setelah melihat-lihat foto-foto yang ditampilkan di International News New York Times di sini, gue akhirnya akan mendukung Iraq di final nanti, langsung di Gelora Bung Karno.
Iraq... Iraq... Iraq...
Bangsat.. Apa sih yang dipikirkan petinggi sepakbola Indonesia? Masa mengganti Withe dengan Kolev? Padahal ditangan Kolev dulu juga tidak menghasilkan prestasi apa-apa.. Kalau Indonesia tidak berhasil di Piala AFC 2007 di Singapura, itu bukanlah karena kesalahan pelatih. Itu salahnya petinggi sepakbola yang mengharapkan Withe bisa membuat Indonesia juara hanya bermodalkan pemain yang ada. Pemain Indonesia yang ada kan gak berkembang karena kebijakan petinggi sepakbola Indonesia juga.
Sekarang mau gimana lagi. Kolev udah ditunjuk. Kalau menurut gue sih, Indonesia gak akan menjadi apa-apa di Piala Asia 2007 nanti -selain menjadi penyelenggara-. Paling hanya akan menjadi juru kunci di grupnya -Indonesia satu grup ama Korea Selatan, Arab Saudi, dan Bahrain.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 23:55 di handphoneku. Perutku sekarang sudah sakit. Tadi aku tidak makan malam sama sekali. Perutku hanya aku isi dengan 4 keping roti regal yang ada di perpustakaan asramaku. Itupun aku tidak tahu siapa yang punya roti itu.
Aku baru saja turun dari ruang serbaguna asramaku. Pertandingan Liverpool melawan Westham baru saja selesai. Sepanjang pertandingan babak perpanjangan waktu aku memang tidak memperhatikan lagi pertandingan itu. Aku bermain tenis meja di ruang yang sama bersama dengan Tio, anak Pak Mardi. Oiya, sekadar pemberitahuan, Pak Mardi adalah pegawai STT Jakarta yang bertugas di asrama. Aku memang tidak jago bermain tenis meja. Hanya bisa serve dan selanjutnya aku selalu jadi bulan-bulanan Tio yang sekarang masih duduk di kelas 1 SMP.
Permainannya memang sekadar bersenang-senang saja, tetapi badanku sampai berkeringatan juga. Mungkin sekarang kepalaku juga seperti pusing karena capai dan tadi aku tidak makan. Asal jangan sampai sakit parah saja.
Yang menjadi pemenang pertandingan tadi adalah Liverpool. Hasil akhir 7-4 setelah Liverpool memenangkan adu pinalti 4-1. Dasar komentator antv dan juga komentator Indonesia yang gak jelas maksudnya apa menanyakan sebab kekalahan Westham lewat adu pinalti kepada suporter Westham. Memang suporternya mengerti dengan jelas apa yang terjadi di lapangan yang pertandingannya dilaksanakan jelas-jelas di Eropa sana. Aku langsung meninggalkan ruang serbaguna, tempat beberapa orang temanku juga menonton pertandingan tersebut, ketika mendengar komentar suporternya yang juga tidak kalah ngawur dengan maksud si komentator antv. Ah, sudahlah..
Sekarang sudah seharusnyalah aku memikirkan paper Liturgika dan juga mini-skripsi Bahasa Indonesiaku. Honestly, aku belum mengerjakan sama sekali mini-skripsi Bahasa Indonesiaku yang jumlah halamannya harus di atas 10 halaman. Paper Liturgika memang sudah dalam rencana pengerjaan dalam 3 hari terakhir. Tetapi aku selalu stuck. Sekarang, setelah waktunya tinggal lebih kurang 50 jam, aku masih baru mengerjakan pendahuluan dari paper Liturgika. Dan mini-skripsi belum sama sekali??? Apa sih yang aku pikirkan? KERJAKAN!!!!
Waktu pun berlalu. Sekarang di handphoneku sudah menunjukkan pukul 00:16. Perut ingin diisi. Paper minta dikerjakan. Kepala sudah mendekati pusing. Tetapi waktu terus berlalu.
Tolong!!!!
Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
00:16
14 Mei 2006
DAY8048
Gue seneng...
Gue baru ngeliat situs www.livescore.com untuk ngeliat hasil pertandingan Lazio vs AS Roma.. Dan AS Roma menang 2-0 walau tanpa Francesco Totti yang sering dikatakan sebagai nyawa AS Roma. Berarti, AS Roma baru membuat sejarah di Serie-A Liga Italia. 11 kemenangan berturut-turut di Liga Italia Serie-A.
Congrats...
Akhirnya hari ini ada juga yang bisa buat gue seneng setelah presentasi kelompok dalam MK Hindu Buddha mengenai Hindu Bali yang tidak begitu berhasil dan juga ujian Liturgika (UTS) yang cukup tidak sukses.*
Btw, hari ini ada 3 orang yang aku tahu ulang tahun. Dari yang paling muda, teman seasrama gue, Yosev Tito Pardede, hari ini berulangtahun yang ke-19. Berikutnya, Emyline Gunawan, senior gue dulu di STT Telkom, hari ini berulang tahun yang ke-23. Dan Ruth Regina Simangunsong, Secretary to The News Manager antv, hari ini berulangtahun yang ke-25. Selamat ulang tahun, y'all....
Warnet Global, Proklamasi 27, Jakarta
14:20
27 Februari 2006
*: kalau kalimat ini dibaca oleh Dr. Lucy Montolalu, pasti deh dianggap salah
kemarin gue nonton pertandingan sepakbola antara Indonesia dan Republik Afrika Selatan di ruangan serbaguna asrama gue.. bareng beberapa teman.. pertandingan itu ditayangin ama antv.. nah, sebelumnya gue udah pernah bilang ke teman gue kalo yang "menarik" dari pertandingan sepakbola yang ditayangin di antv itu adalah komentatornya..
"sudah dilakukan.." gue bilang setelah komentatornya ngomong gitu.. eh, temanku yang lain malah nyambung "maksudnya baik.." , "hanya menghasilkan tendangan sudut.." , "bola meninggalkan lapangan..", dan sebagainya.. apa lagi ya?
gue udah pernah bilang ini sih ke salah satu karyawan antv (Kak Uthe).. tapi kayaknya kalau hal ini dibiarkan, ternyata bisa menjadi hal yang menarik.. kenapa? Indonesia memiliki suatu khas yang tidak kebarat-baratan.. tidak meniru.. asli.. lagipula komentatornya sepertinya orang Batak.. iya bukan sih?
kalau di kampus gue yang sekarang, hal meniru budaya dari luar sepertinya diusahakan untuk tidak dilakukan.. salah satu pelajaran yang ingin diajarkan di kampus gue adalah kontekstualisasi..
bukankah pohon natal itu adalah budaya yang diambil begitu saja dari Barat? punya makna tersendiri gak sih pohon natal itu buat orang Indonesia? atau memang benar hanya ikut-ikutan saja?
gue masih belum dalamin banget sih yang dimaksud dengan kontekstualisasi itu.. tapi intinya, jangan terlalu Barat deh..
budaya apa ya yang merupakan budaya Indonesia asli yang "taringnya" ga kalah ama budaya dari luar? ada gak sih?
Kalau kamu nonton F1 di GlobalTV Senin dini hari yang lalu, bisa saja kamu dengar juga komentar dari komentator acara live tersebut -berbahasa Inggris- setelah acara podium yang tidak biasanya. "Pinch me! Did I really see this?"
Wajar saja komentatornya bicara seperti itu. Dan untuk pagi itu, aku memang menonton dua tayangan acara olahraga yang dalam keduanya ditemukan sesuatu yang lain dari yang biasanya. Ketika tayangan acara live F1 di Global TV mau dimulai, aku memindahkan channel TV ke Global TV setelah kami selesai menonton tayangan pertandingan sepakbola antara Jepang dan Yunani yang dimenangkan oleh Jepang 1-0. Di layar ditayangkan urutan start. Aku memang tidak tahu urutan start karena malam sebelumnya tidak menonton kualifikasinya. Lalu sempat diperlihatkan juga bos F1 -gak jelas apa Bernie Ecclestone atau Max Mosley- sedang berbicara dengan direktur teknis tim Ferrari, Jean Todt. Aku merasa itu merupakan suatu hal yang wajar. Lagipula setahuku bos F1 itu dekat dengan tim Ferrari.
Warm-up lap pun dimulai. Belum terlihat suatu kejanggalan. Ketika di akhir warm-up lap satu per satu pembalap membawa masuk mobil balapan mereka ke dalam pit lane, barulah terlihat keanehan itu. Awalnya aku pikir yang masuk itu -yang aku lihat di layar TV sebelumnya hanya Truli dan Alonso- ingin langsung melakukan pit stop atau start dari pit stop. Tapi ternyata tidak. Mobil para pembalap yang masuk ke pit lane tadi malah dimasukkan ke dalam garasi. Dan di garis start, hanya tersisa 6 pembalap. Pembalap tersebut hanyalah pembalap yang timnya menggunakan ban Bridgestone. "Balapan apaan ini? Masa cuma 6 aja yang start." komentar temanku Ben. Dan setelah start dimulai, mulailah kami berspekulasi apa yang terjadi. "Karena peraturan kali, makanya hanya yang pake ban Bridgestone aja yang boleh start." ucapku berlagak tahu.
Tim F1 tahun ini yang memakai ban Bridgestone hanyalah Ferrari, Jordan Toyota, dan Minardi. Yang dua terakhir adalah tim papan bawah yang tidak bisa bersaing dengan tim lainnya. Untuk tahun ini, praktis hanya Ferrari saja tim F1 yang memakai ban Bridgestone yang dikatakan bisa unjuk gigi, walau hanya sedikit. Ferrari tahun ini tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya disebabkan salah satunya faktor ban yang tidak mendukung. Ban Bridgestone kurang ngegrip, begitulah komentar komentator acara F1 Global TV.
Walaupun sudah dapat dipastikan yang akan finish 1-2 itu adalah tim Ferrari, aku masih aja nonton terus acara itu. Aku ingin dengar komentar dari komentator -yang bahasanya sebenarnya aku tidak begitu mengerti- tayangan live acara F1 itu. Kalau biasanya komentar mereka adalah seputar race yang sedang berlangsung, kali ini mereka mengomentari keanehan yang sedang terjadi. Mereka juga coba menjelaskan apa sebenarnya yang sedang terjadi. Reporter mereka yang biasanya mewawancarai pembalap yang berhenti di tengah balapan, kali ini mewawancarai pembalap dan bos tim yang pada tidak ikut balapan. Ada juga penonton acara itu yang menonton langsung di sirkuit Indianapolis itu yang diwawancarai. Mereka merasa rugi datang jauh-jauh hanya untuk menonton 6 pembalap. Pokoknya sepanjang balapan, yang dikomentari lebih banyak mengenai keanehan yang terjadi, bukan balapan itu sendiri.
Selagi menonton F1, tayangan sepakbola Piala Konfederasi antara Brazil-Meksiko juga ditayangkan di SCTV. Aku pun pindah-pindah channel untuk bisa mengikuti perkembangan kedua acara tersebut. Di acara sepakbola ini juga terjadi suatu keanehan. Meksiko mendapatkan hadiah tendangan penalti karena pemain belakang Brazil -Roque Junior- "memeluk" Borgetti -pemain Meksiko- dan jatuh di kotak penalti. Tendangan penalti pun dilakukan oleh Borgetti. Gol. Tapi harus diulang karena wasit melihat ada pemain Meksiko yang bergerak lari masuk ke dalam kotak penalti ketika bola belum ditendang Borgetti. Tendangan penalti diulang. Tendangan penalti kedua ini tidak gol karena dapat ditepis oleh Dida. Tapi ini juga mesti diulang lagi. Kali ini pemain Brazil yang masuk terlalu cepat ke dalam kotak penalti. Ketika tendangan penalti dilakukan untuk yang ketiga kalinya, bola eksekusi penalti yang dilakukan Borgetti mengenai mistar gawang. Tidak gol. Ini mungkin tidak aneh. Tapi paling tidak untuk aku dan Dimas, teman sekosku yang sempat menonton denganku, kejadian itu termasuk aneh.
Balapan F1 pun selesai ketika pertandingan Brazil-Meksiko masih di menit-menit awal babak kedua. Dari ketiga pembalap yang naik podium -satu pembalap lagi dari tim Jordan, yaitu Monteiro-, hanya pembalap Jordan itu aja yang terlihat senang. Maklum, itu adalah podium pertamanya dan timnya. Schumacher yang biasanya melompat di podium kalau dia mendapat posisi 1, bahkan terlihat hanya menerima pialanya tanpa mengangkatnya ke atas. Padahal itu adalah kemenangan pertama buat dia di tahun ini, dan ke-84 sepanjang karirnya. Di post race press conference pun mereka menyatakan kemenangan seperti itu bukanlah kemenangan yang Schumacher dan Barrichelo inginkan. Dan mau tahu komentar Monteiro, "I'm not as sad as them.."
Aku pun terus menunggu komentar dari komentator acara F1 yang berbahasa lebih aku mengerti dari Global TV. Host acara itu adalah Hilbram Dunar. Dia ditemani oleh seorang komentator -biasanya host manggilnya Bung Arif- yang sejak aku suka nonton F1 di TV -sejak 1999- dia sudah sering tampil sebagai komentator. Dan dari penjelasannya barulah aku mengerti yang terjadi di Indianapolis bukanlah karena adanya kolusi antara tim yang memakai ban Bridgestone dengan petingggi F1, tapi murni karena faktor produsen ban Michelin yang tidak berani menjamin keselamatan pembalap kliennya dengan ban yang sudah mereka pakai. Selain itu permintaan pembuatan chicane di tikungan 13 atau tikungan terakhir tidak dapat dipenuhi oleh FIA.
Setelah menonton F1 dan sedikit komentar itu, aku pindah lagi ke SCTV untuk menonton Brazil-Meksiko yang akhirnya dimenangkan oleh Meksiko hanya dengan satu gol. Gol itu dimasukkan oleh Borgetti melalui sundulan menyambut tendangan sudut yang aku tidak perhatikan diambil oleh siapa. Kalau mau menyalahkan siapa gol itu bisa terjadi, aku rasa orang yang bisa disalahkan adalah Roque Junior -pemain Brazil yang paling tidak disukai oleh temanku Timbul- yang tidak berhasil menjaga dengan baik Borgetti.
Setelah selesai menonton kedua tayangan aneh itu, aku pun ikut-ikutan berkomentar sama dengan komentator F1 -the English one-. "Pinch me! Did I really see this?"