Pages

Sunday, August 1, 2010

Leksionari Harian

Aku sering merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam tentang apapun selama aku kuliah di STT Jakarta. Padahal aku sudah 5 tahun kuliah. Dan ya, aku masih belum lulus kuliah. Masih ada minimal 3 semester lagi baru aku lulus kuliah dari STT Jakarta.

Walaupun aku merasa diriku tidak memiliki pengetahuan yang dalam, aku tetap memiliki ingatan yang cukup baik tentang beberapa hal dari beberapa mata kuliah yang aku ikuti di sekolahku. (Aku memang lebih sering menyebut STT Jakarta sebagai sekolahku daripada kampusku.) Salah satu mata kuliah yang membuatku sering mencatat catatan yang aku sebut sebagai catatan tidak penting adalah kuliah dari Pak Rasid Rachman. Bukan kuliahnya tidak penting, tetapi catatanku lebih sering kusebut begitu, walaupun isi catatanku sebenarnya tidak terlalu tidak penting.

Salah satu hal yang aku ingat dari kuliah Pak Rasid Rachman adalah tentang leksionari harian. Leksionari sendiri merupakan daftar teks pembacaan Alkitab setiap hari Minggu yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam 3 tahun liturgi. (Untuk ini ada yang namanya Leksionari Tahun A, Leksionari Tahun B, dan Leksionari Tahun C.) Selain leksionari yang dipakai untuk ibadah setiap hari Minggu, ada juga leksionari harian. Leksionari harian ini adalah daftar pembacaan Alkitab setiap hari yang disusun sehingga seluruh bacaan dalam Alkitab selesai dibaca dalam waktu 2 tahun. Leksionari sendiri terdiri dari daftar pembacaan teks Perjanjian Lama, Mazmur, Surat Rasuli, dan Injil.

Seingat ingatanku yang cukup payah ini, tujuan penggunaan leksionari di dalam ibadah setiap minggunya adalah agar jemaat dapat membaca seluruh teks Alkitab dalam tiga tahun. Di GKI, gereja yang setahu saya memakai leksionari, khotbah diharapkan dibuat berdasarkan ke-empat teks bacaan berdasarkan leksionari tersebut. Dengan demikian, khotbah setiap minggunya sangat kecil kemungkinannya didasarkan pada teks yang sama dalam jangka waktu tiga tahun. Dan pembacaan teks setiap minggunya biasanya merupakan sebuah kesinambungan. (Lih. http://rasidrachman-volunteer.blogspot.com/search/label/leksionari)

Nah, aku sebenarnya ingin membicarakan tentang leksionari harian. Namanya leksionari harian tentunya tujuannya untuk dibaca setiap hari. Pembacaan menurut leksionari harian ini dapat dilakukan untuk ibadah harian yang dilakukan di kantor-kantor, sekolah-sekolah, ataupun untuk pembacaan pribadi. Belakangan ini aku memang sedang ingin mencoba menggunakan leksionari harian sebagai pembacaan setiap hari. Hal ini aku lakukan karena mulai cukup risih dengan buku renungan harian (entah kenapa), dan juga ingin mencoba membaca keseluruhan Alkitab (yang belum pernah aku lakukan sebelumnya) dengan cara seperti ini. Enaknya membaca Alkitab dengan merujuk ke leksionari harian adalah adanya kesinambungan dari setiap teks yang dibaca setiap hari, dan aku pun akhirnya membaca bagian Alkitab yang selama ini sepertinya tidak pernah aku baca sama sekali. Permasalahan dengan pembacaan Alkitab secara pribadi adalah tidak adanya kesetiaan (ya ampun, bahasaku!) untuk benar-benar mempersiapkan waktu untuk membaca. Nah, lho?

Lalu, hari ini setelah membaca bacaan hari ini, aku sarapan. (Apa hubungannya, Von?) Setelah sarapan, aku menemukan sebuah buku berjudul Our Daily Bread (2010 Annual Gift Edition). Aku kemudian membaca tulisan "The Bible in One Year". Wow, pikirku. Satu tahun? Pembacaan dengan leksionari saja membutuhkan dua tahun. Itu berarti bacaan per harinya panjang-panjang, pikirku. Dan ternyata memang benar. Satu hari bisa membaca 3 pasal dari PL dan satu pasal dari PB. Membaca yang cukup pendek dengan menggunakan leksionari saja aku cukup sering merasa tidak punya waktu, apalagi membaca yang cukup panjang seperti itu. Hanya saja yang menarik dari Our Daily Bread adalah renungannya. Aku tadi membaca renungan untuk hari ini dan menurutku cukup menarik karena berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Itu memang hal yang tidak akan didapatkan dengan membaca Alkitab dengan mengikuti pembacaan leksionari harian. Hanya saja, dari pengalamanku membaca dengan cara itu, ada kesinambungan juga antara 4 teks bacaan yang dibaca pada hari itu. Renungannya? Aku harus memikirkan sendiri apa yang dapat kurenungkan dari bacaan hari itu.

Nah, seperti biasa. Sekarang aku tidak tahu lagi mau menulis apa. Dengan demikian tulisan ini diakhiri dengan pertanyaan, kalau kamu... ya, kamu yang membaca tulisan ini. Kalau kamu diminta untuk memilih, kamu mau memilih jenis pembacaan yang seperti apa? Pembacaan leksionari, pembacaan versi Our Daily Bread, atau pembacaan renungan saja?

KGJ
2 Agustus 2010
11:36

Catatan: tulisan di atas kebenarannya belum dapat dipertanggungjawabkan. Jadi bagi kamu yang memiliki pengetahuan yang lebih dalam dari pengetahuan seadanya yang aku paparkan di atas, mohon memberikan komentar atau masukan. Terima kasih.

3 comments:

  1. gw pernah baca ngikutin Our Daily Bread... it was great ^^
    klo lectionary blm pernah, mungkin perlu dicoba. heheh.

    ReplyDelete
  2. oh.. tapi memang panjang-panjang kan bacaannya, Ko?
    and why it was great? :)

    tentang daftar bacaannya, gue sedang pengen buat list-nya tuh di-post pakai Twaitter setiap pagi.. *ide yang sepertinya baik, tetapi tidak akan benar-benar baik kalau belum benar-benar terlaksana, right? :)*

    ReplyDelete
  3. lumayan... manageable sih... great coz it helped me fulfill my goal to read through the Bible :)

    betull... coba dilaksanakan!

    ReplyDelete