Pages

Monday, December 27, 2010

Plaza Semanggi - Kontrakan Den Abed (Bagian I)

Hari ini aku berhasil berjalan kaki dari Plaza Semanggi ke kontrakanku. Mungkin ini jalan kaki tak penting terjauh yang aku pernah lakukan selama di Jakarta. Terakhir dan terjauh sebelumnya mungkin jalan kaki dari Stasiun Tanah Abang ke kontrakan yang aku lakukan Selasa minggu lalu.

Aku pergi ke Plaza Semanggi sebenarnya dengan tujuan tak penting: mengambil uang di ATM. Dan satu hal tak penting lain yang cukup memalukan kalau disebutkan: mencari perdana murah dengan nomor menarik di jembatan penyeberangan Bendungan Hilir.

Sekitar 16.03 sewaktu kakakku mengirimkan sms memintaku memeriksa email, aku sudah berada di halte Megaria di Jalan Proklamasi dengan sebotol Aqua 1500 ml di tanganku. Pakaianku hanyalah sebuah celana pendek orange yang aku biasa pakai untuk tidur dan sebuah kaus putih 61 yang bertuliskan "Love At First Sight". Aku sebenarnya hendak pergi mencari makan siang di KFC Cikini -Attack- lalu dari sana mengambil uang ke ATM Mandiri yang berada di depan TIM. Apa hendak dikata, rencanaku sering berubah. Aku malah pergi ke Giant membeli Aqua lalu memutuskan mengambil uang di Plaza Semanggi saja.

Tiba di Plaza Semanggi, aku langsung mengambil uang di ATM Mandiri di dekat CFC. Lagu Ave Maria yang dinyanyikan oleh Celine Dion berkumandang. (Berkumandang? Seperti lagu kebangsaan saja!) Tak ada yang lebih menarik dari mengambil uang di ATM sambil bernyanyi sok tahu lagu Ave Maria. Selesai dari ATM, aku ke 3 Store. Aku berencana membeli voucher 3 untuk internetku. Setelah berpikir sangat panjang, aku mengurungkan niatku. Biarlah aku menikmati internet 3-ku yang sudah super lemot, pikirku. Atas nama pengencangan ikat pinggang. (Ada ya istilah seperti itu?) Jadilah aku datang ke 3 Store hanya untung mengisi surat keluhan yang disediakan oleh mereka. Keluhanku ya itu, internet 3 "lambat sangat kalau kuotanya sudah habis." Yah, di mana-mana memang begitu kan? Hanya saja, aku tak salah kan mengeluhkan itu? Aku kemudian melemparkan pandanganku ke Christiano Ronaldo yang berdiri entah sejak kapan di toko itu. Ada daftar "nomor cantik" yang menempel di tubuhnya. Dan satu nomor yang menarik perhatianku adalah 08999990507. 507! Aku kemudian berkeliling ke XL dan Axis. Axis memasang iklan menarik untuk paket Blackberry Unlimited-nya. Axis tidak memasukkan tarif 3 dalam grafik Perbandingan Tarif Blackberry Unlimited Bulanan. Atau sepertinya dia memakai tarif BB 3 yang lama. Bukan mau membela 3, hanya saja menurutku iklan itu payah! Tentang para operator seluler sekarang, aku pikir bisa dibuat tulisan lain. Secara singkat, semua operator itu iklannya payah.

Yang menarik di Plaza Semanggi adalah adanya toko dengan nama Luna Maya. Pakai kata hardware pula. Aku tak terlalu memerhatikan apa isi tokonya.

Aku kemudian keluar dari Plaza Semanggi. Aku memang tak punya sesuatu yang ingin kubeli. Atau tepatnya, aku sedang tak ingin membeli apa-apa dalam rangka memperingati Natal. Apa hubungannya ya?

Aku kemudian nongkrong sejenak di jembatan penyeberangan Bendungan Hilir. Aku memerhatikan satu per satu dengan tidak seksama nomor-nomor perdana yang dihamparkan oleh seorang penjual di dekat belokan ke arah halte bus Transjakarta. Di situlah aku dulu membeli perdana Simpati PeDe ku yang 507 itu seharga Rp15.000. Kalau tidak salah, aku membelinya sekitar awal tahun ini. Setelah aku perhatikan, tak ada satupun yang menarik. Aku kemudian memutuskan untuk pulang saja. Aku berjalan menyusuri jembatan penyeberangan yang dipenuhi penjual jam tangan yang entah-apa-namanya dan penjual tas yang modelnya-entah-apa-namanya.

Pukul 17.51 di jam telepon genggamku, aku tiba di halte. Aku berpikir kalau hari masih terlalu cerah untuk langsung pulang. Lagipula bus 213 rata-rata penuh pada jam pulang kantor seperti itu. Aku pun kemudian dengan spontan memutuskan untuk berjalan kaki saja. Sampai ke rumah.

Benarlah pepatah yang mengatakan, "banyak berjalan, banyak melihat." Ada ya pepatah seperti itu? Kenapa sepertinya aku malah mengarang pepatah baru ya? Despite the pepatah is right or wrong, 
what I'm trying to say is I was looking a lot of things this 
evening when I walked home.

Ada bus Royal Platinum. Bus itu adalah bus yang dipakai oleh rombongan peserta PRPG Agustus lalu. Aku jadi ingat kalau aku naik bus ke Cipanas hanya dengan empat penumpang di dalamnya. Bus Royal Platinum itu tadi aku lihat diparkir di depan Hotel Sahid Jaya. Aku baru memerhatikan kalau bangunan hotel itu sudah semakin bagus. Lalu melihat kondektur bus Royal Platinum itu, aku jadi ingat kondekturbus yang membawa kami ke Cipanas waktu itu. Dia bercerita kalau dia lari dari bosnya dengan menggadaikan motor milik bosnya. Di sebelah Hotel Sahid Jaya ada bangunan Da Vinci Penthouse. Aku jadi teringat seseorang yang mengaku tinggal di situ. Soal gedung itu, aku pikir gedung itulah satu-satunya gedung di Jalan Sudirman yang memiliki pilar agak berlebihan dan ada patung-patung yang harusnya didemo oleh FPI. Gedung berikut yang membuatku teringat akan sesuatu adalah gedung BNI 46. Aku pernah ke salah satu lantai gedung itu untuk interview menjadi data entry. Ada tulisanku tentang penipuan yang dilakukan perusahaan yang melakukan interview palsu itu (yang aku tak bisa mencari link-nya karena internetku super lemot).

Selain gedung, ada pula stiker menarik di dekat halte Karet. Isinya, "ingin tahu apakah bus Anda sudah lewat?" Kurang lebih begitu. Follow @tegursapajakart. Kalau tidak keliru, itu nama akun Twitternya. Menarik, pikirku.

Walaupun pendapatku tentang bus 213 pada jam pulang kantor seperti tadi itu ternyata salah -- it turned out that 213 was not as padat 
as usual --, aku tetap melanjutkan perjalanan kakiku. Kakiku 
sudah sakit ketika melewati jembatan dekat Stasiun Sudirman. Dan aku pun ternyata ingin membuang sesuatu karena aku terlalu banyak minum. 
What do you expect from drinking 1500 ml water?

Pukul 18.24 waktu di handphone-ku, aku sudah di depan lift dekat Harvey Nichols Grand Indonesia.

to be continued...

Kontrakan Den Abed
27 Desember 2010
23:37

Sunday, December 26, 2010

I'm making noise as there's thousands of people in this house. Now they know who is their real enemy of the environment.

Aneh Berlanjut

Keanehan berlanjut. Sepertinya bukan karena ada yang aneh yang terjadi di sekitarku. Itu lebih kepada diriku sendiri yang aneh. Melihat hal yang biasa itu sebagai sesuatu yang aneh.

Tadi pagi kami mengikuti kebaktian Minggu di GKI Bintaro Utama. Kali ini aku jadi teringat lagi dengan Perjamuan Kudus di dalam Memimpin Ibadah. Pagi tadi memang dilaksanakan Sakramen Perjamuan Kudus di GKI Bintaro Utama. Aku melihat (tata) liturginya. Ada yang aneh. Hanya saja aku tak tahu apa. (Bilang saja sebenarnya tidak tahu!)

Pokoknya pagi ini dalam ibadah Minggu tadi aku berpikir kalau dalam sebuah jemaat harus terdapat orang-orang yang mampu untuk mempersiapkan ibadah dengan baik. Banyak elemen yang terkait tentunya dalam pelaksanaan ibadah. Entah kenapa aku malas menyebutkan satu per satu. (Eh, aku memang tak tahu kali ya?) Hanya saja dari ibadah tadi pagi aku berpikir kalau di setiap gereja itu harus ada pemusik yang mengerti musik dan musik gereja, dan bisa memainkan musik tanpa memakai style bawaan keyboard. Sejak belajar tentang musik gereja, entah kenapa aku termasuk orang yang agak anti dengan penggunaan beatbox (atau apalah namanya itu!) dalam ibadah. Apalagi pemusiknya showy tak penting dengan terlalu panjang memakai intro tak penting dan juga interlude(The last few lines was a sok-tahu view from someone who 
can't even play any music instrument.)

Soal multimedia juga. Kalau memakai slide, orang yang mengoperasikan komputernya haruslah orang yang mengerti menampilkan di layar from current slide, bukan dari awal lagi.

Tentang persembahan pujian: kalau Anda berminat memberikan persembahan pujian, alangkah baiknya menyesuaikan lagu yang akan dinyanyikan dengan tema ibadah atau kalau perlu dengan khotbah. Makanya setiap orang yang ingin menyampaikan persembahan pujian juga seharusnya melalui penyaringan oleh penyelenggara ibadah.

Terlihat sangat mudah sebenarnya untuk mempersiapkan ibadah. Terlihat sangat mudah pula menuliskan apa yang baik (menurutku) ada dalam proses mempersiapkan ibadah. Coba Anda memintaku untuk menjalankan apa yang aku tuliskan! Dan aku pun akan menolak, karena aku pun sebenarnya tak tahu apa-apa.

Aneh kan? Menulis sesuatu dari ketidaktahuan.

Hal paling aneh hari ini adalah: aku menolak ikut dengan keluarga kakakku untuk bertamasya di Waterbom. Aku memang belum pernah ke sana. Hanya saja aku sedang aneh. Tak bisa berenang menjadi alasanku. Flu dan lebih ingin istirahat menjadi tambahan alasan. Alasan sebenarnya: ingin menghemat. (Aneh kan? Wong bukan pakai duitmu lho, Von!)

Keanehan hari ini ditambah lagi dengan aku sangat senang saat Indonesia kebobolan dua gol di Malaysia. Aku mematikan televisi, lalu mendudukkan pantatku di atas lantai di dekat meja tempat komputer aku mengetik tulisan ini. Wait a minute. Let me get 
this straight. Aku sangat senang Indonesia bisa bermain 
bagus. Aku hanya tak ingin Indonesia juara. Entar ada yang sombong. Semoga di Gelora Bung Karno Indonesia bisa menang. Tetapi tidak
juara.

Aneh kan?

Den Abed Residence
26 Desember 2010
21:27

PS: kalau Anda sampai membaca bagian ini, berarti Anda ikut-ikutan aneh.

Komentator tipi Indonesia itu "menghina" Malaysia yang tidak bisa menjaga agar penonton tidak membawa petasan ke stadion. Apanya tahe pepatah itu? "Buruk rupa, cermin dibelah"-nya? Atau apa? Tolong dibantu ya.

Saturday, December 25, 2010

I'm a freak.

The ordinary doesn't deserves the extraordinary.

Selamat Natal (yang Aneh)

Dalam dua hari terakhir, aku melihat banyak hal aneh yang sepertinya sudah menjadi hal biasa. Di Kebaktian Malam Natal di GKPS Kebayoran kemarin malam dan Kebaktian Natal di GKI Bintaro Utama tadi pagi.

Aneh tapi biasa? Buatku bisa jadi aneh, tetapi buat orang lain itu adalah hal biasa. Acara Kebaktian Malam Natal bisa menjadi kebaktian dengan durasi terpanjang sepanjang tahun. Terlalu banyak hal yang tidak penting yang dimasukkan ke dalam tata ibadah. Susunan acara yang sudah ditetapkan saja sudah panjang, ada tambahan persembahan pujian dari berbagai pihak pula yang diselipkan. Entah apa yang dipikirkan orang yang membuat tata ibadah dan orang yang ingin "tampil" di ibadah. Aku pikir mereka bisa saja berpikir, "semakin panjang durasi ibadah maka akan semakin terasalah makna acara perayaan malam Natal." Acara Malam Natal di GKPS Kebayoran tadi malam memang digabung juga dengan acara perayaan Natal Sekolah Minggu, yang membuat tata ibadah itu tidak mungkin tidak panjang. Dijadwalkan dimulai pukul 18.00, acara ibadah tadi malam baru dimulai pada sekitar pukul 19.00 setelah listrik padam sekitar dua-puluhan menit sejak pukul 18.30. Kebaktian berlangsung dengan banyak orang yang keluar masuk ruangan, banyak yang berbicara satu sama lain saat Liturgi (ini istilah di tata ibadah Natal GKPS yang cukup susah untuk aku jelaskan) berlangsung karena suara yang membacakan Liturgi tidak jelas, atau banyak yang mondar-mandir karena hendak memfoto anak Sekolah Minggu yang tampil. Untuk yang terakhir, aku turut ambil bagian dalam keanehan itu. Aku harus turut memeriahkan keanehan ini, pikirku kemarin. Di luar semua hal yang aku anggap keanehan itu, aku mendengarkan dengan seksama khotbah yang disampaikan oleh PW.Pasma Sitanggang. Satu hal yang aku ingat dari khotbahnya adalah tentang makna Natal adalah membagikan kasih, karena Tuhan yang adalah kasih rela turun ke bumi adalah kasih. Dia menjelaskan untuk membagikan kasih Allah kepada sesama kita dapat kita lakukan bukan melalui kata-kata, tetapi melalui perbuatan. Hanya saja kita tidak mungkin membagikan kasih itu kalau kita tidak mengenal kasih itu sendiri apa. Ilustrasi tentang 10 orang anak panti asuhan dan jeruk Natal juga menarik.

Kebaktian Natal di GKI Bintaro Utama tadi pagi hanya menyisakan sedikit keanehan. Pengurus gereja tidak mempersiapkan dengan baik monitor dan sound-system di depan gereja untuk jemaat. Mungkin pengurus gereja berpikir pada acara Kebaktian Natal tadi pagi itu jumlah jemaat yang akan hadir akan sangat sedikit. Mungkin.

Berikut ini beberapa hal yang aku pikir perlu diperhatikan, di luar keanehan yang aku maksudkan di atas. GKI Bintaro Utama mungkin sebaiknya belajar dari GKI Kayu Putih tentang penggunaan multimedia di dalam ibadah. Apa mungkin hal itu hanya persoalan dana saja? Lalu soal Baptisan Anak yang tadi diselenggarakan, aku jadi teringat kuliah di kelas Memimpin Ibadah yang diajar Pak Rasid Rachman. Aku memang tak melihat dengan jelas cara Pdt.Bonnie Andreas melakukan baptisan. Hanya saja di dalam kelas Memimpin Ibadah, cara menuangkan air ke atas kepala orang yang dibaptis memang diusahakan agar air, sebagai simbol penting dalam baptisan, terlihat dicurahkan dari telapak tangan. (Jadi ingin masuk kelas Memimpin Ibadah lagi. Lho?)

Masuk kembali ke ranah keanehan, aku teringat update status seorang teman tadi malam. Dia menyebutkan kalau pada Malam Natal gereja selalu penuh. Aku dengan aneh menanggapi dalam hati, "bersyukurlah kalau gereja selalu penuh waktu Natal. Berarti orang Kristen masih ada. Bisa saja suatu hari nanti gereja tidak ada lagi pengunjungnya di Malam Natal. Entah karena gereja tidak ada lagi, entah karena tidak ada lagi orang Kristen di Indonesia ini seperti harapan beberapa orang di Indonesia ini." Komentar aneh kan?

Lalu, ada skenario aneh di kepalaku. Diceritakan di dalam skenario aneh itu aku berbicara sendiri seolah-olah berbicara kepada Bapakku yang sudah meninggal 11 tahun yang lalu. "Pak, hari ini adalah hari Natal ke-11 tanpa Bapak bersama-sama dengan kami." Lalu kelanjutan dari skenario itu adalah Bapakku dalam bayang-bayang hitam yang tak terlihat olehku berkata kepadaku, "so what gitu lho? Eh, hari ini bukan peringatan terhadap orang-orang yang sudah meninggal. Di dalam kalender gereja, hal itu seharusnya kau lakukan pada akhir November lalu. Belajar Liturgi tidak kau? Hari ini adalah hari Natal, merayakan kelahiran Yesus Sang Juruslamat di Betlehem." Dan lalu bayang-bayang hitam itu hilang. Skenario aneh kan? Kenapa coba bayang-bayang hitam? Ada yang tahu kenapa?

Nah, sekarang waktunya merelfeksikan keanehan-keanehan di atas sebagai refleksi Natal tahun ini. Bagaimana caranya? Entahlah.

Beberapa waktu belakangan aku suka membaca beberapa buku tulisan Henri Nouwen. Salah satu hal yang menarik dari tulisan Nouwen adalah tentang compassion atau belas kasihan (atau welas asih?). Allah memilih untuk datang ke bumi dalam rupa manusia untuk jalan keselamatan manusia. Mengapa harus menjadi manusia dan itu pun manusia yang rentan, bukan manusia yang punya kuasa seperti menjadi raja? Aku baru bisa lebih mengerti tentang belas kasih Allah terhadap manusia karena mengetahui akar kata compassion itu adalah cum dan pati yang bersama-sama memiliki arti to suffer with. Itu artinya Allah dalam Yesus Kristus datang ke dunia untuk menunjukkan bahwa Allah itu adalah Allah yang berbelas kasih yang mau turut menderita bersama-sama dengan manusia.

Selamat Natal. Tuhan beserta kita.
Selamat berbagi...

Eydro's Residence
25 Desember 2010
18:42

Wednesday, December 22, 2010

Pesan Pendek si Givendra: Dari Cikini ke Monas, 14 Juli 2008

Selamat pagi. Givendra saat ini sedang berjalan kaki melalui Jln.Cikini Raya. Tahu mengapa pagi-pagi begini dia berjalan kaki entah ke mana tujuannya, bukannya tidur? Itu karena hari Minggu kemarin dia kehilangan kunci kontrakannya. Parahnya dia baru menyadari hal tersebut sewaktu jam di tangannya menunjukkan pukul 11 malam. Sebelumnya dia hanya asik main internet di warnet Dempo selama kurang lebih 4 jam sepulang dari tempat praktiknya di Bukit Duri 1. Nah, sekarang hendak ke manakah dia pergi? Tulisan/SMS ini ditulis dimulai dari KFC dan berakhir di ATM Mandiri dekat TIM.

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 00:41:42.

Perjalanan tetap dilanjutkan. Pertanyaan yang perlu dilontarkan dan perlu dijawab adalah di manakah hilangnya kunci kontrakan Givendra? Kunci kontrakan milik Givendra yang memang sering dihilangkan olehnya itu kemungkinan hilangnya (tertinggal) ada di tiga tempat. Pertama, di warteg tepat di sebelah Kontras. Dia memang mempunyai pengalaman meninggalkan kuncinya di sana. Kedua, terjatuh di bus sewaktu pergi ataupun pulang ke/dari tempat PL. Ketiga, tertinggal di Sanggar Ciliwung, tempat PL Givendra. Untuk mengkonfirmasi kemungkinan pertama, dia harus menemui orang warteg tersebut. Berhubung sudah malam lewat dari jam 11, hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk konfirmasi kemungkinan kedua, tidak mungkin. Kemungkinan ketiga, dia tidak mempunyai nomor hape orang yang tinggal di Sanggar.
Gile, uda di Tugu Tani aja..

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 00:56:34

Perjalanan dilanjutkan ke Wahid Hasyim. Sebenarnya dia bisa mencari tempat untuk berteduh malam/pagi ini di tempat teman sekampusnya. Di tempat Ryan yang tadi juga bermain internet, misalnya. Tetapi jiwa petualang atau malah sebenarnya jiwa kesendiriannya atau ke-malu-annya kehilangan kunci membuatnya memutuskan untuk menyimpan sendiri masalah ini sampai dia bisa masuk kembali ke rumahnya. Dia sudah sempat ingin menghabiskan waktu di McD Cikini yang buka 24 jam,atau KFC yang ternyata juga buka 24 jam. Hanya saja dia berpikir sewaktu melewati kedua tempat itu,"masak gue nongkrong ampe jam 5an di situ. Kan baru jam setengah satu.." Dia sempat berpikir untuk jalan kaki ke Monas dan nongkrong di sana, tetapi dia berpikir untuk ke McD Sarinah saja. Itulah sebabnya dia berbelok ke Wahid Hasyim di dekat Tugu Tani. Mengapa McD Sarinah? Dia bisa membaca atau menulis sesuatu di sana.
Wah, gedung Djakarta XXI sudah terlihat.....

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 01:15:15

Kaki sudah pegal. Apalagi di kaki yang mungkin terlindas motor sewaktu dia menabrak motor ketika hendak menyeberang di jembatan Tongtek. Sekarang dia sudah tiba di McD Sarinah. Hanya saja, Burger King menggugah karena ada paket yang mungkin lebih murah di sana.

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 01:21:01

Sekarang dia sudah duduk santai di Burger King. Dia sedang memakan satu per satu French Fries nya. Dia tadi memesan Whopper Jr. Stunner yang terdiri dari Burger Whopper Jr, French Fries & Sprite yang diupsize jadi yang large dan free chocolate sundae. Dia harus menikmatinya dengan pelan-pelan hingga matahari terbit. Kini dia beralih menikmati Chocolate Sundaenya yang tidak mungkin menunggu sampai meleleh seluruhnya.

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 01:39:50

Givendra pun ingin mengucapkan maaf kepada penerima sms-sms ini. Dia memutuskan melanjutkan tulisannya di buku catatannya saja.
Hehehe...
^_^

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 01:48:33

Burger King ternyata menunggu Givendra selesai saja ternyata untuk tutup. Mereka tidak buka 24 jam. Jam 2 menurut jam tangannya, dia sudah beranjak dari Burger King dengan membawa Spritenya yang masih banyak sisanya. Setengah jam kemudian dia hanya mondar-mandir di sekitar McD-BK untuk memutuskan ke mana tujuan berikutnya. Jam 3 dia akhirnya sudah ada di Monas, depan kantor DPRD DKI Jakarta. 15 menit kemudian dia sudah di tempat duduk dekat dia & teman-teman sekelasnya mengadakan acara kecil-kecilan di akhir Mei yang lalu. Dia merebahkan badannya yang sudah cukup lelah telentang melintang di atas bangku kayu itu. Dia pun mengetik sesuatu di hapenya di saat banyak nyamuk di sekitarnya mengitari dirinya.
Tidur? Mungkin dia tidak akan tidur..

Delivered to: Rapunzel Date and time: 14-July-2008; 03:30:44

Saturday, December 4, 2010

a note from last year

In the memory of her...

Aku tadi terpukau pada dua grup musisi jalanan di dalam bus 213 dalam perjalanan ke Mal Ciputra. Grup pertama terdiri dari 3 remaja perempuan. Dua orang di antaranya sudah pernah aku lihat sebelumnya. Yang membuat aku terpukau adalah mereka bernyanyi dengan penuh semangat dan ekspresi seakan hari ini adalah hari terakhir hidup mereka. Grup kedua adalah grup yang terdiri dari dua orang laki-laki. Mereka menyanyikan lagu dari ST12. (Sumpah, aku tak tahu judul lagunya apa.) Aku terpukau pada suara penyanyinya yang mencoba mirip dengan penyanyi aslinya. Dan kemudian lagu kedua yang mereka nyanyikan memberikan inspirasi padaku. "Teruskanlah" oleh Agnes. "...kau orang lain tetapi kekasihku bagiku..." Itu versi yang muncul tiba-tiba di kepalaku saat mendengar mereka bernyanyi lagu itu.

Aku kemudian lebih terpukau lagi waktu melihat rehearsal KMK dengan tim musik untuk lomba paduan suara besok. Kak Christine Mandang tanpa segan-segan meminta para pemain musiknya mengubah cara mereka bermain yang menurutnya tidak sesuai. "Ini bukan Brahms... bla..bla..bla.. Coba Bach." Sense-nya terhadap alat musik juga tidak diragukan lagi. Walaupun aku tahu tetap saja ada yang tidak suka pada caranya bermain musik, aku tetap salut pada kemampuan dan pengetahuannya di bidang musik gereja.

Aku hanya bisa kagum. Itu karena aku tidak bisa bermain musik apapun. Suaraku pun hanya sedikit mendekati standar, bahkan cenderung hancur. Akan tetapi, aku termasuk penikmat musik. Hampir semua jenis musik aku suka, termasuk "dangdut is the music of my country."

Ada satu keinginanku berhubungan dengan musik. Aku ingin mendengar lagu "Somebody to Love" dinyanyikan secara 'live' lengkap dengan paduan suara. Aku pernah berpikiran agar lagu itu dinyanyikan oleh kelas Paduan Suara di STT Jakarta. Penasaran bagaimana jadinya.

Mal Ciputra (dan diselesaikan dalam perjalanan pulang di dalam bus 213)
19 Desember 2009
22:13

CM might be not the best in the world. tetapi untukku, yang hanya mengenal sedikit orang, dia bisa jadi yang terbaik di dunia.. kau pasti bisa mengerti maksudku kan?

Sunday, October 31, 2010

Foto, Taman Suropati, dan Rumah Dinas Kedutaan

Di dekat Taman Suropati ada orang yang dimintai datanya karena mungkin telah mengambil foto di dekat rumah dinas Kedutaan Besar Amerika Serikat. Aku melihat hal itu sepulang aku mengikuti kebaktian di GPIB Paulus pukul 17.00.

Aku pun pernah mengalami hal yang sama dengan orang yang dimintai datanya itu. Suatu pagi setelah hari Wisuda di tahun 2007, aku membawa kamera digital milik sepupuku yang aku pinjam ke Taman Suropati. Aku mengambil foto di taman itu dan tak lama petugas dari rumah dinas kedubes pun mendatangiku, menanyaiku, dan meminta dataku. Aku bahkan mengambil fotonya (dengan sembunyi-sembunyi) ketika dia sedang mengambil KTP dari tanganku. (Hal ini yang membuatku kadang berpikir kalau aku tinggal di Amerika Serikat, aku mungkin sudah menjadi paparazzi.)

Tentang mengambil foto di dekat rumah Dubes (atau bahkan kantor kedutaan), apakah memang ada larangan? Dan apakah petugas kedutaan besar itu akan mendata semua fotografer bila misalnya ada puluhan atau ratusan fotografer melakukan hunting foto di Taman Suropati?

diketik dalam perjalanan kaki dari GPIB Paulus hingga STT Jakarta
31 Oktober 2010
... - 18.20

Monday, October 25, 2010

#adatBatak

Entah siapa yang membuatku tiba-tiba berpikir tentang adat Batak. Hanya saja semalam aku memang secara acak menulis tentang adat Batak di akun Twitter-ku dengan hash-tag #adatBatak. Sebenarnya tidak penting, tetapi aku pagi ini merasa ini penting untuk disimpan. Siapa tahu nanti aku malah tertarik menulis tentang Injil dan Budaya Batak. Lho kok aku malah lari ke sini? Dan mana tahu ada yang mau memberikan masukan atas ke-sotoy-anku tadi malam.

Kenapa acara adat itu terasa ribet, susah, dan tak penting? IMHO, itu karena kita tidak mengerti maknanya. Itu saja. #adatBatak

Dan sepertinya mengapa kita melakukan ini atau itu dalam acara adat sebenarnya punya makna masing-masing. #adatBatak

The stories behind-the-act of sebuah kegiatan adat akan hilang kalau tidak ada lagi yang mau tahu tentang itu. #adatBatak

Adat Batak itu sebuah seni. // Kenapa saya menjadi super sotoy seperti ini tentang #adatBatak?

Ingat CP I di Bogor waktu itu. Sempat tertarik dengan adat Batak Simalungun yang berbeda dengan adat Batak lainnya. #adatBatak

Dan entah kenapa orang Simalungun itu sepertinya paling mudah mengalah ketika ber'konfrontasi' dengan adat Batak lainnya. #adatBatak

Dan sebuah adat itu bisa berubah karena pernyataan "di sini seperti itu biasanya dibuat." Membuatku berpikir: butuh standarisasi #adatBatak.

Adat itu seperti "rules of playing the game." Berat mengikutinya karena kita tak tahu. Sekali lagi, karena kita tidak tahu. #adatBatak

Dan sumpah, aku tidak tahu sama sekali adat Batak, apalagi adat Batak Simalungun. #adatBatak

Ada yang mempertentangkan adat Batak dengan agama (Kristen). "Hal seperti itu seharusnya tidak perlu lagi," misalnya. #adatBatak

Hanya saja, buatku keberatan seperti itu tidak pas kalau orang tersebut tidak mengerti betul latar sebuah tindakan dalam adat. #adatBatak

Biasanya keberatan seperti itu muncul karena tidak mau ribet. #adatBatak

Kenapa aku meneruskan tweet-tak-penting-ku tentang #adatBatak ini kalau aku sendiri tidak tahu apa-apa? Hadoooooooooooooooooooooooooooohhh..

Sama seperti klaim kebenaran sebuah agama, klaim benar tidaknya sebuah acara adat bersifat subyektif. #adatBatak // Sotoy bet dah gue!

(Lalu aku bertanya kepada beberapa temanku pengguna Twitter yang orang Batak. Reply baru ada dua: dari kakakku dan dari seorang adik kelasku di SMUNSA Medan.)

@vontho satu kata. RIBET! #adatbatak

@vontho adat batak tuh unik,ak bangga jd org batak kak :) tp kalo urusan nikah yg agak ribet,,banyak biaya hehehehe

Hmmm...

KGJ
26 Oktober 2010
09:56

Imprisonment

Pope Clement XI, for example, in 1703 wrote an inscription in the prison in San Michele, Italy that indicates the intended goal of imprisonment, parum est coerce improbos poeono, hisi bonos efficias diciplina. It means "there will be no benefit for putting the wicked in the prison if it does not educate them to become good people and teach them good lessons."

Batara Sihombing, "Co-operation among Churches Doing Mission: A Case Study of Prison Ministry in Indonesia" in Asia Journal of Theology Vol. 24 Number 1 April 2010.

written on Oct 25, 2010 at Perpustakaan.

Thursday, October 21, 2010

Ocehan Tak Jelas

Ini adalah ocehan tak jelas tentang beberapa hal yang menurutku perlu aku tuliskan.

Sial.. baru saja aku akan menuliskan tulisan ini, tetapi sudah ada barrier dari dalam diri sendiri bahwa tulisan ini tidak penting untuk dituliskan. Berarti tulisan ini hanya akan sampai di sini saja.

Topik yang seharusnya bisa dibahas di dalam ocehan tak jelas ini adalah: tentang sistem perpustakaan yang sedikit bermasalah, tentang paduan suara Filipina dihubungkan dengan kegiatan PRPG bulan Agustus lalu, tentang minat membaca di sekolahku, dan tentang menulis.

Apakah topik itu akan aku tulis nanti? Kita lihat saja nanti di blog ini.

Komputer Perpustakaan STT Jakarta
21 Oktober 2010
16:01

Tuesday, October 12, 2010

Sabtu-Rabu

Dalam beberapa hari terakhir ini, ada berbagai hal yang terjadi yang sebenarnya menarik buatku untuk ditulis. Karena sudah terlalu lama dibiarkan tidak ditulis, aku pikir sebaiknya semua hal itu aku gabung saja menjadi satu dalam tulisan ini, dalam bentuk kata-kata:

Sabtu: Ragunan, taksi, BTJ, Grand Indonesia, sms, tidak jadi pulang, nonton fountain show pukul 17.00, keliling-keliling tak jelas, pulang pukul 18.00, nge-pack tas berisi pakaian kotor, jalan kaki ke Stasiun Manggarai pukul 20.00, kereta ternyata tidak beroperasi, makan bihun goreng di Dempo, pulang dan tidur.

Minggu: bangun pagi, jalan kaki berangkat ke Stasiun Manggarai pukul 07.10, kereta pukul 07.20 ternyata tidak beroperasi juga, jalan kaki kembali ke Jalan Proklamasi, naik 502, tiba di Stasiun Tanah Abang pukul 8 lewat, menunggu kereta KRL Ekonomi tujuan Serpong hingga pukul 08.45, aku naik ketika kereta tiba. Hal penting untuk diperhatikan: lebih baik naik KRL daripada naik KRD, karcis KRL lebih murah: Rp1.500 banding Rp3.500. Kereta berjalan, aku memperhatikan seorang bapak tua berambut putih berumur kurang lebih 60an. Dia membaca Koran Jakarta sambil bibirnya bergerak. Tulisan di dalam zipper bag transparan yang dibawanya membuatku mengeluarkan handphoneku untuk mengetik tulisan itu: Deutch vor kindern sicher auebe wahren. Entah apa artinya. Dia turun di Stasiun Pondok Ranji juga sepertiku.

Senin: aku pulang naik KRL Ekonomi tujuan Manggarai pukul 13.53 menurut jadwal, tetapi 14.20 kenyataannya. Aku pulang berniat untuk mengerjakan tugas yang sudah lama terbengkalai. Orang yang berhubungan dengan tugas itu tidak membalas telepon dan smsku hingga aku turun di Stasiun Sudirman dan memutuskan untuk berjalan ke Grand Indonesia untuk menonton film Korea dalam Festival Film Korea yang diselenggarakan di Blitzmegaplex. Pukul 15.30 aku sudah mengambil tiket gratis La Grand Chef 2: Kimchi Battle. Pukul 17.00 aku melakukan sesuatu yang gila yang belum dapat disebutkan di sini. 17.15 aku masuk studio 8 Bitz GI dan menonton. Filmnya sepertinya dibuat untuk mengingatkan generasi muda Korea akan pentingnya menjaga warisan kebudayaan Korea. Seperti biasa, film Korea yang satu ini bisa membuat penontonnya tertawa dan juga menangis. Dan ceritanya menarik.
Setelah menonton, aku tidak langsung pulang. Aku nongkrong di East Mall GI. Hingga akhirnya aku melihat Mas Bagus, Kak Vero, dan Ike berjalan hendak melewati tempat aku duduk. Aku mengikuti mereka dan akhirnya kami mengitari Gramedia GI untuk mencari buku yang hendak dipakai Mas Bagus untuk laporan buku dari dosen, lalu makan mie tarik di area Food Louver setelah pencarian terhadap buku itu dihentikan karena tidak ada. Kami pulang sekitar pukul 22.00.

Selasa: aku datang ke kampus berpikir kalau aku akan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai itu di kampus, ternyata tidak. Aku hanya belajar Bahasa Ibrani II, Makan siang di RM Kito, Nongkrong dengan Debbie dan Yonea di ruang diskusi perpustakaan. Dan aku pergi ke Grand Indonesia. Menonton film Korea lagi: Running Turtle. Film aksi yang mampu menampilkan realita masyarakat kelas bawah; ada unsur menegangkan, humor, dan haru di akhir film.

Rabu: aku sekarang di kampus. Tadi pagi aku minta izin untuk tidak hadir di kelas pagi ini karena badan serasa sangat lemas dan sepertinya akan demam kalau tidak diistirahatkan lebih lama.

Demikian. Sekian.

Perpustakaan STT Jakarta
13 Oktober 2010
13:38

Wednesday, October 6, 2010

Payung

Aku punya seekor payung. Seekor? Aku menyebutnya demikian karena di tangkainya ada tali untuk menentengnya sambil mengayun-ayunkan payung itu. Dan juga ada label mereknya yang tidak aku lepas. Payung itu aku baru saja beli tadi di Giant Megaria. Payung yang lama sudah tidak memadai lagi untuk menahan agar tubuhku tidak basah kuyup ketika hujan deras menjatuhkan diri dari langit.

Payung itu berwarna coklat. Menarik bukan? Payung itu, sama seperti payung-payung yang pernah kumiliki, akan selalu ada di dalam tasku. Sedia payung sebelum hujan, kata pepatah.

Berbicara tentang payung, aku tadi tiba-tiba bertanya-tanya. Kenapa tidak ada produsen yang berani memberikan garansi? Pertanyaan itu kemudian berlanjut dengan pertanyaan, kenapa payungku selalu rusak setelah aku meminjamkan payung itu ke orang lain? Kedua pertanyaan itu ternyata pertanyaan yang tak perlu dijawab.

FYI, harga payung yang aku beli tadi Rp29.900. Murah atau mahal?

Kalasan Dalam 44B
6 Oktober 2010
19:12

Thursday, September 30, 2010

Siantar-Sibuntuon

Pulang dari KFC Cikini menumpang motor Daniel mengingatkanku atas perjalanan naik motor yang dulu pernah keluargaku lakukan. Lebih dari 20 tahun yang lalu.

Aku tadi sangat mengantuk. Aku menyenderkan kepalaku di punggung Daniel sementara motornya bergerak ke arah Talang. Aku memang langsung teringat kepada kenangan masa di Sibuntuon, sebuah desa di Kabupaten Simalungun, sebelum keluarga kami pindah ke Medan tahun 1990. Bapak, Mamak, kakak, dan aku pergi ke Pematang Siantar sepertinya cukup jarang. Kami pergi ke sana hanya dalam rangka membeli baju baru menjelang Natal atau hari ulang tahunku dan kakakku. Menaiki "kereta" GL-100 yang dimiliki Bapakku sejak di Situnggaling (sebuah desa di dekat tempat pariwisata Sipiso-piso).

Kenangan tentang naik "kereta" dari Siantar ke Sibuntuon muncul karena aku teringat kalau aku sering sudah mengantuk dalam perjalanan pulang kami. Masih kuingat kalau aku naik di atas kap tempat bensin di depan Bapakku. Aku memakai helm, jaket, dan sepertinya juga memakai kacamata. Maklum, seingatku sering ada sejenis kunang-kunang yang berterbangan di atas jalan yang kami lalui yang tentu akan menyakitkan kalau mengenai mata.

Mengingat kenangan itu, aku jadi sangat iri dengan Bapakku.

Cukup...

Kalasan Dalam 44B
30 September 2010
23:39

Wednesday, September 29, 2010

Komputer Perpustakaan

Ini tentang komputer perpustakaan, tempat aku sekarang mengetik tulisan ini.

Aku masuk sekolah ini tahun 2005. Aku masih ingat kalau dulu akses internet di sini sangat terbatas. Eh, tidak. Dulu ada warnet di depan, di ruangan PPWG sekarang. Hanya saja akses internet gratis hanya ada di perpustakaan. Itu pun terbatas untuk 30 menit satu orang. Salah satu pengguna aktif internet di komputer perpustakaan waktu itu sepertinya memang diriku. Tulisan pertamaku setelah masuk STT Jakarta pun sepertinya ditulis dan dikirim melalui komputer perpustakaan yang saat itu terletak di dekat kantor pegawai perpustakaan.

Sewaktu Friendster semakin dikenal waktu itu, ada banyak orang yang ingin menggunakan akses internet di komputer perpustakaan. Sampai-sampai pada akhirnya Friendster di-block menggunakan sebuah program. (Kalau tidak salah, aku ada menuliskan tentang itu di blog ini.)

Lalu Facebook mulai dikenal. Aku masih ingat kalau dulu aku masih sempat mengakses Facebook di meja komputer tempat aku berada sekarang. Entah bagaimana ceritanya, akses ke komputer di perpustakaan ini akhirnya tidak ada sama sekali. Itu karena waktu itu wi-fi sudah beroperasi. Cerita tentang wi-fi beroperasi di sekolah ini memang merupakan cerita lain juga yang di dalam cerita tersebut tidak akan bisa dilepaskan dengan pemblokiran Facebook dari wi-fi.

Sekarang, akses internet di komputer ini sangat menyenangkan. Tidak ada timer lagi seperti dulu. (Timer itu pun pada akhirnya "jebol" juga dengan baris command di Run.) Facebook dapat diakses, walaupun Facebook bukanlah tujuan utamaku lagi kalau mengakses internet. Yang membuat akses komputer ini menyenangkan buatku adalah (mungkin untuk sementara) aku tidak perlu lagi meminjam laptop orang untuk mengakses internet di sekolah.

Tulisan ini didedikasikan kepada para mantan pengguna setia komputer perpustakaan ini, kepada para mantan perusak timer. Dan kepada yang mengurus perpustakaan, terima kasih.

Komputer Perpustakaan, Perpustakaan STT Jakarta
30 September 2010
12:04

Monday, September 27, 2010

Ibadah Raya dan Malam Gembira tahun kemarin selalu menjadi kenangan buruk buatku. Hanya saja itu menjadi kenangan buruk karena cara berpikirku yang salah. Move on, Vontho!

27 September 2010

27 September sebenarnya merupakan tanggal yang spesial untuk STT Jakarta, kampusku. Hanya saja dalam dua tahun ini tidak menjadi spesial karena tahun lalu jatuh pada hari Minggu, dan tahun ini tidak ada orasi. Tahun ini tanggal 27 September 2010 menjadi tanggal pelaksanaan Ibadah Syukur.

Aku menulis ini bukanlah dalam rangka Dies Natalis STT Jakarta. Aku menulis ini hanyalah sebagai catatan harianku tanggal 27 September 2010 kemarin.

Aku bangun pagi dan langsung teringat sebuah tugas. Kak Ester dari BAA pun mengingatkanku lewat SMS kalau bahan yang diperlukan untuk penyelesaian tugas itu sudah ada di dia. Aku mengatakan kepadanya lewat SMS kalau aku akan datang ke kampus 30 menit setelah SMS itu aku kirim.

30 menit kemudian aku sudah ada di kampus dan mengambil bahan tugas itu ke BAA, pulang ke rumah, mengerjakannya, dan lalu mengirimkannya. Tugas selesai.

Aku ke kampus lagi. Bertemu dengan Aiko yang bertanya di mana plastik name-tag. Lalu aku kemudian melakukan tugas yang lain, tugas yang belum terselesaikan sejak hari Jumat. Senangnya bisa mengerjakan tugas itu bersama Mas Yudi yang sebenarnya bukan orang yang bertugas menyelesaikan tugas itu. Tugas itu selesai, dan aku menyerahkan hasil tugas itu kepada Mas Bambang yang akan melanjutkan proses selanjutnya.

Aku kemudian masuk ke Bengkel PK. Bertemu dengan Siro, Ribka, dan Ella. Berbicara mengenai tugas lain dengan Siro, aku menyadari kalau aku melakukan kesalahan. Karena kesalahan ada untuk diperbaiki, aku menanamkan dalam kepalaku kalau tidak boleh melakukan kesalahan yang sama lagi. Berbicara dengan Ella yang masih belum mengembalikan buku yang dia pinjam di perpustakaan atas namaku, aku membuat janji ke Ella kalau aku akan mengunjunginya ke asrama. Hanya untuk mengambil buku itu. Dan berpura-pura menggantikan peran Sosam untuk sementara. Lho?

Makan siang, aku bertemu dengan Abdiel. Dia mengajakku ke GKI Kayu Putih. Aku menyanggupi karena aku memang sedang tidak ada tugas lain. Pada akhirnya ada aku, Yesie, dan Abdiel yang berangkat ke GKI Kayu Putih menggunakan kendaraan milik kampus yang dikendarai Pak Supangat. Tujuan ke sana adalah membuat dekorasi. Dekorasi yang dibutuhkan memang sangat sederhana. Hanya menambahkan kain dengan beberapa warna ke salib yang terletak di bagian depan dalam ruang ibadah. Hasilnya menurutku sederhana dan menarik.

Kami pulang. Tiba di sekolah, aku masuk ke Bengkel PK lagi. Berbincang sejenak dengan Siro, Sergio, dan Aiko. Siro dan Aiko pulang, aku dan Sergio ke kantin. Di kantin aku bertemu Mas Bagus, alumnus STT Jakarta yang merupakan pendeta di Gereja Protestan Bali yang sedang studi S2 di STT Jakarta. Aku memang sudah sering bertemu dengannya, tetapi baru kemarin aku bertanya kepadanya tentang Bali. Wedding as business dan tentang kerukunan di sana. Tak lama, aku dan Sergio pulang ke kontrakan. Sebentar saja di kontrakan, aku ke kampus lagi. Ada bus yang harus diurus.

Tiba di kampus, aku bertemu dengan Kak Feri. Singkat cerita, tugasku untuk Ibadah Syukur ternyata bukan hanya dikerjakan olehku. Itulah sebabnya aku menyanggupi untuk menunggu bus yang masih belum datang. Bus jam 17.00 akhirnya berangkat pukul 17.00. Tepat waktu. Satu bus terakhir, akhirnya berangkat pukul 17.30. Tiba di GKI Kayu Putih 18.10, tepat saat prosesi masuk para petugas ibadah. Aku langsung ke tempatku bertugas. Ternyata memang ada untungnya bukan diriku saja yang bertugas di tempat itu.

Saat kata sambutan dari Ketua Panitia Dies Natalis dan Wisuda, aku baru menyadari kalau ada kesalahan informasi yang diterima jemaat GKI Kayu Putih tentang jam pelaksanaan Ibadah Syukur. Aku tak tahu apakah itu merupakan salahku. Tak penting juga sebenarnya untuk ditelusuri.

Saat turun dari ruang ibadah untuk makan malam, ada beberapa orang yang menanyakan hal yang sama. Kenapa tidak memegang kamera seperti biasanya. Ada tugas lain, kataku dalam hati. Lho?

Pelajaran penting hari kemarin buatku adalah aku tidak boleh sok sibuk. Harus tenang! Karena sok sibuk, aku melupakan handphoneku yang aku letakkan di atas kotak tempat persembahan. Untunglah aku menyadari kalau aku meninggalkan handphoneku ketika rombongan bus yang kembali ke kampus baru bergerak sejauh kurang lebih 250 meter dari gereja.

27 September 2010. Dies Natalis ke-76 STT Jakarta. Aku pikir aku tak mencintai STT Jakarta ini. (Kenapa kalimat penutupnya tidak nyambung begini?)

Kalasan Dalam 44B
28 September 2010
08:01

Monday, August 30, 2010

Bukan Penyakit Komplikasi

Perutku sakit. Belum juga dada ini sembuh, perut ini juga ikut-ikutan sakit. Kenapa? Aku tidak tahu pasti. Hanya saja dalam seminggu terakhir ini pencernaanku memang kurang baik. Aku pikir ini pasti karena makanan yang aku makan. Yang membuatku heran, beberapa hari terakhir ini kan aku di tempat kakakku. Kenapa bisa sakit juga?

Aku tahu tulisan ini sepertinya hanya tulisan lain yang sifatnya dapat dikategorikan sebagai keluhan. Aku memang sedang tidak punya topik menarik yang aku ingin tuliskan tentang apa yang sedang aku alami belakang ini. Aku lebih memilih menuliskan tentang sakit perut ini karena rasa sakit di dada ini masih belum sembuh juga.

Oh iya, tadi siang aku berkonsultasi lagi dengan Bu Dokter Fiona. Lewat pesan pendek. Mengenai sakit di dada ini, dia menyarankan aku untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat dulu dalam minggu ini. Kalau tidak sembuh juga, aku harus ke dokter. Itulah sebabnya diriku harus menjauhkan diri dulu dari lapangan Borobudur, supaya diriku tidak tergoda untuk berolahraga.

Eh, ada yang lupa. Selain sakit perut, aku juga sepertinya sedang akan terkena penyakit flu juga. Jadi, istirahat memang sebuah keharusan. Lalu ada juga sariawan. Penyakit yang dulu penyakit bulananku ini sekarang muncul di daerah yang sulit dijangkau oleh makanan. Sariawan yang muncul di lidah atau bagian-bagian rongga mulut yang akan sangat mudah terkena makanan malah bukan menjadi masalah buatku.

Penyakit-penyakit yang sedang kuderita ini sepertinya tidak cocok disebut penyakit komplikasi. Kenapa? Aku pun tidak tahu. Nanti saja aku tanya Dokter Fiona. *lho?*

Netbook Andriyan, Perpustakaan STT Jakarta
30 Agustus 2010
17:43

Friday, August 27, 2010

Sakit di Dada

Dada ini sakit. Rasa sakit di dada ini mulai terasa kemarin pagi sewaktu aku baru bangun tidur. Aku kemudian curiga kalau rasa sakit ini muncul karena aku tidur di bawah hembusan angin pendingin ruangan di tempat teman aku menginap.

Rasa sakit di dada yang kualami sekarang ini bukan yang pertama kalinya kurasakan. Ini mungkin yang ketiga atau yang keempat kalinya kurasakan selama di STT Jakarta. Penyebabnya? Aku sampai sekarang tidak tahu pasti.

Sekitar setahun atau dua tahun yang lalu aku mengalami hal yang sama. Waktu itu aku hanya berkonsultasi dengan seorang teman SMU yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UI. Aku bertanya apakah mungkin yang kualami adalah sakit paru-paru basah. (Aku bertanya demikian karena walaupun aku tidak merokok, aku pernah melakukan tindakan tolol yang setahuku dapat merusak paru-paru). Dari informasi yang kudapat darinya, aku bukan mengidap penyakit paru-paru basah (atau sebenarnya disebut TBC). Sebagai informasi saja, pengidap TBC sering berkeringat di malam hari walau cuaca tidak panas.

Kembali ke sakit di dada ini, aku merasakan sakit di dada seperti ini adalah yang kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Pertama kalinya adalah sewaktu berada di Cipanas menjadi pandu acara dan perlengkapan acara Pertemuan Raya Pemusik Gereja. Aku merasakan sesak di dada sewaktu bernafas, waktu itu di dada bagian kanan. Malam sebelumnya aku memang mengangkat beban cukup berat hanya dengan menggunakan tangan kananku. Rasa sakit terkadang muncul dan lalu hilang di hari itu. Dan lalu rasa sakit di dadaku tidak terasa lagi di hari berikutnya.

Rasa sakit di dada kali ini sepertinya lebih parah. Kalau sewaktu di Cipanas waktu itu tidak ada bagian yang terasa sakit bila ditekan, kali ini di tulang rusuk kiri ketiga atau keempat dari atas terasa sakit bila ditekan. Kemarin pagi sampai siang sebenarnya tidak terlalu parah. Hanya saja, rasa sakitnya semakin parah karena sorenya aku bermain basket.

Dari konsultasi dengan Fiona Amelia, seorang teman ketemu di Cipanas, aku berkesimpulan kalau sakit di dadaku ini tidak parah. Namun dari beberapa kali mengalami sakit di dada seperti ini, sepertinya penyakit ini muncul karena aku kecapaian (bakunya "kecapaian" atau "kecapekan"?).

Lekaslah hilang wahai kau, Sakit di Dada.

Perpustakaan STT Jakarta
27 Agustus 2007
15:51

Tuesday, August 24, 2010

Rambut Baru

Aku memangkaskan rambutku di tukang pangkas di Manggarai dua hari yang lalu. Dan ini adalah beberapa komentar tentang penampilan rambutku yang baru.

"Wah, baru pangkas kau, Bang. Jadi makin tampan aja nih.."
"Cie.. yang rambut baru. Jadi tambah keren.."
"Yah, kok dipotong, Kak? Gak keren lagi lah kayak pemain film Korea.."
"Wah, rambut baru. Saya sampai tidak bisa mengenali barusan.. tapi bagus kok."
"Begitu dong. Tampak jauh lebih muda."

Masih ada beberapa komentar lagi, tetapi aku lupa. Hanya saja memang lebih banyak yang suka rambutku dipotong dibanding panjang seperti kemarin.

Lalu, sebenarnya kenapa aku memangkaskan rambutku? Alasan utama bukan karena disuruh Nyak. Aku memang sudah ingin memangkaskan rambutku sebelum Nyak datang. Hanya saja aku memang sengaja ingin memperlihatkan rambutku yang panjang ke Nyak. Sewaktu Nyak melihat rambutku, Nyak cuma bilang, "mase ma sonin ganjangni jambulanmin? Lang jenges huidah." ("Kenapa rambutmu panjang seperti itu? Jelek kulihat.") Yang mengherankan, Nyak berpikir kalau aku mengkeritingkan rambutku. Padahal rambutku memang cenderung berombak (atau malah keriting) kalau dibiarkan panjang.

Nah, dengan penampilan rambutku yang baru ini, sepertinya akan ada yang terpikat. *nah, lho?*

Perpustakaan STT Jakarta
25 Agustus 2010
10:54

Monday, August 2, 2010

Siang Tadi

Aku memandang wajah seorang perempuan. Masih SMA. Duduk di depan mamanya, sepertinya.

Menarik, pikirku. Beberapa kali aku dan dia saling berpandangan. Entah kenapa aku tidak mengalihkan pandanganku. Aku terus memerhatikan. Aku memerhatikan gerakan bibirnya, ingin tahu apa yang dia katakan kepada mamanya. Dugaanku mamanya dan papanya sedang cekcok. Tak tahu dugaanku benar atau tidak. Hanya saja beberapa kali dia mengusap matanya dengan tisu.

Aku lalu pergi. Aku pergi karena aku pikir dia sudah cukup terganggu bertemu pandang denganku. Berkali-kali.

Siang tadi di KFC Cikini.

(berdasarkan sms yang aku kirim ke TWTTR pada 30 Juli 2010, 22.53-23.03)

Sunday, August 1, 2010

Kesetiaan?

...

gue (10:49:31): "...ada nggak cewek yang benar-benar lo suka dan lo inginkan jadi pasanganmu sekarang ini?"
dia (10:49:52): "Dian Paramita Sastrowardjojo* von"
dia (10:49:56): "katakanlah pada dia"
gue (10:50:01): "hadoooohhhh..."
gue (10:50:07): "susaaaaaaahhh..."

Sewaktu nama lengkap cewek itu dia tuliskan, memang begitulah aku berteriak.

Kesetiaan? Entahlah...
Yang pasti aku akan setia menunggu kelanjutan ceritanya dengan Dian*.

KGJ
2 Agustus 2010
13:01

*: bukan nama sebenarnya

Leksionari Harian

Aku sering merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam tentang apapun selama aku kuliah di STT Jakarta. Padahal aku sudah 5 tahun kuliah. Dan ya, aku masih belum lulus kuliah. Masih ada minimal 3 semester lagi baru aku lulus kuliah dari STT Jakarta.

Walaupun aku merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam, aku tetap memiliki ingatan yang cukup baik tentang beberapa hal dari beberapa mata kuliah yang aku ikuti di sekolahku. (Aku memang lebih sering menyebut STT Jakarta sebagai sekolahku daripada kampusku.) Salah satu mata kuliah yang membuatku sering mencatat catatan yang aku sebut sebagai catatan tidak penting adalah kuliah dari Pak Rasid Rachman. Bukan kuliahnya tidak penting, tetapi catatanku lebih sering kusebut begitu, walaupun isi catatanku sebenarnya tidak terlalu tidak penting.

Salah satu hal yang aku ingat dari kuliah Pak Rasid Rachman adalah tentang leksionari harian. Leksionari sendiri merupakan daftar teks pembacaan Alkitab setiap hari Minggu yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam 3 tahun liturgi. (Untuk ini ada yang namanya Leksionari Tahun A, Leksionari Tahun B, dan Leksionari Tahun C.) Selain leksionari yang dipakai untuk ibadah setiap hari Minggu, ada juga leksionari harian. Leksionari harian ini adalah daftar pembacaan Alkitab setiap hari yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam waktu 2 tahun. Leksionari sendiri terdiri dari daftar pembacaan teks Perjanjian Lama, Mazmur, Surat Rasuli, dan Injil.

Seingat ingatanku yang cukup payah ini, tujuan penggunaan leksionari di dalam ibadah setiap minggunya adalah agar jemaat dapat membaca seluruh teks Alkitab dalam tiga tahun. Di GKI, gereja yang setahu saya memakai leksionari, khotbah diharapkan dibuat berdasarkan ke-empat teks bacaan berdasarkan leksionari tersebut. Dengan demikian, khotbah setiap minggunya sangat kecil kemungkinannya didasarkan pada teks yang sama dalam jangka waktu tiga tahun. Dan pembacaan teks setiap minggunya biasanya merupakan sebuah kesinambungan. (Lih. http://rasidrachman-volunteer.blogspot.com/search/label/leksionari)

Nah, aku sebenarnya ingin membicarakan tentang leksionari harian. Namanya leksionari harian tentunya tujuannya untuk dibaca setiap hari. Pembacaan menurut leksionari harian ini dapat dilakukan untuk ibadah harian yang dilakukan di kantor-kantor, sekolah-sekolah, ataupun untuk pembacaan pribadi. Belakangan ini aku memang sedang ingin mencoba menggunakan leksionari harian sebagai pembacaan setiap hari. Hal ini aku lakukan karena mulai cukup risih dengan buku renungan harian (entah kenapa), dan juga ingin mencoba membaca keseluruhan Alkitab (yang belum pernah aku lakukan sebelumnya) dengan cara seperti ini. Enaknya membaca Alkitab dengan merujuk ke leksionari harian adalah adanya kesinambungan dari setiap teks yang dibaca setiap hari, dan aku pun akhirnya membaca bagian Alkitab yang selama ini sepertinya tidak pernah aku baca sama sekali. Permasalahan dengan pembacaan Alkitab secara pribadi adalah tidak adanya kesetiaan (ya ampun, bahasaku!) untuk benar-benar mempersiapkan waktu untuk membaca. Nah, lho?

Lalu, hari ini setelah membaca bacaan hari ini, aku sarapan. (Apa hubungannya, Von?) Setelah sarapan, aku menemukan sebuah buku berjudul Our Daily Bread (2010 Annual Gift Edition). Aku kemudian membaca tulisan "The Bible in One Year". Wow, pikirku. Satu tahun? Pembacaan dengan leksionari saja membutuhkan dua tahun. Itu berarti bacaan per harinya panjang-panjang, pikirku. Dan ternyata memang benar. Satu hari bisa membaca 3 pasal dari PL dan satu pasal dari PB. Membaca yang cukup pendek dengan menggunakan leksionari saja aku cukup sering merasa tidak punya waktu, apalagi membaca yang cukup panjang seperti itu. Hanya saja yang menarik dari Our Daily Bread adalah renungannya. Aku tadi membaca renungan untuk hari ini dan menurutku cukup menarik karena berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Itu memang hal yang tidak akan didapatkan dengan membaca Alkitab dengan mengikuti pembacaan leksionari harian. Hanya saja, dari pengalamanku membaca dengan cara itu, ada kesinambungan juga antara 4 teks bacaan yang dibaca pada hari itu. Renungannya? Aku harus memikirkan sendiri apa yang dapat kurenungkan dari bacaan hari itu.

Nah, seperti biasa. Sekarang aku tidak tahu lagi mau menulis apa. Dengan demikian tulisan ini diakhiri dengan pertanyaan, kalau kamu... ya, kamu yang membaca tulisan ini. Kalau kamu diminta untuk memilih, kamu mau memilih jenis pembacaan yang seperti apa? Pembacaan leksionari, pembacaan versi Our Daily Bread, atau pembacaan renungan saja?

KGJ
2 Agustus 2010
11:36

Catatan: tulisan di atas kebenarannya belum dapat dipertanggungjawabkan. Jadi bagi kamu yang memiliki pengetahuan yang lebih dalam dari pengetahuan seadanya yang aku paparkan di atas, mohon memberikan komentar atau masukan. Terima kasih.

Coretan Awal Bulan

Sudah lama tidak menulis dengan topik tidak jelas di blog ini. Jadi ini adalah percobaan untuk menulis lagi dengan topik yang sangat acak.

Baiklah, cerita kita mulai dengan liburan dua bulan ini. Liburan? Ya, aku menyebutnya liburan. Teman-temanku yang lain memang tidak liburan dalam dua bulan ini. Kenapa aku malah liburan? Yah, itu karena aku memang terlalu bodoh waktu itu sehingga mengambil keputusan yang salah yang pada akhirnya malah membuatku harus berlibur selama dua bulan ini. Apakah aku benar-benar berlibur? Sebenarnya tidak juga. Ada sebuah urusan yang harus diselesaikan di bulan Juni lalu. Urusan itu sebenarnya tidak terlalu susah untuk diselesaikan dalam waktu yang cepat, tetapi pola pikirku yang sering agak terganggu dalam masa-masa cukup tegang selalu membuatku lambat sekali dalam menyelesaikan urusan itu. Itu pula yang membuatku sebenarnya tidak murni liburan di bulan Juni lalu. Cara hidup hampir tidak normal sama sekali karena makan tidak teratur, tidur pun tidak teratur. Dan itu semua karena urusan itu, dan karena aku juga tidak bisa mengubah cara pikirku yang aneh waktu itu. Yang membuatku akhirnya menyelesaikan tugas itu adalah rasa tidak enak yang muncul karena kakakku membuat pernyataan yang membuatku merasa tidak nyaman waktu itu. Akhirnya aku pun mau tidak mau menyelesaikan urusanku itu. Anehnya, aku yakin urusanku itu akan selesai walaupun aku menyelesaikan urusan itu bukan dengan cara terbaik yang menurutku harus aku lakukan. Sebaliknya malah kakakku yang sepertinya agak ragu dengan apa yang telah aku lakukan. Pada akhirnya, urusan itu memang selesai. Aku dinyatakan lolos, bukan lulus atas urusan itu.

Pernyataan bahwa aku lolos dari urusan itu membuat hidupku mulai kembali cukup normal. Bulan Juli kujalani dengan banyak hal yang berhubungan dengan benar-benar berlibur. Di dua minggu awal memang aku cukup turut sibuk dalam proses pemakaman dosen kami, Kak Christina Mandang, yang meninggal dunia akibat kecelakaan di Grand Rapids, Michigan, USA. Ada seorang temanku juga yang dioperasi di Rumah Sakit St. Carolus yang membuatku malah jalan-jalan bersama Armand di PIM. Setelah pemakaman Kak CM, aku benar-benar menikmati liburanku. Aku sering jalan-jalan ke mall, tempat yang memang sering kukunjungi kalau liburan. Tepat setelah pemakaman saja aku dan beberapa teman berkunjung ke Plaza Semanggi untuk makan (waktu itu aku memang belum makan seharian), dan bermain di Game Master-nya. Setelah itu aku dan Sergio sempat menginjakkan kaki kami di Plaza Senayan untuk urusan jam tangan, dan ke JCC untuk menghadiri pameran komputer dan seluler. Dan beberapa kali di bulan Juli lalu aku pergi ke Grand Indonesia dengan alasan mau mengambil duit di ATM dan aku perginya dengan pakaian yang sama yang aku kenakan sewaktu tidur. Bulan Juni aku hanya menonton sekali, Sex and The City 2. Bulan Juli kemarin, aku sudah menonton 4 kali. Dua kali menonton Despicable Me (3D), Inception, dan yang terakhir Salt. Itu tanda-tandanya hidupku kembali normal kalau menurut Daniel, temanku yang suka menonton.

Nah, permasalahan dari menulis dengan topik acak seperti ini adalah aku suka ingin menghentikan tulisannya sesegera mungkin. Jadi, tulisan ini aku akhiri saja seperti ini. Bila ada pertanyaan lebih lanjut dari tulisan di atas, silahkan meninggalkan komentar di blog ini.

KGJ
1 Agustus 2010
23:06