Pages

Sunday, September 25, 2011

Would you do anything to get a bottle of Aqua 1500 ml?

Aku baru saja pulang dari 7-Eleven Matraman. Tunggu, ini bukan kalimat yang baik untuk kalimat pembuka.

Apa yang akan kau lakukan untuk mendapatkan setetes air bila kau haus? Apakah kau akan melakukan segalanya? Entar seperti lagu lagi. "And I would do anything for love." But would you do anything just to get a drop of water?

Jadi, begini ceritanya. Belakangan ini ada kesulitan yang cukup besar untuk mendapatkan Aqua galon 19 liter di daerah kami. Di kios dekat rumah kontrakan sama sekali tidak ada yang punya persediaan Aqua galon. Bahkan di Carrefour Market Menteng juga tak ada. Itulah sebabnya dalam 3-4 hari terakhir kami tidak minum dari dispenser yang ada di kontrakan kami. Bukan sombong, bukan pula berlagak kaya, kami tidak mau membeli air isi ulang yang kiosnya hanya beberapa meter dari kontrakan. Kami hanya tidak suka minum air isi ulang yang tidak terjamin kesehatannya. Tentang ini, aku pikir masih bisa diperdebatkan. Kenapa? Saya tidak pernah keberatan minum air di warung makan, yang pasti bukan Aqua. Intinya, kami kesulitan memperoleh air minum. Kami jadi membeli sendiri-sendiri air minum Viro yang seribu rupiah per botol.

Nah, tadi itu waktu sudah menunjukkan lewat pukul 00.00. Air minum sama sekali tidak ada. Dan aku haus. Tumben, pikirku. Setelah babak pertama pertandingan Stoke City versus Manchester United selesai dengan kedudukan 0-1, aku pergi keluar dari rumah. Misiku jelas: mendapatkan sebotol Aqua 1500 ml. Kakiku langsung kulangkahkan ke arah Jalan Talang menuju Jalan Proklamasi. Aku sebenarnya bisa memilih cara gampang untuk mendapatkan sebotol Aqua itu, yaitu membeli di kios di Jalan Proklamasi. Hanya saja, tidak pakai entah kenapa, aku lebih memilih untuk tidak membeli di kios itu. Aku lebih memilih berjalan kaki ke Matraman. Aku berjalan kaki ke arah Jalan Matraman dengan tujuan tetap: mencari sebotol Aqua 1500 ml. Hanya saja tempat membelinya 7-Eleven.

Aku melewati Rumah Makan Jatim sambil berpikir, "sepertinya enak juga kalau minum jus." Hanya saja kakiku terus melangkah. Aku berjalan melewati Jalan Proklamasi-Matraman sambil memikirkan masalah korupsi di negara ini. Entah untuk apa. Korupsi di negara ini? Memang apa yang bisa aku pikirkan tentang korupsi di negara ini. Dalam kepalaku muncul "Bapakmu koruptor ya?" Aku terus berpikir tentang "Bapakmu koruptor ya?" dan kapitalis (?) di negeri ini hingga tiba di depan 7-Eleven.

Aku masuk dan langsung mencari Aqua 1500 ml. Ternyata ada di dalam lemari pendingin tempat berbagai macam minuman. Aku sempat hendak mengurungkan niat membeli karena melihat harga sebotol air mineral Nestle 1500 ml Rp8.000. Hanya saja karena melihat harga Pulpy Rp6.500, hanya selisih Rp500 dari kios biasa, aku mengambil saja Aqua 1500 ml itu. Lalu aku membawa ke kasir dan membayarnya. Rp4.000 saja, selisih Rp500 juga dari kios dekat kontrakan; tidak Rp5.000.

Aku bukan anak nongkrong 7-Eleven. Aku juga hanya tahu membeli Aqua 1500 ml kalau masuk ke 7-Eleven. Itu sebabnya aku langsung pulang.  Aku berjalan pulang dengan membawa sebotol Aqua 1500 ml yang cukup dingin. Aku buka begitu meninggalkan 7-Eleven.

Perjalanan pulang sejauh tidak kurang dari 300 meter aku habiskan dengan berbicara sendiri, minum dari botol berulang kali. Setibanya di rumah, aku ternyata telah menghabiskan setengah botol Aqua 1500 ml.

Apa yang kau lakukan untuk mendapatkan setetes air? Kalau aku, aku bersedia melakukan perjalanan-bodoh-tak-perlu.


(isi tulisan ini merupakan kumpulan tweet yang aku kirim pada Minggu, 25 September 2011, antara 01.09 hingga 03.20 dengan hashtag #aqua)

No comments:

Post a Comment