Pages

Friday, September 30, 2011

Entah Apa

Maaf. Saya bukannya ingin merendahkan diri. Saya hanya tak bisa menyangka. Puisi sederhana yang judulnya pun "Entah Apa" itu menurut saya tak seharusnya juara, walaupun hanya juara dua. Saya hanya ingin meramaikan saja saat membuat dan mengirimkannya ke panitia. Isinya memang sederhana, dan saya memang sengaja membuat judulnya "Entah Apa." Tidak sesuai memang dengan isinya. Akan tetapi saya memang membuat demikian judulnya supaya yang menilai akan mengerti, saya tak (terlalu) serius dalam membuatnya.

Hari ini saya tak mengira kalau saya mendapat ucapan selamat karena saya mendapat juara dua. Ada beberapa yang menyalam mengucapkan selamat. Pak Aritonang pun mengucapkan selamat ketika berjumpa di dekat kantin. Saya memang tak hadir saat pengumuman pemenang lomba disampaikan. Disampaikan di setelah ibadah siang di kapel, sepertinya. Itulah mungkin sebabnya cukup banyak yang tahu. Tak bisa saya bayangkan yang hadir bereaksi apa saat judul puisi pemenang kedua dibacakan: "Entah Apa."

Tadi di aula saat membantu persiapan untuk acara besok, ada beberapa orang yang meminta saya membacakan puisi saya. Saya hanya bisa nyengir tak jelas. Dan kalau diminta membacakannya, saya pasti akan menolaknya. Saya tak menghapalnya. Malu juga melafalkannya. Jadi, sebaiknya saya publikasikan saja.

Inilah dia, puisi saya, puisi sederhana, berjudul Entah Apa, yang entah kenapa, bisa juara dua.*

Entah Apa

Berbicara Tuhan padanya
Didengarnya
Dijawabnya

Ditanya kepadanya
"Mana surat panggilannya?"
Dia diterima

Ribuan hari berikutnya
Dia merasakan kasihNya
Di dalam hidupnya

Ribuan hari berikutnya
Didapatnya pencerahan tentang Tuhannya
Dijalaninya sambil tetap berdoa

Ribuan hari berikutnya
Kehangatan juga dirasakannya
Bersama teman, dosen, dan siapa saja
Di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

Jakarta, 16 September 2011
17:42

Lihat? Entah apa kan?

Kontrakan Gak Jelas
30 September 2011
23:55


*:Mungkin karena puisi yang dikumpulkan hanya 10 puisi dari 8 orang yang berminat mengumpulkan karyanya. Dan walaupun hanya sepuluh, seharusnya dari judulnya saja saya pikir puisi di atas tak pantas mendapat juara dua.
Catatan:
puisi itu berjudul "Entah Apa" karena saya tak tahu mau buat judulnya apa. Dan juga karena saya membuatnya hanya dalam selang waktu sejam sebelum batas pengumpulan. Ya itu tadi, saya hanya mencoba meramaikan saja.

5 comments:

  1. hausnya juara satu von. Keren! jadi sastrawan teolog aja.

    ReplyDelete
  2. Niel, juara dua aja nggak cocok sebenarnya. masa' jadi juara satu?
    sastrawan teolog? itu apa, Niel?

    ReplyDelete
  3. Iya yah. Emanglah, entah hapa hapa. Gak jelas.

    ReplyDelete