Pages

Thursday, June 14, 2007

My First "Tabrak Lari"

Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Dalam hal mengendarai sepeda, pepatah itu akhirnya benar adanya bagi gue. Kemarin, setelah setahun gue menjadi pemakai paling banyak sepeda bermerk Polygon milik teman sekontrakan gue, akhirnya gue nabrak juga.

Gue memang dapat digolongkan ke dalam pengendara kurang sopan di jalanan. Walaupun hanya mengendarai sepeda, gue bisa membuat pengendara lainnya yang ada di jalanan harus hati-hati atas pergerakanku. Gue sih gak punya rasa takut bakal ditabrak. Paling jatuh.. Gue pun punya perasaan kalau gue gak bakalan menabrak apapun di jalan. Gue percaya aja dengan kemampuan gue bersepeda dan kemampuan sepeda gue.

Tetapi tidak kemarin. Agak sore, sepertinya sudah jam pulang kantor, gue langsung ngebut aja di daerah Pasar Rumput. Gue kurang menyadari kalau rem sepeda yang gue kendarai sudah kurang memadai untuk berhenti dari kecepatan 40 km/jam (memang nyampe gitu kecepatannya segitu?) menjadi 0 km/jam dalam waktu kurang dari 2 detik, atau hanya butuh sekitar 5 meter untuk berhenti total. (Halah, istilahmu itu lho, Nak..) Kalau dalam pelajaran Fisika di SMU dulu, itu berarti nilai perlambatannya yang disimbolkan dengan a (acceleration bukan ya? nilainya harus minus dong! kan perlambatan) masih kurang besar. Intinya, gue nabrak. Brakk.. Ban depan sepeda gue menabrak bemper mobil Suzuki Baleno berwarna biru (platnya gak gue catat.. kok malah gue yang butuh plat mobilnya, ya??) Ban belakang sepeda gue sampai naik karena ban depan sepeda gue berhenti dan masih ada kecepatan di ban belakang sepeda gue sewaktu menabrak mobil itu.

Gue langsung membenarkan posisi sepeda gue. Gue lihat yang punya mobil melihat ke arah spion yang terletak di dalam mobil, sepertinya mencari-cari siapa yang nabrak mobilnya. Gue gak mau ngambil resiko nunggu di belakang mobilnya sampai dia sadar kalau yang nabrak mobil dia itu adalah gue dan sepeda gue. Gue langsung kabur aja dengan kecepatan tinggi (secepat apa sih kecepatan sepeda?) dari sisi kanan mobil itu, menembus sela-sela mobil yang merayap, masih dengan rasa kuatir akan nabrak lagi karena remnya udah gak beres.

Finally, I can escape from my first "tabrak lari." Gue gak tahu apakah pengendara mobil itu akhirnya sadar atau tidak kalau gue yang nabrak mobilnya. Kalaupun dia sadar, sayang sekali dia gak bisa mencatat plat sepeda gue. (For that, gue harus bersyukur sepeda gak pake plat nomor kendaraan!) Terus, dia juga gak bisa bermanuver seperti sepeda gue untuk mengejar gue di tengah kemacetan di daerah Pasar Rumput. (For that, gue juga harus bersyukur yang gue tabrak adalah mobil, bukan motor.)

Tak lama kemudian, gue parkir sepeda gue di depan Ultra di Jalan Sahardjo, tempat yang gue tuju kemarin sore. Gue pun meminjam 6 film dan pulang dengan cara berkendara yang sedikit lebih sopan.

Buat pengendara Suzuki Baleno berwarna biru yang merasa ditabrak oleh sesuatu di Jalan Sultan Agung, pada hari Rabu, 14 Juni 2007, pada sekitar pukul 17-18, saya minta maaf telah membuat Anda menjadi korban tabrak lari pertama saya. (Wait a minute, memang akan ada korban tabrak lari berikutnya?)

No comments:

Post a Comment