Pages

Tuesday, May 3, 2005

27 WPM

Yah tulisan ini aku mulai dengan kata-kata yang tidak penting. Memang tulisan ini aku buat juga bukan untuk suatu hal yang penting. Aku hanya mau mencoba mengetik selama satu jam tanpa henti. Dengan mengeluarkan segala sesuatu dalam kepala. Aku baru-baru ini dapat game kecil dari teman yang berguna untuk melatih mengetik dengan sepuluh jari. Memang dulu waktu SMU kelas 3 aku sudah pernah belajar senrdiri untuk mengetik sepuluh jari di rental komputer. Dengan menggunakan buku kursus mengetik milik almarhum Bapakku yang nongkrong di antara buku-bukunya di rak buku di dalam garasi rumah kami, aku belajar mengetik. Seingatku yang pertama kali dipelajari adalah untuk menguasai baris utama. Dan huruf pertama yang harus dikuasai adalah a dengan semicolon (;) . Jadi aku cuma mengetik a; a; a; sebanyak yang aku tidak hitung. Dari situlah awalnya. Dan waktu aku meninggalkan Medan untuk kuliah di Bandung, maksud saya Dayeuhkolot, aku sudah punya keterampilan untuk mengetik sepuluh jari. Makanya waktu memainkan game atau yang dibilang temanku sebagai sarana belajar, aku bukannya mulai dengan yang easy lagi. Aku sudah main yang harder sentence-nya. Aku memang gak gitu mahir dan cepat sih kalau disuruh mengetik ulang sesuatu yang ada di buku atau kertas. Tapi kalau mengetik apa yang aku keluarkan dari kepalaku, itu bukanlah hal yang luar biasa buatku. Sebenarnya tulisan ini aku buat juga untuk membuktikan kebenaran hasil dari game mengetik yang baru sekarang aku ingat namanya, yaitu Letter Chase. Dari hasil resume setiap habis mengetik suatu bagian game dibuat kesimpulan berapa kecepatan aku mengetik, berapa kata yang salah. Dan yang terbanyak yang pernah aku dapat adalah 35 words per minute. Itu karena udah kena penalti ada kata yang salah.

Aku juga membuat ini sengaja tanpa ada mikir apa yang aku akan aku tulis. Karena goal atau tujuan membuat tulisan ini hanyalah tetap mengetik selama satu jam tanpa henti lalu aku akan menggunakan word count yang ada di fasilitas Microsoft Word yang aku pakai untuk mengetik tulisan ini. Kalau memang aku punya kecepatan mengetik 35 words per minute, berarti aku diharapkan dalam satu jam akan menghasilkan sebuah tulisan dengan jumlah kata yang kurang lebih sebanyak 35 kali 60 menit. Dan aku memang sengaja gak menghitung itu berapa, karena aku tidak mau berhenti mengetik hanya untuk menghitung itu. Paling selama aku mengetik ini aku akan sekalian menghitung berapa hasil dari perkalian itu. Yang aku ingat tadi siang waktu berencana membuat hal seperti ini adalah kalau 30 kali 60 itu 1800. Dan sekarang aku tinggal menghitung 5 kali 60 bukan? Itu hasilnya tiga ratus (300). Berarti 35 kali 60 hasilnya 1800 + 300 yang jumlahnya sama dengan 2100. Bisa menulis banyak tuh kalau ada 2100 kata. Tapi kalau hanya mengeluarkan apa yang ada di kepala, mungkin 2100 kata kurang untuk mendeskripsikan apa aja yang ada di dalam kepala kita.

Tapi saat ini aku sepertinya sedang kehabisan kata-kata untuk aku ketik di sini. Aku memang bukan orang yang cukup pandai berkreasi dengan kata-kata. Baik itu tulisan, apalagi lisan. Kalau disuruh orang untuk mengeluarkan pendapat saja aku sulit. Baik secara lisan maupun tulisan. Ntah kenapa aku sangat sulit untuk berbicara. Aku pernah ikutan kuliah Humaniora waktu aku semester 3 di kampus. Pembicara yang diundang bilang kalau di Amerika Serikat itu orang lebih takut untuk berbicara di depan umum daripada takut mati.Nah lho? Kok bisa ya. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat aja seperti itu, apalagi di negara berkembang seperti Indonesia ini ya.

Tadi sebelum aku memulai mengetik ini, aku sudah mensetting di handphone ku countdown timer. Aku mensettingnya satu jam. Jadi kalau handphone yang sekarang dalam keadaan silent mengkedip-kedip, itu berarti waktu untuk mengetik tanpa henti selama satu jam ini habis. Aku sepertinya sudah kehabisan kata-kata nih. Mau ngomongin apa lagi ya di tulisan ini.

Oh iya, tadi aku kebetulan main internet atau istilahku ngenet di warnet Central di Sukabirus. Kalau ngenet  yang biasanya aku buka pertama kali memang lebih sering Yahoo! Messenger daripada program untuk browsing. Aku sengaja membuka Yahoo! Messenger karena aku mau login. Dan selalu kalau ada email terbaru yang belum aku baca, akan ada notifikasi gitu. Kalau tadi notifikasinya bilang: “You’ve got 11 new messages”. Wow, jumlah yang cukup besar pikirku. Eh, jumlah 11 itu kayaknya kalau gak salah ya. Tadi soalnya message yang aku terima gak sebanyak itu deh. Aku akan mencoba mendeskripsikan kembali apa yang tertulis begitu emailku terbuka setelah mengklik Go to Yahoo!Mail di notifikasi tersebut. Inbos (1), Bulk (3XX), multiply (7), uefa (1). Itu juga kalau gak salah. Tapi mungkin jumlah message di folder multiply tadi sepertinya ada 9 makanya jumlah keseluruhan ada 11 new messages. Memang sih aku sengaja melakukan pemfilteran email yang masuk. Sehingga lebih mudah gitu untuk membacanya. Maklum, aku banyak juga mengikuti milis dan juga newsletter yang banyak banget kan tuh di internet. Kalau di Inbox tadi, yang cuma 1 message itu, aku menerima email berupa newsletter gitu dari Reader’s Digest. Isinya joke bulan ini. Memang sih dalam bahasa Inggris, makanya aku gak ngerti juga dimana harus ketawa. Lalu yang di folder multiply, isinya ya message yang merupakan auto alert dari multiply. Ada beberapa message dari yang ada di daftar contactsku, dan ada yang dari grup modify multiply. Lumayan juga sih untuk gak usah login untuk membaca postingan terbaru dari anggota multiply.

Apa lagi ya? Help me please to ngapain kek. Sepertinya ini bisa juga dijadikan bahan tulisan. Mengenai konser Boyz II Men kemarin yang dilangsungkan di Istora Senayan. Aku gak ikut sih. Tapi salah satu temanku, Kak Uthe, ikutan. Tadi waktu aku tanya gimana konsernya lewat Yahoo! Messenger, dia bilangnya mengecewakan karena kelamaan nunggu. Aku gak tanya lebih detail lagi karena dia bilang mau taruh ulasannya di multiply. Bicara Boyz II Men, aku baru aja dapat dari teman sekosku, Ben Hardy Saragih, lagu-lagunya dalam format .mp3. Aku memang gak ngefans banget ama Boyz II Men, tapi lumayan banyak juga lagunya yang aku suka. Bilang lah ada 3 lagunya yang aku suka. On Bended Knee, lagu yang sekarang aku gak ingat, oh iya, One Sweet Day yang dinyanyikan bareng Mariah Carey dan judul lagu itu aku buat sebagai title Calendar di multiplyku, dan Water Runs Dry. Kalau On Bended Knee, aku sukanya karena apa ya. Ntahlah, aku suka aja gitu. Kalau One Sweet Day, aku memang suka lagu yang dinyanyikan seperti itu. Perpaduan suara cewek dan cowok. Terus lagu Water Runs Dry, aku suka karena dulu di rumah sering di putar di CD yang sepertinya CD bajakan. Isi CD itu salah satunya lagu itu dan aku memang suka juga dengan vokal mereka.

Ngomongin apalagi ya? Oh iya, aku kemarin tanggal 1 Mei kan ulang tahun. Mungkin ulang tahun yang tidak perlu aku ceritakan ke orang lain. Eh, sebenarnya aku mau menceritakan juga sih tentang hari ulang tahunku di sebuah entry journal. Jadi sekarang, kayaknya gak usah diceritakan aja kali.

Mengenai KAA, aku tadi ada baca di koran Kompas yang aku baca di perpustakaan kampusku, katanya bunga-bunga yang ada dan dipersiapkan dulunya memang khusus untuk acara itu udah pada layu. Ada yang memetiknya. Memang sih orang Indonesia sifatnya begitu ya. Suka banget ngerusak hal yang bagus. Kalau ngomongin soal Bandung, aku dulu gak pernah punya cita-cita untuk kuliah di Bandung. Dulu waktu mau SPMB aku mikirnya hanya mau masuk ke jurusan yang berhubungan dengan komputer. Ilmu Komputer atau Informatika. Kalau Ilmu Komputer, dulu incaranku IPB (Institut Pertanian Bogor) atau UI (Universitas Indonesia) punya. Kalau Informatika, aku tahu dan sadar kemampuanku. Aku gak akan mungkin bisa masuk Informatika ITB seperti banyak temanku dulu menginginkan untuk masuk situ. Tapi pada akhirnya aku lulusnya di Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara (USU) dan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi TELKOM (STT TELKOM). Dan aku lebih memilih di Bandung, Dayeuhkolot maksud saya, dibanding di Medan di universitas yang orang Medan sendiri udah pada tahu kalau yang masuk ke situ bisa pake uang. USU bahkan aku buat kepanjangan Uangkan Semua Urusan.

Sekarang sepertinya aku harus mengalihkan tulisanku ke hal yang lain. Sekarang mari kita berbicara mengenai website komunitas. Sepertinya Friendster adalah -website yang aku sendiri gak ngerti apakah bisa digolongkan sebagai website komunitas- website yang pernah melambung. Bahkan mungkin sampai sekarang. Dulu pertama kali tahu website ini sekitar tahun 2003 di bulan November. Teman sekelasku dulu di kelas 3 SMU yang pada saat itu sedang liburan ke Bandung menyuruhku untuk ikutan join di Friendster itu. Dan alhasil aku baru join di Desember 2003. Aku pun mencari dia dengan menggunakan search user. Tapi gak ketemu. Aku malah ketemu ama accountnya dia setelah aku meng-add salah satu seniorku di SMU dulu yang merupakan selebritis sekolahku saat itu. Maklum dia tergolong cewek cantik dan siapa yang gak tahu dia. Dia ini juga adalah anaknya rektor Universitas Sumatera Utara pada saat itu. Kalau sekarang aku gak ngerti apakah masih bapaknya dia. Enough bout her. Setelah aku ketemu account temanku itu, aku nge-add dia. Dan aku -yang sampai sekarang masih ngurusin website jelek gak jelas buatanku yang dulu tujuan awalnya supaya kami anak-anak BUGIL (The Base of Unique Generation IPA LIMA) bisa tetap keep in touch- pun mulai untuk menyebarkan dan menginvite teman-teman sekelasku di kelas 3 dulu untuk join. Dan ternyata sedikit yang mau menanggapi. Tapi terakhir ini lumayan juga tuh yang sering online temanku hanya gara-gara nih Friendster.

Waktu aku menginvite temanku untuk join multiply, hanya satu orang aja tuh yang ikutan. Dan itupun dia gak pernah lagi mungkin buka tuh multiply setelah dia join. Soalnya aku kirim message lewat multiply, dianya gak ada respon.

Eh, capek juga euy. Padahal belum nyampe satu jam. Dan juga aku sudah kehabisan ide untuk aku ketik di acara mengetik satu jam tanpa henti. Bagaimana kalau kita membicarakan anjing? Aku gak tahu mengapa dan juga cukup heran kenapa kata “anjing” bukanlah kata yang cukup kasar buat orang Sunda –orang yang umum aku temukan di tempat aku kuliah sekarang–. Kalau marah kata yang sering aku dengar adalah “anjing, goblok”. Aku gak ngerti goblok atau goblog. Tapi itulah kata yang sering aku dengar di sini. Dan itu gak gitu masalah walaupun diucapkan di depan orang yang lebih tua dari mereka yang mengucapkan itu. Coba deh bilang kata anjing di Medan. Dijamin orang yang dengar kata itu.....

Habis waktu.......

1673 words. Bahkan 1800 words aja gak nyampe. Setelah aku hitung menggunakan Calculator programnya Windows, 1673 bagi 60 hasilnya cuma 27,88333333333333. Berarti kecepatanku mengetik tadi hanya sebatas 27 words per minute (saya melakukan pembulatan ke bawah).
Eceknya (bahasa Medan tuh, artinya pura-puranya) ada yang mewawancarai aku setelah hanya berhasil mengetik selama 1 jam dengan kecepatan 27 words per minute. Inilah hasil wawancara ecek-ecek tersebut:

  • Pewawancara: "Bagaimana perasaan Anda setelah menyelesaikan mengetik selama 1 jam?"
    Saya: Tentu saya capek.
  • Pewawancara: "Bagaimana pendapat Anda dengan hasil yang Anda capai?
    Saya: Yah, saya mengira saya bisa mengetik sampai 2100 kata dalam satu jam sehingga bisa mencapai 35 words per minute, tapi ternyata saya tidak bisa.
  • Pewawancara: Apa yang menjadi kendala Anda sehingga hanya bisa mencapai 27 words per minute?
    Saya: Selain saya tidak tahu kata dan kalimat apa lagi yang saya mau ketik, saya juga sering melakukan kesalahan sehingga banyak menggunakan fasilitas backspace untuk memperbaiki kata-kata yang salah itu. Itu cukup memakan waktu, bukan? Selain itu tadi ada juga kata-kata yang cukup sulit yang ikut saya ketik.
  • Pewawancara: Terimakasih buat waktu Anda.
    Saya: Kembali kasih.

Yah, sebenarnya gak mungkin sih saya akan diwawancarai oleh siapapun karena telah berhasil melakukan sesuatu yang besar. Selain itu, kalau memang ada orang bodoh yang mau mewawancarai aku karena aku baru saja melakukan hal di atas, pastilah aku tidak bisa menjawab dengan kata-kata yang cukup diplomatis (menurut saya itu udah cukup diplomatis) seperti di atas. Eh, sepertinya penggunaan kata diplomatis di dalam kalimat sebelum ini tidaklah tepat. Bagaimana menurut Anda?

Catatan:
-Tulisan ini sepertinya banyak mengandung kata-kata yang tidak jelas maksud dan tujuan penulisannya. selain itu antara satu paragraf dengan paragraf lain tidak ditemukan kesinambungan. Harap maklum, tulisan ini hanya bertujuan mencobai diri saja. Bahkan penggunaan kata mencobai dalam kalimat sebelum ini tidaklah tepat. Seharusnya kata yang lebih tepat digunakan adalah menguji. Sehingga kalimat di atas menjadi: Harap maklum tulisan ini hanya bertujuan menguji diri saja.
-1673 words hanya sampai kata sebelum "Habis waktu...." Aku melakukan ini dalam waktu 1 jam kemarin tanggal 3 Mei 2005 sekitar pukul 20:20 sampai 21:20. Dan selebihnya aku ketik setelahnya hanya sebagai keterangan aja.

No comments:

Post a Comment