Pages

Monday, September 8, 2008

Th van den End, Apulman Saragih, dan Givendra Saragih

Ada yang tahu siapa Th van den End? Dia adalah penulis beberapa buku sejarah gereja atau kekristenan di Indonesia. Antara lain bukunya adalah Harta dalam Bejana, Ragi Carita 1 dan Ragi Carita 2. Beliau pernah mengajar mata kuliah historika di STT Jakarta pada tahun 1970an.

Ada yang tahu siapa Apulman Saragih? Dia adalah mahasiswa STT Jakarta pada tahun 1974-1979. Dia menulis skripsi tentang Sinalsal, sebuah majalah yang diterbitkan di Simalungun pada tahun 1930an oleh JW Saragih (?). Dia menulis skripsi dengan dosen pembimbing Pak Th van den End. Lingkup penulisan skripsi Apulman Saragih memang berhubungan dengan sejarah gereja khususnya sejarah GKPS.

Ada yang tahu Givendra Saragih? Itu saya. Tak perlu penjelasan panjang.

Nah, tadi saya berkesempatan berbicara dengan Th van den End. Saya sedang menggunakan internet di komputer perpustakaan ketika beliau mengucapkan salam "selamat malam" kepada saya. Beliau juga ingin menggunakan komputer di perpustakaan untuk mengakses internet.

"Lambat sekali internetnya. Apa punya Anda juga seperti itu?" tanyanya kepada saya karena melihat website MSN yang terbuka di Internet Explorernya cukup lama ter-loaded.
"Hampir sama saja, Pak" saya menjawab seadanya.

Beliau kemudian membuka website berbahasa Belanda. Saya pun memberanikan bertanya pada beliau. "Pak, Bapak masih mengingat mahasiswa-mahasiswa Bapak selama di sini?"
"Ya?" tanyanya. Saya mengulang kembali pertanyaan saya karena sepertinya beliau kurang mendengar pertanyaan saya.
"Sebagian besar, ya. Tapi tidak semua. Kenapa?"
"Bapak masih ingat mahasiswa Bapak yang menulis skripsi tentang Sinalsal?"
"Apulman Saragih?"
"Iya, Pak."
"Anda anaknya?"
"Iya, Pak."
"Senang sekali bisa bertemu dengan anaknya Saragih. Saya dengar dia sudah meninggal ya? Karena kecelakaan?"
"Iya, Pak."

Beliau kemudian bercerita mengenai keinginannya yang sudah lama untuk menjadikan skripsi Saragih sebuah buku. Mengenai ini dulu saya juga sudah pernah dengar di rumah. Akan tetapi, tidak pernah terealisasi karena alasan yang saya juga tidak tahu.

Beliau menyarankan agar ada yang mengetik ulang skripsi Saragih dan mengeditnya.
"Anda tentu punya skripsinya bukan?" Saya menjelaskan bahwa skripsi Saragih hilang di Batam. Beliau kemudian mengatakan kalau dia masih memiliki skripsi-skripsi yang penulisnya beliau bimbing dan juga yang berhubungan dengan sejarah gereja.

Yang mengejutkan adalah beliau bertanya kepada saya bagaimana kalau saya melanjutkan pekerjaan Saragih. Waduh, Pak. Saya kurang berminat belajar Sejarah Gereja. Beliau kemudian bercerita tentang skripsi Saragih yang secara deskriptif bagus, "tetapi seperti kebanyakan mahasiswa di sini analisis teologisnya masih kurang." Nilai lebih dari skripsi Saragih menurut beliau adalah kemampuan Saragih mengerti bahasa daerah, yaitu Simalungun, yang merupakan bahasa yang dipakai dalam Sinalsal. "Sepandai-pandainya kami (orang asing) berbahasa Indonesia, tentu orang Indonesia yang lebih mengerti bahasanya. Begitu juga dengan Sinalsal."

Saya bercerita kepada beliau kalau saya pernah membaca buku harian Saragih yang berisi tentang Saragih bertemu dengan van den End untuk membahas terjemahan dari Sinalsal. "Oh, dia punya catatan harian?" Selain membahas skripsi dengan End, dalam catatan harian itu Saragih juga menuliskan mengikuti kuliah khotbah yang diajar oleh End.

Saya juga diberikan alamat emailnya agar saya dapat mengingatkannya untuk mengcopy dan membawa skripsi Saragih dari Belanda pada kunjungannya yang berikut.

"Saya beruntung bisa bertemu Anda. Kalau tahun depan mungkin saya sudah tidak ada lagi" ucapnya di akhir-akhir perbincangan kami.

Yah, kurang lebih begitulah cerita perjumpaan saya, Givendra Saragih, dengan Th van den End, dosen pembimbing skripsi Apulman Saragih, almarhum Bapak saya.

Pertanyaannya: akankah saya menjadi penerus Apulman Saragih?

Kamar Gak Jelas, Kontrakan Gak Jelas, Kalasan Dalam 44B, Jakarta
8 September 2008
23:59

11 comments:

  1. Tawaran yang menggiurkan, jangan lupa di-email tuh Von, kalo perlu ditelpon aja... es-el-i lewat gw deh.. buat ngingetin
    Dokumen langka banget tuh.

    Terus nanti kalo bisa dicopy bwt gw dong Von... dengan izin elo dan withri of course... sebagai pewaris hak cipta.
    Gw bayarin deh.

    Dah lama mo baca skripsi Bapatongah.

    ReplyDelete
  2. sebenarnya kemungkinan Pak Martin juga punya sih.. tetapi yang pasti itu adalah copyan.. kalau langsung dari Pak van den End kan kemungkinan besar yang aslinya juga..

    ok deh, nanti gue pasti ngirim email ke dia.. soal copy-mengcopy, kayaknya udah gak perlu pake royalti lagi deh.. wong banyak juga kok orang yang mengcopy skripsi itu untuk rujukan skripsi atau buku..

    oiya, dia juga sampai nanya, "jadi anaknya sendiri tidak punya skripsi Ayahnya?" pengen ngebaca juga sih.. entar deh kalau udah punya copy-annya..

    ReplyDelete
  3. apa yang aku pikirkan sehingga judulnya sampai salah... yang benar kan Harta dalam Bejana..

    ReplyDelete
  4. Oiya... di buku J100 tempo hari itu kan ada tercantum skripsi bokap elo.
    Besar kemungkinan emang ada.

    Minta/pinjem sama dia aja Von... :p

    ReplyDelete
  5. wah ini sebuah keajaiban...!
    dosen bokap loe masih hidup...!
    wah...!
    emang sisch loe gak tertarik dengan sejarah...!
    tapi bagaimana kalo sejarah dihubungkan dengan dunia internet dan komunikasi...?
    kayaknya gue berfirasat loe dapat nilai bagus di TeolKom...!
    karna loe dah pernah kuliah tentang komunikasi...! (GAK BANGET....)
    tapi salut buat Th. Van den End yang masih hidup...!
    tapi gue kalah tinggi ma dia...!
    wah lumayan kalo skripsi bokap loe jadi buku,,,!
    lumayan royaltinya...!
    loe bisa beli kamera cuy...! ditambah dengan tripod...!
    dan loe jadi terkenal broo....!
    hahahahahahaha.....!
    qta bicarakan di kontrakan lebih lanjut..!


    perpus STT Jakarta
    Selasa, 9 September 2008
    19:20

    ReplyDelete
  6. harusnya kalimat "dia sudah meninggal" itu bukanlah kalimat yang baru lagi... tapi pas baca blog entry ini kok rasanya ada yang berdesir........... huhuhuhuhuhu.. jadi mellow deh....

    ReplyDelete
  7. ya eyaaaaaaaaaaaalaaaaaaaaaaaaaaaaahhh.....

    lo kan anak satu2nya cowok....

    penerus generasi dari beliau ya elo... emang ada yang laen???


    (we are in the same topic/page about this, rite... hehehhehehhehe....)

    ReplyDelete
  8. Ada yang tahu Withri Saragih?
    ah.... saya tahu... dia ga penting kok. Hanyalah seorang pembaca blog entry ini yang kagum dengan suatu pertemuan seorang anak dengan dosen pembimbing almarhum bapaknya.....

    mungkin Withri bisa sedikit berharap lah kalau si anak itu bisa menjadikan moment itu jadi suatu pendorong atau motivasi dia dalam melanjutkan kuliahnya. Suatu momen berharga menurutnya. Dan mungkin bisa ditindaklanjuti.

    (sambil melirik reply dari saudara wsaragih.... ^_^)

    ReplyDelete
  9. Ada yg nyebut id gw?


    Luapan tenaga abis sakit ya Wit? Sampe 3x reply gitu..

    ReplyDelete
  10. bukan, bang...

    itu luapan tenaga balas dendam sama TELKOMSEL FLASH yang lelet banget...
    baru hari ini bisa pake HSDPA nya!!!

    (numpang curhaaaaaatttttt!!! hehehehheheehhueueuueu)

    ReplyDelete