir kalau aku tidak akan menyelesaikan tugasku membuat khotbah bila aku bangun di atas jam 8. Pada kenyataannya, aku bangun sekitar pukul 6.30. Lalu tidur lagi. Lalu bangun lagi, tidur lagi, dan baru benar-benar bangun pada pukul 7.30. Aku lalu mengirimkan beberapa sms kepada beberapa teman, bertanya apakah mereka memiliki khotbah atau bahan untuk khotbah di komisi wanita. Seorang teman membalas dan mengatakan kalau dia akan mengirimkan file yang dia punya. Sementara itu, hati yang tidak tenang dan keinginan untuk tidur saja membuatku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur di kamar bawah kontrakan kami. Aku mengatur alarm ponselku untuk berbunyi pada pukul 9. Rebahan tidak sampai dua puluh menit, aku sudah naik lagi ke kamarku. Menulis sesuatu di OneNote komputerku. Lalu aku turun lagi.

Sekitar pukul 9, aku naik lagi. Aku memutuskan untuk memilih satu di antara banyak pilihan perikop yang aku pikir dapat aku buat menjadi khotbah. Menyadari kalau aku memiliki cara berpikir yang aneh, aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang cukup mudah untuk dibahas. Pilihanku jatuh pada teks di kitab Titus. Sekitar pukul 09.22, aku resmi memulai membuat khotbah.

Singkat cerita, dengan perjuangan yang ternyata membutuhkan ke-masa-bodoh-an, aku baru menyelesaikan teks khotbah terpanjang yang aku pernah buat itu (sekitar 1.878 kata) pada sekitar pukul 15.00. Dengan selingan sebuah kepanikan yang terjadi buat mamak di Medan dan juga kakak, khotbah itu selesai juga.

Kepanikan? Aku pikir aku perlu cerita tentang kepanikan yang dialami mamak dan juga kakakku. Sekitar pukul 13.50 aku menerima sms dari mamak. Aku tidak langsung membalasnya karena aku pikir mamak bertanya aku di mana karena dia tahu aku sedang membuat khotbah. Nomorku yang dikirimi sms itu sedang aku pakai sebagai modem. Itu pula yang membuat aku tidak bisa menjawab telepon dari mamak. Aku tetap berpikir kalau mamak menelepon hanya ingin tahu apakah aku sudah menyelesaikan khotbahku. Kakakku yang menelepon pun tidak aku hiraukan karena aku masih berjuang membuat khotbahku. Beberapa saat kemudian aku mengeluarkan kartuku dari modem dan memasukkannya ke handphone. Aku lalu membalas sms mamak. "Aku masih di kontrakan. Masih membuat khotbah."

Tak lama, sebuah telepon masuk. Dari seorang teman. Aku langsung mengangkat. Betapa terkejutnya aku ketika tahu ternyata dia meneleponku karena kakakku telah meneleponnya bertanya tentang apakah aku punya masalah. "Kakakmu bilang teleponmu tidak diangkat…"

Segera setelah telepon itu aku langsung menelepon mamak. Ternyata ada orang yang menelepon ke rumah. Suaranya mirip dengan suaraku. Mengaku kalau aku sedang ditangkap Polisi karena kasus narkoba. Si "aku" itu lalu menyerahkan telepon ke "polisi". Mamak yang panik bertanya kepada "polisi" itu di mana "aku" ditangkap. "Polisi" itu hanya mengatakan, "tenang, Bu. Anak ibu aman bersama kami." Entah kenapa, aku tidak tahu, mamak kemudian menutup telepon. Dia lalu berusaha menghubungiku. Dia juga sudah menghubungi kakakku dan kakak iparku. Syukurlah, pada akhir cerita aku ternyata baik-baik saja. Tidak tersangkut narkoba. Mamak sudah tenang sewaktu menerima smsku, tetapi tidak langsung meneleponku karena aku pikir dia tidak ingin aku panik. Segera setelah menelepon mamak, aku mengirimkan sms kepada kakakku, "udah. Nggak apa-apa. Gue di kontrakan lagi buat khotbah. Maaf tadi gak kuangkat. Lagi buat khotbah soalnya. Gue udah ngomong ama mamak." Beberapa saat kemudian, kakakku menelepon. Siapakah "aku" dan "polisi" itu? Aku tidak tahu. Aku berpikir itu adalah orang yang mungkin memiliki niat jahat. Dan syukur kepada Allah, niat jahatnya tidak berhasil.

Pukul 16, aku berangkat ke tempatku melaksanakan CP II. Sengaja berangkat lebih cepat, supaya aku tidak terjebak macet. Dan lebih tenang kalau sudah tiba lebih cepat, pikirku tadi.

Pukul 18, aku mengikuti kebaktian Komisi Wanita. Aku tidak tahu aku mulai khotbah jam berapa, tetapi khotbahku selesai pukul 18.35. Singkat, tidak padat, tidak jelas, tidak mendarat. Itulah menurutku. Ada sedikit insiden juga sebenarnya, tetapi itu tidak perlu diceritakan di sini. Insiden itu menjadi pelajaran saja buatku.

Pukul 19.30, aku seharusnya mengikuti sermon majelis. Aku diminta pendeta konsulen untuk melihat penggembalaan pra-pernikahan supaya melihat bagaimana jalannya penggembalaan pra-nikah. Ini cukup merupakan keuntungan buatku. Kenapa? Alasan itu pun aku pikir aku simpan sendiri saja.

Pukul 21.30, aku pulang bersama pendeta konsulen gereja tempat aku melaksanakan CP II yang bertempat tinggal di daerah Tambak.

Nah, itulah cerita untuk hari ini. Betapa tidak sistematisnya cerita ini, betapa tidak proporsionalnya setiap bagian dari ceritanya. Sudah dapat membayangkan bagaimana jadinya kalau aku berkhotbah?

Kontrakan Gak Jelas
24 Juni 2011
23:42

Sunday, May 8, 2011

Mencari dan (Tak) Menemukan

Aku mengakui kalau blog-ku ini termasuk blog yang tidak menarik. Maaf, bukan merendahkan diri, tetapi memang pada kenyataannya begitu. Walau tidak menarik, blog ini merupakan salah satu dari Bra? stuff (aku menyebut demikian untuk barang-barang Bra? Inc. di internet) yang paling bertahan dan masih tetap di-update walaupun jarang.

Multiply memang tidak mengizinkan terlalu banyak perubahan di halaman blog penggunanya kalau bukan Premium User. Tambahan kode HTML (dan Javascript) bagi reguler user hanya diizinkan di Welcome Box dan di Sidebar. Penggantian CSS code memang bukan hal yang aku minati sejak awal, sehingga aku memang cenderung memakai theme standar di blog-ku ini, tanpa mengutak-atik CSS-nya.

Penambahan kode di Welcome Box hanya menampilkan keterangan tentang blogku dalam bentuk gambar. Keterangan dan foto di dalam Welcome Box itu sudah sering diganti, tetapi aku sudah menggunakan model itu sejak 2006.

Ada dua fungsi dalam penambahan kode di Sidebar: menampilkan jumlah pengunjung dan menampilkan rankingku di Blog Indonesia. Sidebar di Multiply ini baru diperbolehkan untuk dipakai oleh seluruh pengguna Multiply sekitar akhir tahun 2009. Itulah sebabnya penggunaan Statcounter sebagai penghitung jumlah pengunjung baru dapat aku letakkan di Sidebar sejak 16 Februari 2010.

Aku suka dengan penghitung dari Statcounter.com ini. Statcounter tidak hanya mencatat jumlah pengunjung, tetapi juga memberikan data pengunjung masuk ke blogku lewat link apa, data keyword yang dipakai pengunjung sehingga terdampar di blogku, data halaman yang dikunjungi, dan masih banyak lagi.

Nah, aku sebenarnya di sini hanya ingin memaparkan keyword apa yang dipakai orang di search engine seperti Google maupun Yahoo! sehingga terdampar di blogku. (What a waste reading the introduction above!)

Di bawah ini adalah data keyword dari tanggal 14 April - 8 Mei 2011 yang menyebabkan beberapa pengunjung terdampar di blogku:
  1. artis cewek korea
  2. harga blitz megaplek moi satu orang
  3. This is a moment to remember
  4. pemeran a moment to remember
  5. vontho.multiply.com
  6. son ye jin a moment to remember
  7. jenifer lopez bugil
  8. lagu yang menggambarkan jatuh cinta
  9. wanita manis bugil
  10. wanita manis bugil
  11. pakaian pernikahan simalungun
  12. foto-foto panas jenifer lopes
  13. gambar busana adat simalungun
  14. a moment to remember
  15. kartu atm mandiri
  16. dada sakit
  17. Sibuntuon
  18. film inspired by true story
  19. jennifer lopez bugil
  20. Nama Perempuan manis di bus 213
  21. sariawan di lidah
  22. tarif bus royal platinum
  23. renungan harian upper room
  24. lusindo tobing
  25. sakit dada
  26. jenefer lopez foto
  27. bentuk gambar love
  28. megaplexxi
  29. sakit dada
  30. foto jenifer lopez
  31. cream soup
  32. bunuh diri
  33. film denias
  34. pakaian adat batak
  35. wanita manis indonesia
  36. wanita manis indonesia
  37. laptop asus gak bisa send to bluetooth
  38. foto bugil jlo
  39. sejarah perkembangan gereja di singapura
  40. cream soup kfc
  41. sariawan lidah
  42. sariawan lidah
  43. sariawan lidah
  44. gedung bni 46
  45. gedung bni 46
  46. gedung bni 46
  47. desi rosalin purba
  48. pevita pearce
  49. baju batak angkola
  50. sariawan di lidah
  51. sariawan di lidah
  52. RUTE JALAN SIANTAR - KABANJAHE
  53. hitam atau putih jangan abu abu
  54. senat stt jakarta
Dari 54 pengunjung dengan keyword di atas, aku pikir hanya beberapa yang mendapatkan apa yang dicarinya. Orang yang mencari "pemeran a moment to remember" yang diarahkan ke http://vontho.multiply.com/journal/item/576/Son_Ye-jin_Pengawas_Ujianku, "desi rosalin purba" yang diarahkan ke http://vontho.multiply.com/journal/item/585/Todays_Story, dan "sariawan di lidah" yang diarahkan ke http://vontho.multiply.com/journal/item/376/Sariawan_Ini. Sisanya? Kemungkinan besar langsung menutup halaman begitu tidak menemukan yang dicari, apalagi yang mencari "jennifer lopez bugil".

Nah, ada yang membuatku penasaran. Siapakah yang mencari "desi rosalin purba", "sejarah perkembangan gereja di singapura", dan "senat stt jakarta"?

Kamarku, Kontrakan Gak Jelas
9 Mei 2011
2:21

Happy Birthday to Me?

Happy birthday to me.
Happy birthday to me.
Happy birthday dear me.
Happy birthday to me.

Empat baris kalimat di atas adalah empat baris lagu yang sekitar tujuh tahun sebelumnya masih dengan semangat kunyanyikan. Sendiri. Bahkan ketika aku sebenarnya tidak sedang berulang tahun. Empat baris lagu itu juga sempat aku buat di sebuah page khusus untuk ulang tahunku yang keduapuluh waktu itu. Tahun ini tak ada niatku untuk menyanyikan lagu itu lagi. Hanya saja lagu sejenis akhirnya dinyanyikan ketika aku bertemu Eydro dan keluarga di Solaria Sky Dining Plaza Semanggi. Bahkan sangat menyenangkan buatku mendengar Eydro yang masih lucu-lucunya itu yang bernyanyi dengan semangat lagu "selamat ulang tahun."

Kamarku, Kontrakan Gak Jelas
8 Mei 2011
14:27

Monday, March 28, 2011

Ketikan Pemalas: Catatan Kuliah?

Ini adalah ketikan pemalas. Aku menyebutnya demikian karena aku mengetiknya sambil merebahkan tubuhku di lantai sambil meletakkan keyboard di atas pahaku. Aku pun mengetik dengan jarak mata dengan layar kurang lebih 1,73 meter, tinggi badanku.

Tulisan ini bisa jadi merupakan hasil dari sedikit permenungan dari mengikuti kuliah dari Pak Jan Sihar Aritonang dalam beberapa minggu terakhir. Beliau mengajar kuliah Sejarah Gereja dan Teologi Asia. Dari nama mata kuliahnya saja sudah dapat ditebak kalau dalam mata kuliah ini banyak dibicarakan mengenai perkembangan gereja dan teologi di Asia. Dan memang permenunganku ini berhubungan dengan perkembangan gereja di beberapa negara Asia yang direfleksikan dengan perkembangan gereja di Indonesia. Tidak ada gunanya belajar sejarah kalau tidak direfleksikan dengan keadaan kita sendiri.

Dalam beberapa minggu terakhir, di dalam kuliah SGTA ini dibahas tentang perkembangan gereja di beberapa negara ASEAN. Filipina, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, dan yang dibahas hari ini: Malaysia dan Singapura. Bentuk kuliah ini adalah presentasi kelompok dan kemudian ada tambahan dari dosen. Sejujurnya aku sering tidak memerhatikan pemaparan kelompok, tetapi aku selalu memerhatikan pemaparan dari Pak Aritonang. Yang aku tangkap dari pernyataan tambahan dari Pak Aritonang selama beberapa minggu terakhir adalah gereja-gereja di beberapa negara yang telah aku tuliskan di atas memiliki peranan cukup signifikan walaupun mereka termasuk minoritas juga (kecuali Filipina). Gereja di Kamboja, misalnya, terbuka setiap hari untuk kegiatan gereja terhadap masyarakat. Pak Aritonang menceritakan kalau gereja di sana dindingnya tidak ada. Masyarakat yang kebanyakan bukan orang Kristen datang ke gereja untuk menerima penyuluhan yang berhubungan dengan pengembangan masyarakat. Pak Aritonang mengontraskan hal tersebut dengan gereja-gereja di Indonesia yang rata-rata tertutup dan hanya terbuka pada jam tertentu "untuk latihan koor."

Dalam kuliah hari ini Pak Aritonang juga memberikan gambaran peranan orang Kristen di Sabah dan Sarawak terhadap pembangunan di sana. Dalam hal kesehatan, beliau memberikan gambaran bahwa rumah sakit-rumah sakit di Penang dan Malaka, tempat orang Indonesia banyak berobat, adalah rumah sakit yang dimiliki oleh lembaga Kristen.

Gambaran-gambaran tersebut, walaupun sedikit, pada akhirnya membuatku bertanya, "apakah kontribusi kekristenan di Indonesia bagi Indonesia?" Pertanyaan itu sempat aku lontarkan kepada Mas Trisno Sutanto lewat Twitterku. Beliau menjawab, "tentunya banyak sumbangannya, tetapi tidak bisa ditweet." Beliau kemudian menganjurkanku membaca A History of Christianity in Indonesia, buku yang disunting oleh Pak Aritonang, dan buku-buku lain yang berhubungan dengan sejarah dan peran kekristenan. Aku kemudian bertanya, "berarti peran di masa lalu ya, Mas? Perannya sekarang yang sepertinya tertinggal dibanding di negara-negara Asia lainnya."
"Peran sekarang belum didokumentasi dan dikaji, masih tercecer. Kalau mau tahu, harus riset ke lapangan."
Pernyataan menarik, pikirku kemudian. Hal ini sebenarnya bisa saja dijadikan sebagai sebuah topik skripsi. Hanya saja "riset ke lapangan" merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh mahasiswa STT Jakarta, karena masih kurang tools.

Selain tentang peranan gereja, ada hal lain yang menarik dari negara Malaysia yang by law merupakan negara berdasarkan agama Islam. Pak Aritonang menyebutkan bahwa dalam kejadian berupa pembakaran gereja beberapa waktu lalu yang terjadi di Malaysia, pemerintah Malaysia tidak diam. Pemerintah menangkap dan menghukum para pelaku. Di Indonesia yang bukan negara agama ini?

Lalu apakah pentingnya informasi yang aku sebutkan di atas? Sebuah tulisan sebaiknya diakhiri dengan refleksi. Dan inilah refleksiku: gereja di Indonesia sebaiknya mulai menunjukkan aksi nyatanya melalui kegiatan-kegiatannya yang berguna untuk kemajuan bangsa, bukan hanya untuk perkembangan gereja itu. Aku juga kemudian bertanya pada diriku sendiri, apa yang bisa aku sumbangkan untuk negara ini supaya negara ini bisa menjadi negara yang maju, yang tidak menjadi tertinggal dari negara-negara yang dulunya tidak lebih maju dari negara ini. Dan untuk negara ini, kau mau jadi negara apa? Negara agama kah?

Demikian saja ketikan si pemalas.

Kontrakan Gak Jelas
28 Maret 2011
23:26

Sunday, March 27, 2011

Bila Aku Jatuh Cinta

Jatuh cinta. Istilah ini jarang aku pakai. Istilah yang hampir selalu aku pakai malah jatuh suka. Hanya saja, untuk tulisan ini aku akan memakai istilah jatuh cinta ini. Itu karena aku pikir tidak ada lagu yang temanya jatuh suka.

"Bila aku jatuh cinta..." Kalimat ini baru saja aku nyanyikan. Aku tidak bisa mengingat apa judulnya, juga siapa penyanyinya. Sepertinya sih penyanyinya adalah Nidji. Lagu yang mana, aku tidak bisa mencarinya di komputerku, karena aku hanya punya sedikit lagu mereka.

Aku andaikan saja jatuh suka yang selama ini aku alami dapat dikategorikan sebagai jatuh cinta. Pada saat aku jatuh cinta, ada beberapa lagu yang sepertinya pasti akan aku putar. Berikut ini adalah daftarnya:
  • Rihanna feat. NeYo - Hate That I Love You
  • Celine Dion feat. Lucianno Pavarotti - I Hate You Then I Love You
  • Julio Iglesias - Crazy
  • Britanny Murphy - Somebody to Love
  • Rod Stewart - Have I Told You Lately
  • Norah Jones - Love Me Tender
  • Bryan Adams - When You Love Someone
  • Renee Olsteadt - A Love That Will Last
Itu adalah beberapa lagu yang hampir selalu aku putar saat "jatuh cinta". Kalau diperhatikan, sebenarnya tidak ada di antara lagu-lagu itu yang nyambung dengan jatuh cinta.

Apakah sekarang aku sedang jatuh cinta? Absolutely not. Dan juga aku pikir aku tidak akan jatuh cinta dalam waktu dekat.


Kontrakan Gak Jelas
28 Maret 2011
09:57

Monday, March 14, 2011

Bunuh Diri?

Pernah terpikir untuk bunuh diri?
 
Saya? Saya sudah tiga kali mencoba bunuh diri, saat saya masih di SD dulu. Bertujuan agar bisa berteman selamanya dengan Peter. Saat kelas 6 SD, Peter pernah memanas-manasi saya untuk bunuh diri. Dia meyakinkan saya untuk loncat dari angkot, menyayat nadi, dan minum obat warung. Tetapi anehnya, selalu ada saja yang menghalangi saya agar tetap hidup. Mungkin belum waktunya. Termasuk dua strip obat yang saya minum, saya tetap sehat.
 
Saya tidak bisa menyalahkan Peter. Dia hanya ingin saya tetap mungil selamanya dan menjadi temannya. Dia panik melihat payudara saya mulai tumbuh. Peter menyerah. Dia pun berkata, "kau bisa menjadi kakakku… ibuku… atau nenekku nanti..." Melihat saya sekarang, dia bilang. "Harusnya kau ikut aku dulu." Biar Peter bilang begitu, sekarang tidak pernah terbersit sedikit pun kata 'bunuh diri' setelah suatu saat saya akhirnya bertemu hantu yang mati bunuh diri.
 
Dia adalah seorang wanita berwajah manis. Dia dulunya adalah pembantu tetangga, gantung diri di kamarnya akibat disakiti hatinya oleh tentara yang tinggal di dekat rumahnya. Biasanya 'mereka' bisa mengenali orang-orang yang punya kemampuan melihat 'mereka'. Sejak dulu sering kali saya diikuti, didatangi..dan dimintai tolong. Minimal 'mereka' biasanya hanya minta disampaikan apa yang belum pernah disampaikan semasa hidupnya, kepada keluarga atau teman temannya.
 
Nah, hantu pembantu yang meninggal gantung diri ini agak ekstrim. Dia mendatangi saya untuk minta bantuan melepaskan tali di leher yang masih mencekik dia. Dia datang menangis tengah malam menembus pintu kamar saya. Saya hanya bisa menutup badan dengan selimut dan menggigil takut. Sementara itu dia terus berbicara.
"Neng... Bisa bantu teteh, Neng? Neng..."
Masih berselimut, saya bergetar berbicara, "mau apa, Teh?"
Dia menjawab, "sesak, Neng. Tolong… Sesak..."
Saya mulai membuka mata, menyingkap selimut, lalu memandang dia. Kasihan… Mukanya sedih pucat… Seutas tambang masih menempel, dan tangannya memegangi tali.
Dalam keadaan terengah dia terus bercerita, "pacar saya, Neng. Kabur… setelah menghamili saya. Saya bingung. Gantung diri.. agar tenang..."
"Sakit… Saya pikir saya tidak mati.. karena masih bs membuka mata. Ternyata tidak. Saya melihat raga saya menggantung. Dan saya ada di bawah menatap raga saya."
 
Saya mulai lupa kalo dia hantu, dan bertanya, "lalu? Gimana, Teh?"
Dia menangis lagi berkata, "begini aja, Neng… Saya mati udah 10thn. Masih sakit..."
Mungkin kita pernah mendengar, jika kita mati ada malaikat yang akan menjemput kita. Itu tidak terjadi padanya. Dia tersiksa dengan perasaan sakit di lehernya seperti sakit yang dia rasakan saat nyawanya terlepas karena gantung diri. Lebih parahnya, dia tidak bisa berkomunikasi dengan hantu lainnya, yang mungkin gentayangan karena penasaran, tetapi mereka tidak bunuh diri. Dia hanya bertanya kepada saya, "sampai kapan teteh akan begini ya, Neng? Sakit… Teteh pikir dengan bunuh diri, akan lupa pada kepedihan hati."
 
Saya yang waktu itu duduk di bangku SMP hanya menggelengkan kepala dan menjawab seadanya, "mungkin sampai kiamat, Teh.." Dan dia terisak keras, suaranya mengerikan dengan nafas terengah karena tali di leher.
"Coba bantu teteh membuka tali ini, Neng..."
Perasaan takut sudah lewat.  Saya coba memegang talinya. Tembus lagi tembus lagi bahkan tidak bisa saya pegang.
"Maaf , Teh. Saya nggak bisa bantu."
 
Walau dia hantu yang cukup ekstrim, dia masih sopan menghadapi saya setelah tahu saya tidak bisa membantunya. Dia terisak, terdiam. Dan dalam keadaan yang masih terengah sesak, dia meninggalkan kamar saya. Sambil berkata, "semoga cepat cepat kiamat ya, Neng."
 
Setelah dia meninggalkan kamar saya, saya hanya bisa terdiam. Cukup sedih melihat kondisinya. Tidak ada yang bisa membantunya, sendirian menanti kiamat. Lalu saya teringat Peter yang menyuruh saya bunuh diri. Untung tidak saya lakukan. Percuma. Saya tidak akan pernah bertemu dengan Peter dan yang lainnya.
 
Di saat kita semua ketakutan menghadapi kiamat karena merasa belum siap, di tempat lain ada hantu-hantu yang sangat menanti datangnya kiamat.
 
Untuk yang masih berpikir untuk bunuh diri, terserah. Dengan membaca cerita saya, mungkin sudah terbayang bagaimana nantinya.



Tulisan di atas adalah kumpulan tweet @risa_saraswati yang di-update pada tanggal 14 Maret 2011 dari sekitar pukul 20:58 hingga 22:18. Risa Saraswati dulu adalah vokalis band indie Homogenic, sekarang solo karir dengan nama Sarasvati.*
Tulisan di atas dikutip atas izin dari pemilik tweet tersebut.

*: info dari Ismiranda Lubis, seorang teman saya, melalui tweetnya. Saya mengetahui tweet Risa Saraswati juga melalui retweet yang dilakukan Ismi.

Sunday, March 6, 2011

Langit Biru

Pernahkah Anda menengadah ke atas melihat langit? Saya tadi melakukannya ketika berjalan ke warung makan milik Ian.

Langitnya berwarna biru.

Bukankah langit biasanya memang berwarna biru? Tentu langit memang biasanya berwarna biru bila tidak ada awan yang menutupi. Hanya saja pemandangan langit berwarna biru sepertinya merupakan pemandangan yang jarang bila Anda tinggal di Jakarta. Atau, jangan-jangan saya yang memang jarang mengarahkan pandanganku ke arah langit di atas kota Jakarta ini?

Langitnya berwarna biru.

Sewaktu sarapan tadi saya membayangkan diri saya tidur di atas padang rumput. Memandang ke langit yang berwarna biru! Padang rumput? Di mana saya bisa menemukan padang rumput di Jakarta? Setiap meter bujursangkar tanah di Jakarta ini harganya sangat mahal dan lebih berpotensi untuk ditutupi dengan beton.

Ah, untung masih ada beberapa ruang terbuka hijau yang bila saya ke sana saya masih bisa tidur di atas rumputnya yang cukup luas. Itu pun jumlahnya sedikit. Yang ada di kepala saya hanyalah Taman Suropati, Monas, dan Kebun Binatang Ragunan. Ada lagi tidak ya?

Langitnya berwarna biru.

Ah, itu hal biasa, Von!

Kontrakan Gak Jelas
7 Maret 2011
08:50

Friday, February 11, 2011

Today's Story

So, this is the story..

Hari ini aku sudah berjanji bertemu dengan Bang Binsar Pakpahan di Immanuel Cafe, di dalam Toko Buku Immanuel. Tidak hanya dengannya, tetapi juga (mungkin rencananya) dengan orang-orang yang dulu pernah berkumpul bersama di tempat itu pada tanggal 27 Juli 2010 yang lalu. (Entah kenapa struk pesanan dan pembayaran makanan di hari itu masih ada padaku. Dan sekarang berada tepat di sebelah keyboard aku mengetik tulisan ini.)

Aku bangun cukup cepat pagi ini, tetapi aku asyik berinternet ria dulu. Sebenarnya janji bertemu dipercepat menjadi pukul 09.30. Sayangnya aku baru akan mandi ketika jam di komputerku sudah menunjukkan waktu pukul 09.20an. Setelah mandi, aku berpakaian, lalu melihat handphoneku. Ternyata ada satu panggilan tak terjawab dari Aiko. Aku langsung berjalan ke arah TB Immanuel. Dan bodohnya, aku baru mengirimkan pesan pendek setelah aku mendekati tempat tujuan. Melihat mobil Aiko tak ada di depan tempat itu, aku langsung masuk ke RM Jatim, warung makan yang letaknya berseberangan dengan TB Immanuel. Aku memesan nasi dadar lalap. Lalu duduk. Beberapa saat duduk, aku mendapat pesan pendek balasan dari Aiko. "Di kantin stt."

Selesai makan, aku langsung berjalan menuju sekolahku. Di jalan, aku mendapat pesan pendek dari Aiko menanyakan keberadaanku dan menyampaikan kalau ada rencana ke Grand Indonesia. Mereka akhirnya menunggu.

Aku tiba di sekolah. Ternyata hanya ada Aiko dan Kak Lusiana selain Bang Binsar. Kak Tulusi, Bang Kinoi, dan Bang Marthin tidak ada. Kak Tulusi magang, Bang Kinoi kerja, Bang Marthin sepertinya belanja keperluan Bengkel PK.

Foodlouver Grand Indonesia. Setibanya di GI, kami langsung ke tempat itu. Kami, ditambah dengan pacar Bang Binsar, makan dan nongkrong di sana. Makanan yang kami makan tidak perlu dituliskan bukan? Lagipula aku sudah lupa apa saja. (Bukan karena banyak. Aku sebenarnya ingat, tetapi untuk keperluan tulisan ini aku sengaja melupakannya. Lho?)

Pukul 12.10 kami beranjak dari tempat itu. Setelah sempat berencana nongkrong di salah satu warung kopi di GI, kami akhirnya malah pergi ke Gramedia. Dalam perjalanan ke Gramedia, aku dipanggil Doan dan Meyer, temanku di STT Telkom dulu, yang melihatku berjalan melewati area Foodlouver. Aku nongkrong lah bersama mereka, dan satu adik PA-nya Doan. Tanpa bilang-bilang pula dengan teman-temanku yang sebelumnya bersamaku. Aku mengirimkan pesan pendek ke Aiko setelah cukup lama aku nongkrong dengan mereka. Dan ternyata mereka sudah sempat mencariku. Maap. Catatan untuk pembaca: Kalau mau menghilang dari rombongan, bilang-bilang dulu!

Aku kemudian menyusul Bang Binsar dan teman-teman ke Gramedia. Aku hampir selalu melihat bagian komputer kalau ke Gramedia Grand Indonesia. Dan tahu apa yang aku mau lihat? Aku hanya ingin memeriksa apakah buku "Mendesain Logo" dan  "Layout Dasar dan Penerapannya" yang ditulis oleh Surianto Rustan, dan juga buku "Tipografi dalam Desain Grafis" yang ditulis Danton Sihombing masih ada atau tidak. Padahal aku sudah memiliki ketiga buku tersebut, entah untuk apa! Dan sialnya, aku tadi menemukan sebuah buku lagi yang ditulis oleh Surianto Rustan. "Font dan TIPOGRAFI". (Tak tahu juga kenapa di bagian dalam buku ini TIPOGRAFI sebagai judul buku ini ditulisnya dalam huruf kapital semua, termasuk dalam bagian "Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Penerbitan.") Dan entah kenapa walau sudah berpikir berulangkali, aku tetap membelinya. Padahal harganya Rp95.000. (For the record, the last book about typography that I bought was Rp98.000. Mendesain Logo: Rp78.000-80ribuan; Layout Dasar: Rp86.000. These data proves that I'm idiot! )

Setelah membayar buku itu, aku berdiri di tempat buku baru dipajang. Ada buku "Mengapa Sri Mulyani? Menyibak Tabir Bank Century". Aku lupa siapa penulisnya. Kalau tidak salah: Steve Santoso. Aku membaca beberapa halaman penting. Dan aku semakin yakin dengan kesimpulanku selama ini: SMI-B adalah orang jujur yang menjadi korban keserakahan orang-orang serakah uang dan kuasa di negeri lelucon ini, Indonesia bapak! (Ini penilaian subyektifku. Dan penulis buku itu juga menyatakan kalau buku itu tidak terlepas dari subyektivitasnya sebagai orang yang cukup dekat juga dengan SMI.)

Next destination: Bang Binsar dan Kak Okta ke Foodlouver; aku, Aiko, dan Kak Lusiana nongkrong di Fab Cafe di dalam Gramedia GI. Aiko dan Kak Lusiana membahas tentang suatu acara, dan aku memfoto-foto Bunderan HI memakai kamera Lia yang entah kenapa bulan ini sepertinya untuk sementara menjadi hak milikku. Lho? Mendekati pukul 15.00, kami pulang. Sebelum pulang aku dan Kak Lusiana membeli ice cream cone di Burger King. Ternyata enak! Apalagi aku dibayarin.

Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Aku langsung menuju Bengkel PK. Entah untuk apa. Di sana aku bertemu dengan Diana, Irmanda, Merlin, dan Ana. Masuk ke dalam lagi, ternyata ada Isabella Sinulingga a.k.a Icha dan Desi Rosalin Purba a.k.a Siro. (Kenapa harus lengkap ya namanya?) Di tempat Siro, Siro dan Icha ternyata sedang menyortir kartu ucapan yang telah dimasukkan ke dalam Kotak Cinta di depan Bengkel PK dalam rangka Valentine's Day. Kartu-kartu yang telah dimasukkan itu akan disampaikan kepada orang-orang yang ditujukan di kartu-kartu itu pada hari Senin ini, 14 Februari 2011, tepat pada hari Valentine. (Just in case you don't know that February 14 is Valentine's Day.)  Entah kenapa, aku malah bertanya kepada Siro, "untuk gue dari Icha doang kan?" (I had already knew that Icha had put a card for me into the box because I was there when she made the card and told me that the card was for me. "Nanti tanggal 14 ya dibacanya, Kak," Icha said to me that day.) Dan aku terperangah sewaktu Siro bilang, "nggak kok, Kak. Banyak untuk kakak." Wadoooh.. Kok aku jadi serasa artis? (Pada bagian ini, pembaca boleh, bahkan dianjurkan untuk, muntah!) Akan tetapi, aku memang tak berniat sama sekali untuk melihatnya sebelum waktunya. Hanya saja sudah terdengar suara menggelegar dari ruang depan Bengkel PK, "heh, Vontho. Lo nggak boleh di situ!" Coba tebak suara siapa? Ya, Anda benar! (Memang siapa?)

Aku pun keluar dari ruangan Siro. Aku duduk di ruangan depan Bengkel PK. Dan duduk memerhatikan mereka yang ada di ruangan itu. Lalu sesekali mengambil foto mereka yang sedang membuat kartu. Mendengar cerita lucu tentang "kabar buruk" yang diterima oleh Irma tadi pagi dari Jere. "Kabar buruk" itu adalah "Mubarak tidak mau turun." (I thought Irma has to write down the story.) Cukup lama aku hanya duduk nongkrong di ruangan itu sementara yang lain sibuk membuat kartu ucapan dan membuat kreativitas. Aku kemudian terpikir untuk membuat amplop dari kertas A4 bekas. Seperti yang diajarkan oleh Diana kepadaku, Irma, dan Icha di hari Icha menuliskan kartu ucapannya kepadaku. Selesai membuat amplop, Diana menyodorkan kertas yang harus aku gunting untuk menyelesaikan kreativitas yang dibuatnya. Selesai menggunting, aku malah membuat sebuah kartu ucapan juga buat Icha. Dan memasukkannya ke dalam amplop oranye yang aku buat sebelumnya.

Aku juga sempat menggunting-gunting dan menghasilkan sebuah kartu berbentuk talk-cloud dan di tengahnya aku tempel sebuah kertas warna merah bertuliskan I dan sebuah kertas merah lainnya berbentuk hati. "Untuk siapa tuh?" tanya Siro.

Irma dan Diana berencana ke Gramedia. Aku ikut dengan mereka. Sewaktu mau berangkat, seorang tukang bajaj mengucapkan kata "anjing!" setelah kami tidak jadi naik bajaj-nya. (Pakai tanda seru dong, masa pakai tanda tanya?) Itu insiden kecil lah. Kami akhirnya naik bajaj berwarna hijau yang di pintunya tertulis tulisan Jakarta Selatan. Tak heran dia lebih manusiawi dari tukang bajaj lainnya yang telah kami stop dan telah melakukan tawar-menawar dengan kami.

Gramedia Matraman. Apa tujuan kami? Ini rahasia. Kenapa jadi kami? Karena aku diikutsertakan (dan mengikutsertakan diri) untuk tujuan rahasia ini.

Mendekati pukul 20.00 aku sudah tiba lagi di kamarku. Aku menghidupkan komputerku. Buka halaman ini. Dan menuliskan ini sejak sekitar pukul 20.03.

So, that's the story for today.

Kamarku, (Sepertinya Masih) Kontrakan Gak Jelas
11 Februari 2011
22:16

PS: I guess this is the first time I write a day's story (in a long story like this) again since I don't know when was my last time writing something like this. It's too random, right?

Wednesday, February 9, 2011

Berita Tolol dari Saya

Saya akan menulis sebuah tulisan tak jelas tujuan dan arahnya untuk sekitar 30 menit ke depan, di Komputer Perpustakaan ini.

Cerita dimulai dengan berita yang muncul dalam beberapa hari terakhir. Ada berita tentang pembunuhan terhadap pengikut Ahmadiyah di Banten, ada berita tentang pembakaran 2 gereja dan perusakan 1 gereja Katolik di Temanggung.

Berita tentang pembunuhan terhadap pengikut Ahmadiyah saya lihat pertama kali dari tweet beberapa orang yang aku follow di Twitter. Saya menyebutnya pembunuhan karena penyerangan itu pasti sudah direncanakan sebelumnya. Saya sempat membaca tweet yang menyatakan kalau ada orang yang menyebut itu sebagai sebuah bentrokan. Bentrokan? Anda menyatakan diri Anda orang paling tolol sedunia kalau Anda menggolongkan kejadian di Banten itu sebagai bentrokan.

Video pembunuhan terhadap pengikut Ahmadiyah itu anehnya (atau tololnya? atau syukurnya?) beredar di YouTube dan cepat tersebar melalui Facebook dan Twitter. Dengan adanya video itu, saya sendiri tidak menontonnya, orang dapat menilai bahwa apa yang dilakukan terhadap pengikut Ahmadiyah itu adalah perbuatan yang keji. Saya setuju dengan pendapat Guntur Romli kalau orang-orang yang masih menyalahkan pengikut Ahmadiyah atas kejadian itu adalah orang biadab, otaknya sudah tidak dapat menilai apa yang salah.

Perhatian kepada berita pembunuhan (berencana?) yang dilakukan kepada pengikut Ahmadiyah itu sedikit teralihkan ketika saya mendapat sebuah link (atau tautan) tulisan Alanda Kariza, seorang anak perempuan berusia 19 tahun tentang ibunya. Ibunya adalah Kepala Divisi Corporate Legal Bank Century yang dituntut 10 tahun penjara dan denda 10 milyar rupiah atas tindakan yang tidak dilakukan oleh ibunya. Saya cukup sedih membaca tulisan itu. Sedih karena ada orang seperti Alanda Kariza akan kehilangan sosok seorang ibu bila sang ibu akan benar-benar dipenjara karena tindakan orang-orang serakah seperti Robert Tantular dan Hermanus Hasan Muslim, bos dari ibu Alanda Kariza. Semoga ibu dari Alanda Kariza bebas, itu harapan saya.

Perhatian saya kemudian tertuju kepada berita kerusuhan di Temanggung. Kerusuhan itu berakibat pada pembakaran 2 gereja dan perusakan sebuah gereja. Lagi-lagi setelah mengikuti berita-berita, kejadian ini juga sudah terencana. Pelaku perusakan diorganisir dari luar Temanggung. Entah apa motifnya. Hans kemudian berpendapat bahwa hal itu merupakan tindakan dari entah siapa yang memang dengan sengaja membuat rusuh dalam rangka mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang sedang hangat diperbincangkan di Republik Indonesia. Tentang kejadian ini, saya sempat berpikir bahwa pelaku penyebar selebaran tolol itu, dan juga pelaku kerusuhan yang menuntut penyebar selebaran tolol itu dihukum mati, sama-sama tolol. Sekarang saya jadi berpikir kalau pelaku kerusuhan itu lebih tolol karena mau dimanfaatkan untuk sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerti. Motif pelaku kerusuhan? Ekonomi, mungkin.

Entah apa lagi kejadian yang akan diberitakan oleh media. Saya sempat berpikir kalau ramalan di radio atas tahun kelinci tahun ini ada benarnya, yaitu tahun ini adalah tahun chaos yang terjadi dalam siklus 12 tahunan. Semoga saja ramalan itu tidak benar, atau semoga orang-orang yang suka chaos tidak memanfaatkan ramalan itu untuk membuat tahun ini memang menjadi tahun penuh kerusuhan. Dan penuh kegilaan.

Yah, demikianlah berita tolol dari saya tentang beberapa berita (menyedihkan?) yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini.

Komputer Perpustakaan
10 Februari 2011
14:53

Friday, February 4, 2011

Enam Tahun

Hari ini tepat blog ini berumur 6 tahun. Banyak hal yang sudah aku publish di sini. Tulisan, foto, review, link yang menurutku menarik, bahkan jualan sebotol parfum pernah aku post di blog ini.

Blog ini bukanlah blog pertama yang aku buat. Blog pertamaku aku buat di tahun 2003 dengan menggunakan Blogger, hanya untuk sekadar mencoba. Tahun 2004 aku berkenalan dengan Kak Uthe lewat Friendster. Melihat blog-nya, aku tertarik untuk lebih aktif dengan blog-ku. Sering berkunjung ke blog-nya, akhirnya Kak Uthe menyarankan diriku untuk melihat blog-nya yang di Multiply. Aku pada akhirnya bergabung di Multiply ini juga.

Pada awalnya blog ini seperti tempat aku bercerita tentang kejadian yang aku alami sehari-hari. Atau tentang apa yang sedang aku rasakan atau pikirkan. Ini bisa dilihat dari blog entry pertamaku. Isinya seperti sebuah curahan hati terhadap Burung Camar. (Waktu itu aku memang suka dengan lagu Burung Camar yang dinyanyikan oleh Karen Indonesian Idol.)

Sebagai sebuah blog, blog ini pada akhirnya memang tidak (terlalu) jelas untuk apa dibuat. Bukan tempat seperti catatan harian, bukan pula tempat menampung tulisan-tulisan yang berfokus pada satu bidang tertentu. Pada satu masa, aku akhirnya membuat Welcome Message yang berisi keterangan tentang blog ini di halaman Home sebagai, "sebuah tempat untuk menyimpan tulisan-tulisan tak penting, foto-foto gak jelas, review-review yang tak mendalam..."

Sekarang blog ini sudah berisi sekitar 719 posts. Jumlah terbanyak memang pada tulisan yang terdiri dari setidaknya 550 posts. Dari sekian banyak tulisan, ada tulisan yang pernah menimbulkan masalah. Ada pula tulisanku yang ternyata menjadi tulisan paling banyak dilihat karena diarahkan oleh search engine bagi orang yang mencari dengan kata kunci "jennifer lopez bugil." Ada juga tulisan yang isinya adalah paper yang aku tulis. Pokoknya, banyak kenangan yang tersimpan di blog ini.

Setahun terakhir aku memang cukup sedikit mem-post sesuatu di blog ini. Blame it to Twitter and Facebook?

Enam tahun sudah. Masih banyak kah kenangan yang akan tersimpan di blog ini? We'll see.

Kamarku, Kalasan Dalam 44B
4 Februari 2011
23:43