Hari ini aku berhasil berjalan kaki dari Plaza Semanggi ke kontrakanku. Mungkin ini jalan kaki tak penting terjauh yang aku pernah lakukan selama di Jakarta. Terakhir dan terjauh sebelumnya mungkin jalan kaki dari Stasiun Tanah Abang ke kontrakan yang aku lakukan Selasa minggu lalu.
Aku pergi ke Plaza Semanggi sebenarnya dengan tujuan tak penting: mengambil uang di ATM. Dan satu hal tak penting lain yang cukup memalukan kalau disebutkan: mencari perdana murah dengan nomor menarik di jembatan penyeberangan Bendungan Hilir.
Sekitar 16.03 sewaktu kakakku mengirimkan sms memintaku memeriksa email, aku sudah berada di halte Megaria di Jalan Proklamasi dengan sebotol Aqua 1500 ml di tanganku. Pakaianku hanyalah sebuah celana pendek orange yang aku biasa pakai untuk tidur dan sebuah kaus putih 61 yang bertuliskan "Love At First Sight". Aku sebenarnya hendak pergi mencari makan siang di KFC Cikini -Attack- lalu dari sana mengambil uang ke ATM Mandiri yang berada di depan TIM. Apa hendak dikata, rencanaku sering berubah. Aku malah pergi ke Giant membeli Aqua lalu memutuskan mengambil uang di Plaza Semanggi saja.
Tiba di Plaza Semanggi, aku langsung mengambil uang di ATM Mandiri di dekat CFC. Lagu Ave Maria yang dinyanyikan oleh Celine Dion berkumandang. (Berkumandang? Seperti lagu kebangsaan saja!) Tak ada yang lebih menarik dari mengambil uang di ATM sambil bernyanyi sok tahu lagu Ave Maria. Selesai dari ATM, aku ke 3 Store. Aku berencana membeli voucher 3 untuk internetku. Setelah berpikir sangat panjang, aku mengurungkan niatku. Biarlah aku menikmati internet 3-ku yang sudah super lemot, pikirku. Atas nama pengencangan ikat pinggang. (Ada ya istilah seperti itu?) Jadilah aku datang ke 3 Store hanya untung mengisi surat keluhan yang disediakan oleh mereka. Keluhanku ya itu, internet 3 "lambat sangat kalau kuotanya sudah habis." Yah, di mana-mana memang begitu kan? Hanya saja, aku tak salah kan mengeluhkan itu? Aku kemudian melemparkan pandanganku ke Christiano Ronaldo yang berdiri entah sejak kapan di toko itu. Ada daftar "nomor cantik" yang menempel di tubuhnya. Dan satu nomor yang menarik perhatianku adalah 08999990507. 507! Aku kemudian berkeliling ke XL dan Axis. Axis memasang iklan menarik untuk paket Blackberry Unlimited-nya. Axis tidak memasukkan tarif 3 dalam grafik Perbandingan Tarif Blackberry Unlimited Bulanan. Atau sepertinya dia memakai tarif BB 3 yang lama. Bukan mau membela 3, hanya saja menurutku iklan itu payah! Tentang para operator seluler sekarang, aku pikir bisa dibuat tulisan lain. Secara singkat, semua operator itu iklannya payah.
Yang menarik di Plaza Semanggi adalah adanya toko dengan nama Luna Maya. Pakai kata hardware pula. Aku tak terlalu memerhatikan apa isi tokonya.
Aku kemudian keluar dari Plaza Semanggi. Aku memang tak punya sesuatu yang ingin kubeli. Atau tepatnya, aku sedang tak ingin membeli apa-apa dalam rangka memperingati Natal. Apa hubungannya ya?
Aku kemudian nongkrong sejenak di jembatan penyeberangan Bendungan Hilir. Aku memerhatikan satu per satu dengan tidak seksama nomor-nomor perdana yang dihamparkan oleh seorang penjual di dekat belokan ke arah halte bus Transjakarta. Di situlah aku dulu membeli perdana Simpati PeDe ku yang 507 itu seharga Rp15.000. Kalau tidak salah, aku membelinya sekitar awal tahun ini. Setelah aku perhatikan, tak ada satupun yang menarik. Aku kemudian memutuskan untuk pulang saja. Aku berjalan menyusuri jembatan penyeberangan yang dipenuhi penjual jam tangan yang entah-apa-namanya dan penjual tas yang modelnya-entah-apa-namanya.
Pukul 17.51 di jam telepon genggamku, aku tiba di halte. Aku berpikir kalau hari masih terlalu cerah untuk langsung pulang. Lagipula bus 213 rata-rata penuh pada jam pulang kantor seperti itu. Aku pun kemudian dengan spontan memutuskan untuk berjalan kaki saja. Sampai ke rumah.
Benarlah pepatah yang mengatakan, "banyak berjalan, banyak melihat." Ada ya pepatah seperti itu? Kenapa sepertinya aku malah mengarang pepatah baru ya? Despite the pepatah is right or wrong,
what I'm trying to say is I was looking a lot of things this
evening when I walked home.
Ada bus Royal Platinum. Bus itu adalah bus yang dipakai oleh rombongan peserta PRPG Agustus lalu. Aku jadi ingat kalau aku naik bus ke Cipanas hanya dengan empat penumpang di dalamnya. Bus Royal Platinum itu tadi aku lihat diparkir di depan Hotel Sahid Jaya. Aku baru memerhatikan kalau bangunan hotel itu sudah semakin bagus. Lalu melihat kondektur bus Royal Platinum itu, aku jadi ingat kondekturbus yang membawa kami ke Cipanas waktu itu. Dia bercerita kalau dia lari dari bosnya dengan menggadaikan motor milik bosnya. Di sebelah Hotel Sahid Jaya ada bangunan Da Vinci Penthouse. Aku jadi teringat seseorang yang mengaku tinggal di situ. Soal gedung itu, aku pikir gedung itulah satu-satunya gedung di Jalan Sudirman yang memiliki pilar agak berlebihan dan ada patung-patung yang harusnya didemo oleh FPI. Gedung berikut yang membuatku teringat akan sesuatu adalah gedung BNI 46. Aku pernah ke salah satu lantai gedung itu untuk interview menjadi data entry. Ada tulisanku tentang penipuan yang dilakukan perusahaan yang melakukan interview palsu itu (yang aku tak bisa mencari link-nya karena internetku super lemot).
Selain gedung, ada pula stiker menarik di dekat halte Karet. Isinya, "ingin tahu apakah bus Anda sudah lewat?" Kurang lebih begitu. Follow @tegursapajakart. Kalau tidak keliru, itu nama akun Twitternya. Menarik, pikirku.
Walaupun pendapatku tentang bus 213 pada jam pulang kantor seperti tadi itu ternyata salah -- it turned out that 213 was not as padat
as usual --, aku tetap melanjutkan perjalanan kakiku. Kakiku
sudah sakit ketika melewati jembatan dekat Stasiun Sudirman. Dan aku pun ternyata ingin membuang sesuatu karena aku terlalu banyak minum. What do you expect from drinking 1500 ml water?
Pukul 18.24 waktu di handphone-ku, aku sudah di depan lift dekat Harvey Nichols Grand Indonesia.
to be continued...
Kontrakan Den Abed
27 Desember 2010
23:37