Teman, kau memang memuakkan. Kau juga makin menjengkelkan.
Teman, kau memang benar-benar sakit. Itu tak perlu diragukan lagi.
Teman, kau memang ingin selalu menjadi pusat perhatian. Akan tetapi kau memang tak tahu diri. Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membuat acara perpisahan segala? Tanpa tahu malu kamu menyusahkan mereka, dan jujur kau juga menyusahkan aku. Kau pikir karena kau punya uang maka kau boleh-boleh saja menyusahkan mereka?
Aduh, Teman. Sakit kepalaku jadinya memikirkan ulahmu. Sakit hatiku. Tetapi, akankah kau menyadarinya? Dirimu yang sepertinya tak punya rasa bersalah lagi pasti tak akan menyadarinya. Andai kau menyadarinya, kau pasti akan melancarkan pembelaan-pembelaanmu. Kebohongan apa lagi yang akan kau ucapkan dalam pembelaanmu?
Teman, aku benar-benar muak dengan tingkah lakumu. Semoga Tuhan tidak mempertemukan kita lagi dalam satu kelompok.
Sial, kepalaku jadi benar-benar sakit.
Jurnal ini kutulis di hapeku, di dalam diamku, duduk menyendiri di beranda belakang Sanggar menunggu acara-perpisahan-yang-seharusnya-tak-ada yang diatur "temanku" seenak jidatnya dengan alasan yang mengatur adalah orang Sanggar.
Ditulis karena sedang kesal.
Sanggar Ciliwung Merdeka, 4 Agustus 2008
18:43