Pages

Wednesday, February 10, 2010

Kay Poh

Pagi ini setelah selesai makan pagi seusai kuliah pagi, aku tanpa alasan yang jelas nimbrung  dengan Pak Syahri, Pak Mul, dan Pak Udin. Mereka sedang sibuk mengurus loker yang tadi pagi sedang akan dibersihkan. Untuk membersihkan loker-loker itu, mereka harus membuka setiap loker dengan kumpulan kunci yang ada pada mereka. Seharusnya pekerjaan membuka setiap loker dan membersihkannya merupakan pekerjaan yang mudah. Hanya saja ada kesemrawutan yang luar biasa untuk permalahan loker di kampusku.

Pertama, letak loker yang tidak teratur dengan nomor loker juga tidak ada yang berurutan. Sebagai contoh, di barisan loker yang paling dekat dengan kantin kampusku ada sekitar sepuluh loker yang nomornya sangat acak. Setelah nomor 35, langsung nomor 40, dan langsung nomor 108, dst. Kedua, kunci loker yang ada terkumpul dengan kategori yang terlalu luas. Satu lemari loker terdiri dari tiga pintu. A, B, dan C dan terdapat 110an loker di kampusku. Kunci-kunci itu dikumpul malah hanya dalam tiga kategori: kunci yang nomor pintunya berakhiran A, B, dan C. Jadi, kalau mau mencari 77A (nomor lokerku), aku harus mencari di kumpulan kunci berakhiran A yang terdiri dari 110an kunci.

Mau tahu apa yang Pak Syahri, Pak Mul, dan Pak Udin lakukan tadi? Pak Mul mengambil satu per satu kunci di dalam kotak kunci A, membacakan nomornya, sedangkan Pak Syahri dan Pak Udin memerhatikan apakah nomor yang disebutkan Pak Mul merupakan salah satu dari 10an loker yang ada di dekat kantin. Melihat mereka melakukan itu, aku membayangkan mereka akan butuh waktu yang sangat lama hanya untuk membuka setiap loker yang nomor pintunya berakhiran A. Belum yang berakhiran B. Belum yang berakhiran C.

Setelah mereka selesai membuka pintu loker dengan nomor pintu berakhiran A yang di dekat kantin dan hendak melanjutkan ke bagian lain, aku tanpa tahu malu meminta kotak kunci yang dipegang Pak Mul. Tanpa menjelaskan apa yang akan aku lakukan, aku langsung mengambil satu per satu kunci dari kotak kunci itu dan meletakkannya di atas meja tenis meja berdasarkan nomor puluhan dari kunci itu. Aku membaginya ke 10 kategori: kunci dari nomor 1 hingga nomor belasan, kunci dengan nomor duapuluhan, kunci dengan nomor tigapuluhan, dan seterusnya hingga kunci dengan nomor di atas seratus. Dengan melakukan itu, mereka akhirnya lebih mudah untuk mencari kunci untuk loker tertentu. Karena mereka, ditambah Mas Trisno, sibuk membuka dan mengeluarkan isi loker (bila masih berisi), aku akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama untuk kotak kunci pintu loker berakhiran B dan C. It took about 40 minute to do so. Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku ke perpustakaan.

Apa yang aku dapat dari kejadian tadi pagi ini? Aku tahu kalau ada yang meninggalkan bra di lokernya, ada pula yang meninggalkan makanan di dalam kotak. Aku juga melihat sendiri kalau banyak kunci loker yang hilang, entah itu belum dipulangkan oleh yang memakai, atau Bagian Umum tidak menjaga dengan baik keberadaan setiap kunci. Bukankah seharusnya setiap loker memiliki minimal satu kunci serap? Yang paling penting: pengkategorian itu penting. Sama seperti yang tadi pagi dipelajari di kuliah pagi ini, kategori pendekatan di dalam pendidikan religius memudahkan kita untuk mengidentifikasi pendidikan religius macam apa yang kita lakukan.

Nah, kekuranganku di dalam tulisan ini: kay poh. Aku pikir menulis tulisan ini pun sebenarnya tidak perlu. Bukankah tangan kananku tidak boleh tahu apa yang dilakukan oleh tangan kiriku?

Kamarku, Abednego Residence
10 Februari 2010
23:00

photo: the C keys

8 comments:

  1. Sempet bingung maksud ne "Kay Poh" apa an. Eh ternyata itu bahasa Singapura artinya busybody alias iseng. :)
    http://en.wiktionary.org/wiki/kaypoh

    ReplyDelete
  2. kok iseng sih ray... busybody = Someone who interferes with others; one who is nosy, intrusive or meddlesome. Jadi lebih tepat (seperti yg gw dan lusi jelaskan ke vontho dan spertinya menjadi sumber judul ini) diterjemahkan "suka ikut campur urusan orang" atau "pengen tau urusan orang". Hehehe.

    ReplyDelete
  3. and btw, speaking of Singlish (i.e. bahasa Singapura), try this site if u want to learn more. LOL. http://www.talkingcock.com/html/lexec.php?op=LexView&lexicon=lexicon

    ReplyDelete
  4. Ow... gw soalnya pake kamus 2.04 (program komputer gratisan dari www.ebsoft.web.id) dan hasil terjemahan dari busybody adalah usil.

    ReplyDelete
  5. kok judul websitenya mencurigakan ya? "Singapore's Premier Satirical Humour Website".. tapi keren tuh kalau memang mau belajar Singlish.. :)

    ReplyDelete