Pages

Thursday, September 6, 2012

Sejarah

"Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!"

"Sejarah akan terulang."

"Sejarah adalah milik pemenang."

Ketiga kalimat itu adalah tiga kalimat yang pernah saya dengar di sekolah, dulu. Kalimat pertama sering disingkat menjadi JAS MERAH! Saya sebenarnya setuju dengan pernyataan itu. Hanya saja, saya tak pernah suka lagi kalimat itu setelah terlalu sering dipakai oleh sebuah kelompok. Kelompok itu memakai kalimat itu hanya menjadi awal dari propaganda untuk sebuah revolusi yang tak jelas arahnya, "pokoknya revolusi."

"Sejarah akan terulang." Kalimat itu salah. Sejarah tak pernah berulang. Yang mungkin untuk berulang itu hanyalah pola yang pernah terjadi di dalam sejarah. Sejarah apa yang pernah terulang?

"Sejarah adalah milik pemenang." Hal ini patut diperhatikan oleh setiap pembaca tulisan sejarah. Banyak hal yang perlu diperhatikan oleh pembaca tulisan sejarah. Sejarah itu tidak lepas dari kepentingan tertentu saat sejarah itu dituliskan. Sejarah yang paling sering digugat di Indonesia saat ini adalah sejarah tentang Pemberontakan G30S/PKI. Sejarah yang sudah terlanjur kita percaya dari buku-buku sejarah saat sekolah adalah sejarah versi pemerintah saat itu. Sekarang ada banyak versi tentang kejadian G30S/PKI. Yang pasti, suatu saat nanti, akan ada satu versi yang dianggap sejarah paling benar tentang kejadian 30 September 1965 itu. Sejarah itu tentunya menjadi pemenang dari persaingan beberapa versi yang ada saat ini.

Saat ini, ada hal yang bisa kita lakukan. Kita bisa menjadi pencatat sejarah, penulis sejarah. Orang di masa yang akan datang semoga saja tidak akan melupakan sejarah. Mereka akan mengingat sejarah untuk belajar dari sejarah dan berbuat sesuatu yang lebih baik dari yang terjadi di saat ini. Kita menyediakan mereka tulisan atau bahan belajar tentang yang terjadi saat ini. Mereka sebaiknya tidak mendapat sejarah yang hanya berasal dari satu sumber, yaitu si pemenang, yang memiliki kepentingan khusus agar sejarah ditulis seperti keinginannya. Mereka sebaiknya mendapat sumber sejarah dari berbagai kalangan, yang melihat sebuah kejadian dan memberikan tanggapan yang berbeda atas kejadian itu.

Saat ini, yang ada di kepala saya, setidaknya banyak orang di Indonesia yang harus mulai menulis/mengumpulkan berita/cerita apa yang terjadi saat ini di Indonesia. Kita tidak tahu siapa yang akan menjadi penguasa di negeri ini setelah 2014. Bisa saja Prabowo, yang oleh para aktivis HAM diberi label buruk karena terlibat banyak kejadian di tahun 1998, atau bisa saja Aburizal Bakrie, yang merupakan pemilik perusahaan yang mengakibatkan terjadinya Lumpur Lapindo. Bila salah satu dari mereka berkuasa nantinya, maka sejarah versi pinggiran (bukan penguasa) suatu saat akan lenyap dan akan dianggap isapan jempol. Mereka dengan kekuasaannya akan mampu membuat sebuah sejarah yang mengatakan mereka adalah orang yang hebat, tanpa catatan cela di dalam sejarah kehidupan mereka. Hal tersebut tidak akan terjadi, bila saja ada banyak di antara kita yang menulis atau mencatat sejarah.

Sejarah. Pelajaran paling membosankan. Lho?

Tangerang Selatan
6 September 2012, 23:56


No comments:

Post a Comment