Pages

Friday, September 14, 2012

Kultwit dan Blog

Adanya Twitter membuat adanya istilah baru. Kultwit. Entah siapa yang pertama kali memakai kata itu. Entah tweet siapa pula yang disebut sebagai kultwit. Karena tentu belum ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia, siapapun masih sah-sah saja untuk memberikan pengertian istilah itu. Secara etimologi, *serius sekali ya saya* kultwit berasal dari kata kul yang merupakan singkatan kuliah; dan dari kata twit yang merupakan salah satu terjemahan yang umum dipakai untuk menerjemahkan kata tweet. Jadi, kultwit dapat diartikan sebagai kuliah yang disampaikan melalui twit dengan media Twitter.

Blog. Saya tak tahu apa terjemahan blog. Blog sebenarnya lebih merupakan catatan harian. Hanya saja blog sekarang ini tidak sesempit itu. Blog yang berisi catatan harian pun lebih sering dianggap terlalu pribadi untuk dibagikan ke semua orang karena apa yang ditulis di sana dapat dibaca siapa saja. Itulah sebabnya banyak juga yang membuat blog untuk menyampaikan pikirannya.

Kultwit sering berlalu begitu saja. Sejalan dengan makin banyaknya pengguna Twitter, ada banyak orang yang berusaha mengumpulkan kultwit itu ke dalam sebuah halaman. Sebelum ada website sejenis Chirpstory, ada orang-orang tertentu yang berniat meng-copy-paste tweet/kultwit ke sebuah tulisan di blog. Munculnya Chirpstory membuat semakin banyak orang yang melakukan pengumpulan kultwit. Itulah sebabnya kalau melihat Chirpstory.com, ada begitu banyak kultwit di sana. Yang lebih mengejutkan, kebanyakan story di Chirpstory adalah buatan orang Indonesia.

Kultwit punya kelebihan. Orang bisa mengomentari satu bagian khusus dari twit tertentu. Orang bisa mengutip dengan mudah pula bagian tertentu. Sayangnya, kebanyakan yang membaca kultwit tidak memperoleh data yang akurat. Entah karena sumber kultwit tidak dapat dipastikan kebenarannya, pembaca kultwit itu kemungkinan hanya membaca sebagian. Untuk itulah, saya pikir seseorang yang membuat kultwit di Twitter harusnya membuat kumpulan twitnya sendiri menjadi sebuah tulisan dengan bahasa yang lebih baik dan data yang lebih lengkap. Lalu tulisan itu dibuat di blog.

Sayangnya kita orang Indonesia punya masalah dalam membaca dan juga menulis. Bukankah orang Indonesia kebanyakan tidak suka membaca tulisan panjang? Bukankah kita tidak mau menulis dengan mencari sumber yang cukup valid dulu sebelum membagikannya kepada orang lain?


Saya termasuk yang malas itu. Sayangnya.

Tangerang Selatan
14 September 2012, 23:59

No comments:

Post a Comment