Dua hari yang lalu gue bertemu dengan Aline. Gue bertemu dengannya di bus 67, bus jurusan Senen-Blok M. Mulut gue yang biasanya gak pernah memulai pembicaraan dengan orang pun terbuka. Gue berbicara dengannya like we were just friend.
"Mau ke mana, Mbak?"
"Mau ke gereja."
"Paulus?"
"Iya."
"Sama suami dan mertuanya ya?"
"Nggak. Sama teman."
Dia pun turun di tempat yang bukanlah GPIB Paulus. Dia pun melambaikan tangannya ke arahku. Kemudian dia berlari lagi ke arah bus. Ada yang tertinggal. Sambil bus tetap bergerak maju, aku menyodorkan barangnya yang tertinggal.
Lalu, aku sadar.
It's in a dream.
(written in Medan, December 29, 2007)
"Mau ke mana, Mbak?"
"Mau ke gereja."
"Paulus?"
"Iya."
"Sama suami dan mertuanya ya?"
"Nggak. Sama teman."
Dia pun turun di tempat yang bukanlah GPIB Paulus. Dia pun melambaikan tangannya ke arahku. Kemudian dia berlari lagi ke arah bus. Ada yang tertinggal. Sambil bus tetap bergerak maju, aku menyodorkan barangnya yang tertinggal.
Lalu, aku sadar.
It's in a dream.
(written in Medan, December 29, 2007)