Begini ceritanya.
Tadi, gue ikut rombongan Mbak Tari, Yuli, Santi, Kang Atang, dan dua teman gue PL (Mario&Yonea) ke Jalan Otista (kalo ga salah). Gue ikut saja tanpa jelas arah dan tujuan karena susah bicara dengan Sariawan Gila di mulut gue. Ternyata mau beli karpet plastik pelapis lantai dan cat untuk kamar kost Mbak Tari & Yuli.
Setelah membeli kedua barang tersebut, kami ke rumah tempat kamar kos yang baru mau dimasuki mereka itu.
Nah, pulang dari situlah tragedi ini terjadi. Semua biasa saja sewaktu kami berjalan mendekati jembatan Tongtek yang terletak dekat Pos Polisi Bukit Duri. Kami memang jalan tidak beriringan. Gue melihat ke belakang, ternyata Mbak Tari dan Yuli, juga Santi sudah menyeberang. Gue yang berjalan di sebelah kanan jalan (ingat, sewaktu kecil kita sudah diajarkan untuk berjalan di sebelah kiri) bermaksud menyeberang juga. Entah karena gue sok jago -sok tahu sudah pasti-, gue nyeberang aja. Sok jago dan sok tahunya gue terbukti dari cara gue nyeberang tanpa lihat kendaraan dari sisi kanan gue, padahal sisi jalan itulah yang harusnya lebih dulu gue perhatikan -karena merupakan sisi tempat badan gue berada-, bukan sisi yang satunya. Ke-sok-tau-an ini memang muncul karena sebelumnya gue melihat sisi jalan yang ujungnya adalah belokan itu memang terlihat kosong.
Brakkk... Baru melangkah, tubuh gue -yang kurus tak berisi ini- ternyata menabrak sebuah sepeda motor bebek yang dikendarai seorang laki-laki berumur 40an yang sedang membonceng seorang perempuan. Refleks gue langsung minta maaf. Maklum, gue sadar memang gue yang salah.
Apa gue baik-baik saja? Hal pertama yang diketahui teman serombongan gue tadi adalah spion sepeda motor Bapak tadi rusak. Gak sampai lepas sih, tapi terlihat tidak pada posisinya lagi. Hal pertama yang gue lihat, kaki gue luka mungkin kena ban. Tangan gue yang sepertinya menyebabkan spion motor itu rusak malah tidak tergores sama sekali.
Bapak yang motornya saya tabrak terlihat marah, tetapi gue langsung aja jalan seperti tidak terjadi apa-apa. Gue bahkan berjalan tanpa merasa ada sakit di kaki kiri gue yang terluka -tiga buah @kurang dari 2 cm-.
Sampai di Sanggar Ciliwung yang kurang lebih 200 meter dari TKP, gue langsung diberi Betadine oleh Mbak Tari, plus tertawaan dari teman-teman gue yang tidak menyangka gue menabrak motor.
Btw, sekarang kaki gue sudah terasa sakit sekarang, jalan sudah membutuhkan cara yang menyedihkan: terpincang-pincang. Oiya, semoga tadi tidak terjadi benturan ke perut atau dada gue.
Parahnya, lebih tepatnya: tololnya, sekarang gue malah berada di GI mau nonton Kung Fu Panda untuk kedua-kalinya.
^_^