Sekarang sudah tanggal 16 Maret 2010. Waktu di sudut kanan bawah layar komputerku menunjukkan pukul 0:02. Sekarang hari Selasa. Kebetulan hari libur. Hari Raya Nyepi.
Aku sekarang ingin menuliskan apa saja yang terjadi kemarin, Senin, 15 Maret 2010.
Aku lupa jam berapa aku tidur, tetapi aku ingat kalau aku baru merebahkan tubuhku di atas kasur Bang Hendrik di kamarku dulu setelah memasuki hari Senin. Aku juga ingat kalau aku sebenarnya sudah sempat terbangun sebelum aku benar-benar bangun dari tempat tidur Bang Hendrik sekitar pukul 10.20, sepuluh menit sebelum jam pertama kuliah kemarin dimulai. Itulah yang aku ingat antara tidur dan bangunku.
10:20. Aku pikir itu sudah terlalu terlambat untuk pergi ke kampus. Aku bisa saja lari dan tiba di kelas, tetapi itu pasti sudah terlambat untuk dinyatakan hadir oleh Pak Aritonang. Lagipula, aku belum mandi sejak Jumat malam karena sakit. What?
10:30. Aku mengambil handukku dari kamarku lalu turun ke bawah hendak mandi. Aku memang sempat berniat untuk datang ke kampus dan menghabiskan waktu di perpustakaan. Sayangnya, aku malah beranjak ke ruang tamu. Di sana ada Andre yang menantangku bermain catur. Aku pun berubah pikiran, tidak jadi mandi. Aku bermain catur dengannya hingga empat kali permainan. Keempat permainan itu dimenangkan olehku karena memang Andre terlalu gegabah dalam melangkahkah bidak catur yang malang. Setelah permainan selesai, aku, Andre, dan Jeremia malah berbincang-bincang. Entah tentang apa saja, aku lupa. Hanya saja aku tiba-tiba berpikiran untuk melihat jam di dinding ruang tamu kontrakan kami. Waktu aku lihat, ternyata jam itu tanpa rasa bersalah menunjukkan jam 12 lewat 10. What?
12:10. Aku langsung masuk ke kamar mandi. Mandi secepat mungkin. 12:23 aku sudah selesai berpakaian dan siap berangkat. Aku turun dari kamarku. Sempat berpikiran untuk menyisir rambutku, tetapi aku pikir berantakan lebih baik. Aku lalu langsung mengambil sandal Yongki Komaladi-ku, dan berlari meninggalkan kontrakan setelah sempat mengatakan "cabut ke kampus" kepada Andre dan Jeremia yang ada di ruang tamu. 12:25 aku sudah ada di dekat rumah almarhum Ali Sadikin. Aku berjalan sejenak untuk mengambil nafas, lalu berlari lagi. Aku tiba di depan di pintu kelas saat Pak Yongki sudah berdiri di dekat mimbar dosen. Aku mengetok pintu, dan langsung masuk. Aku sempat berpikir kalau absensi sudah selesai. Sewaktu aku mengambil paper yang diletakkan di kursi bagian depan, Pak Yongki berkata, "kita isi daftar hadir dulu." Kalimat yang terucap dari mulut Pak Yongki itu bagaikan "euangelion" buatku. (Halah, berlebihan deh!) Aku langsung mengambil tempat duduk di baris kedua, di belakang barisan mahasiswa M.Div, tempat aku memang biasanya duduk dalam dua semester terakhir.
Apa sih tujuanku masuk kelas Teologi Biblika kemarin siang? Aku dengan jujur mengatakan kalau aku hadir di kelas Teologi Biblika kemarin hanya untuk mengisi daftar hadir. Dan setidaknya aku mendapatkan paper kelompok yang presentasi. Dan juga menambah bingung diri sendiri dengan tambahan pengetahuan yang tidak terlalu menempel juga di kepalaku.
FYI, aku sering tertawa di beberapa kelas yang aku ikuti semester ini. Tertawanya pun lebih sering tertawa sendiri. Itu karena ada orang yang rada-rada gila (ini pujian, bukan hinaan) seperti Yonea yang duduk tidak jauh dari tempat aku duduk. Pasti ada saja hal gila yang aku dan dia lakukan di kelas. Aku lupa apa saja kegilaan kami berdua di kelas tadi, tetapi ada satu pernyataannya -yang tidak termasuk pernyataan gila- yang aku catat di kertas paper kelompok yang presentasi milikku.
"Lo kok jelek banget sih, Kak?" Yonea 15 Maret 2010 12:48
Selesai kelas, aku langsung menyalam Martin Gultom yang duduk di depan kelas karena dia adalah salah satu dari tiga orang anggota kelompok yang presentasi kemarin. Aku mengucapkan selamat ulang tahun dan menanyakan kapan akan mentraktir. "Entar lah ya, kalau uang bulanan sudah dikirim. Orang rumah sepertinya sudah lupa kalau punya anak di Jakarta," ucapnya sambil tersenyum. Aku lalu meninggalkan kelas dan pergi ke kantin. Berlari. Padahal tidak ada yang terlalu penting aku kejar selain makan. Maklum, aku belum sarapan hingga kuliah Teologi Biblika selesai sekitar jam 14:05.
Kelas Teologi Bencana. Miss Young dan Miss Carenen datang ke ruang multimedia, kelas tempat kami kuliah setiap minggunya, dengan pintu ruangan masih terkunci. Aku dengan sukarela (?) berlari turun ke Bagian Umum untuk mengambil kunci. Naiknya pun berlari. Padahal tidak ada yang terlalu penting untuk dikejar. Kuliah berlangsung seperti biasa. Buatku, seperti biasanya: tidak terlalu menyenangkan. Hanya satu kalimat penting yang aku catat kemarin di kelas. "You totally messed them up," said Miss Young to Miss Carenen. Wait, it's not a note written on any paper. It's a status update I sent to Facebook and Twitter.
Hah, sekarang sudah jam 1:23? Sepertinya cerita ini harus segera diselesaikan.
Hanya beberapa hal yang perlu ditambahkan: pulang ke rumah, sorenya aku diajak bermain catur lagi oleh Andre. Aku memenangkan lagi tiga permainan. Malamnya, aku mengajak Wilson bermain catur. Aku memenangkan dua permainan. Ceritanya pasti akan jauh berbeda kalau yang menjadi lawan mainku adalah Stepanus atau Bang Hendrik.
Kesimpulan hari kemarin: bermain catur dan berlari dapat menjadi kegiatan rutin yang menyehatkan tubuh. Setidaknya aku tidak akan marah dibilang jelek dan bisa tetap merasa biasa saja walaupun kuliah tidak menyenangkan.
Kesimpulannya terlalu maksa kah?
Aku sekarang ingin menuliskan apa saja yang terjadi kemarin, Senin, 15 Maret 2010.
Aku lupa jam berapa aku tidur, tetapi aku ingat kalau aku baru merebahkan tubuhku di atas kasur Bang Hendrik di kamarku dulu setelah memasuki hari Senin. Aku juga ingat kalau aku sebenarnya sudah sempat terbangun sebelum aku benar-benar bangun dari tempat tidur Bang Hendrik sekitar pukul 10.20, sepuluh menit sebelum jam pertama kuliah kemarin dimulai. Itulah yang aku ingat antara tidur dan bangunku.
10:20. Aku pikir itu sudah terlalu terlambat untuk pergi ke kampus. Aku bisa saja lari dan tiba di kelas, tetapi itu pasti sudah terlambat untuk dinyatakan hadir oleh Pak Aritonang. Lagipula, aku belum mandi sejak Jumat malam karena sakit. What?
10:30. Aku mengambil handukku dari kamarku lalu turun ke bawah hendak mandi. Aku memang sempat berniat untuk datang ke kampus dan menghabiskan waktu di perpustakaan. Sayangnya, aku malah beranjak ke ruang tamu. Di sana ada Andre yang menantangku bermain catur. Aku pun berubah pikiran, tidak jadi mandi. Aku bermain catur dengannya hingga empat kali permainan. Keempat permainan itu dimenangkan olehku karena memang Andre terlalu gegabah dalam melangkahkah bidak catur yang malang. Setelah permainan selesai, aku, Andre, dan Jeremia malah berbincang-bincang. Entah tentang apa saja, aku lupa. Hanya saja aku tiba-tiba berpikiran untuk melihat jam di dinding ruang tamu kontrakan kami. Waktu aku lihat, ternyata jam itu tanpa rasa bersalah menunjukkan jam 12 lewat 10. What?
12:10. Aku langsung masuk ke kamar mandi. Mandi secepat mungkin. 12:23 aku sudah selesai berpakaian dan siap berangkat. Aku turun dari kamarku. Sempat berpikiran untuk menyisir rambutku, tetapi aku pikir berantakan lebih baik. Aku lalu langsung mengambil sandal Yongki Komaladi-ku, dan berlari meninggalkan kontrakan setelah sempat mengatakan "cabut ke kampus" kepada Andre dan Jeremia yang ada di ruang tamu. 12:25 aku sudah ada di dekat rumah almarhum Ali Sadikin. Aku berjalan sejenak untuk mengambil nafas, lalu berlari lagi. Aku tiba di depan di pintu kelas saat Pak Yongki sudah berdiri di dekat mimbar dosen. Aku mengetok pintu, dan langsung masuk. Aku sempat berpikir kalau absensi sudah selesai. Sewaktu aku mengambil paper yang diletakkan di kursi bagian depan, Pak Yongki berkata, "kita isi daftar hadir dulu." Kalimat yang terucap dari mulut Pak Yongki itu bagaikan "euangelion" buatku. (Halah, berlebihan deh!) Aku langsung mengambil tempat duduk di baris kedua, di belakang barisan mahasiswa M.Div, tempat aku memang biasanya duduk dalam dua semester terakhir.
Apa sih tujuanku masuk kelas Teologi Biblika kemarin siang? Aku dengan jujur mengatakan kalau aku hadir di kelas Teologi Biblika kemarin hanya untuk mengisi daftar hadir. Dan setidaknya aku mendapatkan paper kelompok yang presentasi. Dan juga menambah bingung diri sendiri dengan tambahan pengetahuan yang tidak terlalu menempel juga di kepalaku.
FYI, aku sering tertawa di beberapa kelas yang aku ikuti semester ini. Tertawanya pun lebih sering tertawa sendiri. Itu karena ada orang yang rada-rada gila (ini pujian, bukan hinaan) seperti Yonea yang duduk tidak jauh dari tempat aku duduk. Pasti ada saja hal gila yang aku dan dia lakukan di kelas. Aku lupa apa saja kegilaan kami berdua di kelas tadi, tetapi ada satu pernyataannya -yang tidak termasuk pernyataan gila- yang aku catat di kertas paper kelompok yang presentasi milikku.
"Lo kok jelek banget sih, Kak?" Yonea 15 Maret 2010 12:48
Selesai kelas, aku langsung menyalam Martin Gultom yang duduk di depan kelas karena dia adalah salah satu dari tiga orang anggota kelompok yang presentasi kemarin. Aku mengucapkan selamat ulang tahun dan menanyakan kapan akan mentraktir. "Entar lah ya, kalau uang bulanan sudah dikirim. Orang rumah sepertinya sudah lupa kalau punya anak di Jakarta," ucapnya sambil tersenyum. Aku lalu meninggalkan kelas dan pergi ke kantin. Berlari. Padahal tidak ada yang terlalu penting aku kejar selain makan. Maklum, aku belum sarapan hingga kuliah Teologi Biblika selesai sekitar jam 14:05.
Kelas Teologi Bencana. Miss Young dan Miss Carenen datang ke ruang multimedia, kelas tempat kami kuliah setiap minggunya, dengan pintu ruangan masih terkunci. Aku dengan sukarela (?) berlari turun ke Bagian Umum untuk mengambil kunci. Naiknya pun berlari. Padahal tidak ada yang terlalu penting untuk dikejar. Kuliah berlangsung seperti biasa. Buatku, seperti biasanya: tidak terlalu menyenangkan. Hanya satu kalimat penting yang aku catat kemarin di kelas. "You totally messed them up," said Miss Young to Miss Carenen. Wait, it's not a note written on any paper. It's a status update I sent to Facebook and Twitter.
Hah, sekarang sudah jam 1:23? Sepertinya cerita ini harus segera diselesaikan.
Hanya beberapa hal yang perlu ditambahkan: pulang ke rumah, sorenya aku diajak bermain catur lagi oleh Andre. Aku memenangkan lagi tiga permainan. Malamnya, aku mengajak Wilson bermain catur. Aku memenangkan dua permainan. Ceritanya pasti akan jauh berbeda kalau yang menjadi lawan mainku adalah Stepanus atau Bang Hendrik.
Kesimpulan hari kemarin: bermain catur dan berlari dapat menjadi kegiatan rutin yang menyehatkan tubuh. Setidaknya aku tidak akan marah dibilang jelek dan bisa tetap merasa biasa saja walaupun kuliah tidak menyenangkan.
Kesimpulannya terlalu maksa kah?
Kamarku, Abednego Residence, Kalasan Dalam, Pegangsaan, Menteng, DKI Jakarta, Indonesia
Hari Raya Nyepi, 16 Maret 2010
1:32
No comments:
Post a Comment