Gue sendiri bingung gimana caranya gue akan membereskan kamar gue ini. Baiklah gue mulai menggambarkan keadaan kamar gue -- sepandai yang gue bisa.
Jika loe berkesempatan berkunjung ke kontrakan kami, maka kamar gue adalah kamar yang terletak di lantai dua, tepat dekat dengan tangga. Begitu tiba di lantai dua, loe udah bisa ngeliat kamar gue terbuka. Gue memang membiarkan kamar gue terus terbuka karena gak akan ada yang minat masuk ke kamar gue selain gue sendiri.
Belum tiba di pintu kamar gue, loe udah ngeliat sebuah radio terletak tepat dekat pintu. Kalo tertarik untuk melihat kamar gue, loe akan terkejut melihat mouse komputer gue terletak next after the radio. Loe akan disambut oleh sebuah komputer Pentium 4 milik gue begitu loe menginjakkan kaki di dekat pintu kamar. Sekarang ini aja gue lagi ngetik tepat di dekat pintu dan menghalangi orang masuk ke kamar gue. Alasan gue naro komputer gue dekat pintu adalah supaya gue bisa ngetik atau ngerjain sesuatu di komputer gue sementara pertandingan Piala Dunia 2006 bisa gue tonton langsung dari tempat gue duduk sekarang.
Nah, sekarang gambaran mengenai kamar gue akan gue lanjutkan dengan gambaran dari posisi gue duduk di depan komputer gue, sambil mendengarkan lagu dari Winamp 5.11 gue.
Kabel-kabel berseliweran dekat komputer gue. Kabel mouse, kabel USB, kabel keyboard, kabel power untuk radio, kabel speaker, kabel printer, dan juga kabel charger.
Plastik-plastik terletak di sini dan di sana. Plastik-plastiknya ada yang gak berisi apapun dan ada juga yang berisi. Di depan pandangan gue, ada plastik berisi sepasang sepatu berwarna coklat, plastik berisi kaos kaki kotor --masih tetap di dalam plastik itu sejak pindah awal Juni lalu dari asrama, dan plastik berisi obat-obatan. Di arah jam sembilan gue duduk sekarang, ada sebuah plastik berisi sampah. Di arah jam sebelas, ada dua buah plastik berisi barang-barang pindahan dari asrama yang juga belum gue sentuh isinya.
Kotak-kotak juga memenuhi kamar gue. Baru aja gue mengangkat kotak berisi kertas-kertas penting dan gak penting milik gue dan meletakkannya di belakang monitor komputer gue ngetik ini. Ada juga kotak berisi buku-buku gue. Nah, ini dia kotak gue yang isinya cukup mahal kalau dihitung nilainya. Kotak ini berisi majalah-majalah yang gue beli selama setahun ini. Mungkin satu saat akan aku hitung berapa pengeluaran gue untuk majalah-majalah gak penting itu. Oiya, di sebelah gue juga ada kotak yang tadi baru gue buka. Isinya handuk-handuk kotor gue, sprei kotor, dan celana-celana pendek gue yang sekarang udah gue rendam untuk dicuci besok pagi.
Kasur gue sebenarnya belum ada. Teman gue aja yang berbaik hati memberikan kasurnya ke gue untuk tempat gue meletakkan badan gue setiap malam. Nah, kasur tipis itu sekarang dipenuhi oleh pakaian-pakaian gue yang baru gue cuci Sabtu lalu, juga ada buku-buku gak penting yang sering gue bawa beberapa waktu lalu di tas gue, dan dua bungkus Indomie di dalam plastik belanjaan dari Giant.
Ada enam tas terletak di lantai di kamar gue. Dua tas besar tempat pakaian-pakaian dan kain-kain gue waktu pindahan -- dua-duanya masih berisi karena lemari gue belum ada, satu tas ransel yang Minggu lalu gue pake untuk tempat barang belanjaan gue dari Giant di Plaza Semanggi, satu tas ransel rusak tempat barang-barang kecil gue waktu pindahan, satu tas sandang yang hari ini gue pake ke kampus -- baru saja dibalikin teman gue setelah 3 minggu keluar dari asrama, satu tas sandang bercorak militer --hadiah dari majalah Cosmopolitan Men, dan satu tas sandang yang dikasi kakak gue --hadiah dari Maybelline (?).
Gue juga punya dua tempat pakaian. Itu lho, tempat pakaian yang sering dijual di bus-bus itu. Gue buat yang satu untuk tempat pakaian bersih dan satunya lagi untuk tempat pakaian kotor. Fortunately, isi pakaian di tempat pakaian bersih gue lebih banyak dibanding di tempat pakaian kotor gue. Hanya saja pakaian bersih itu tidak layak langsung pakai. Belum disetrika, euy.
Sektor paling parah di kamar gue adalah sektor yang berada di arah jam sebelas gue duduk ngetik ini sekarang. Banyak sekali barang-barang dan benda-benda (apa bedanya barang ama benda?) kecil yang jumlahnya ratusan. Berapa banyak? Ratusan. Lebih... Karena banyaknya gak akan semuanya bisa disebutkan ataupun dituliskan di sini. Tetapi mari gue coba membuat daftarnya: tempat kacamata gue, kotak tempat tinta stamp-pad; dua kotak tempat celana dalam berisi struk-struk belanja, struk atm, dan struk-struk lainnya; pembolong kertas; dua gulungan benang, hitam dan putih; gunting, panjang dan pendek; tempat pulpen; kartu telepon SingTel, nemu di jalan; kartu Joker, punya teman gue; beberapa notebook, di antaranya notebook dari Plaza Semanggi dan dari majalah M2; buku-buku Saat Teduh; Energen Cereal rasa Kacang Hijau; starter=kit Telkomsel simpati; kartu ucapan selamat ulang tahun; cutter; dua earphone milik gue; tissue Tessa yang masih belum gue buka; dua lembar uang seribu rupiah; double-tape yang masih di dalam plastiknya; botol Aqua 1,5 liter; kamus, Hasta dan oxford; tumbler dari Hoka-hoka Bento; Reader's Digest Indonesia edisi Agustus 2005-April 2006, Reader's Digest Asia, Reader's Digest (USA) edisi tahun 1984; buku tahunan SMUNSA 2002 milik temang gue Marettha, gue gak tahu kapan akan gue balikin ke dia; lipgloss, gak tahu milik siapa, ada di gue setelah malam gembira Dies Natalis kampus gue tahun lalu; Redoxon; Gilette Vector; lem; CD buku English for Theology milik Rael yang belum gue balikin;stamp-pad; tempat stationery berisi uang receh; and so on.
Terus ada dua printer di kamar gue. Satu adalah milik Daniel Manalu, senior gue: Canon S1000SP. Satu lagi milik Hans: HP PSC1410.
Gimana? Apakah gue berhasil memberi gambaran betapa berantakannya kamar gue? Menurut gue sih kurang berhasil, atau bahkan tidak berhasil. Sama seperti gue gak berhasil membereskan kamar gue.
Kata Putri, teman gue yang udah pernah ngeliat betapa berantakannya kamar gue -- walau sekarang lebih berantakan dari waktu dia ngeliat kamar gue--, gue butuh seorang cewek, untuk memperhatikan gue dan juga untuk membereskan kamar gue. Nah, pertanyaannya adalah apa ada cewek yang mau ama gue apalagi melihat betapa berantakannya kamar gue. Memangnya dia mau jadi pembantu untuk beresin kamar gue.
Nah, kakak gue Sabtu lalu nelepon dan bilang ke gue kalau dia disuruh oleh bos dari Medan -- selain orang Medan silahkan gak ngerti maksudnya-- untuk melihat kamar gue dan membereskannya kalau berantakan. Gue ngeles deh kalau gue mau ke tempat dosen gue untuk ngejaga rumahnya selama seminggu dan dia gue suruh untuk datang Sabtu ini aja. Memang sih gue seharusnya sudah bersama teman gue saat ini di rumah dosen Teori Musik Dasar gue itu yang sekeluarga pergi berlibur. Tetapi karena maksud kedatangan kakak gue Sabtu ini, selama seminggu ini gue mau mencoba membereskan kamar gue semampu gue. Sayangnya hasilnya malah tambah berantakan.
Gue butuh pegangan nih. (Gue bingung gimana mo ngeberesin kamar gue.)
21:26
27 Juni 2006
DAY-8092