Pages

Wednesday, September 29, 2010

Komputer Perpustakaan

Ini tentang komputer perpustakaan, tempat aku sekarang mengetik tulisan ini.

Aku masuk sekolah ini tahun 2005. Aku masih ingat kalau dulu akses internet di sini sangat terbatas. Eh, tidak. Dulu ada warnet di depan, di ruangan PPWG sekarang. Hanya saja akses internet gratis hanya ada di perpustakaan. Itu pun terbatas untuk 30 menit satu orang. Salah satu pengguna aktif internet di komputer perpustakaan waktu itu sepertinya memang diriku. Tulisan pertamaku setelah masuk STT Jakarta pun sepertinya ditulis dan dikirim melalui komputer perpustakaan yang saat itu terletak di dekat kantor pegawai perpustakaan.

Sewaktu Friendster semakin dikenal waktu itu, ada banyak orang yang ingin menggunakan akses internet di komputer perpustakaan. Sampai-sampai pada akhirnya Friendster di-block menggunakan sebuah program. (Kalau tidak salah, aku ada menuliskan tentang itu di blog ini.)

Lalu Facebook mulai dikenal. Aku masih ingat kalau dulu aku masih sempat mengakses Facebook di meja komputer tempat aku berada sekarang. Entah bagaimana ceritanya, akses ke komputer di perpustakaan ini akhirnya tidak ada sama sekali. Itu karena waktu itu wi-fi sudah beroperasi. Cerita tentang wi-fi beroperasi di sekolah ini memang merupakan cerita lain juga yang di dalam cerita tersebut tidak akan bisa dilepaskan dengan pemblokiran Facebook dari wi-fi.

Sekarang, akses internet di komputer ini sangat menyenangkan. Tidak ada timer lagi seperti dulu. (Timer itu pun pada akhirnya "jebol" juga dengan baris command di Run.) Facebook dapat diakses, walaupun Facebook bukanlah tujuan utamaku lagi kalau mengakses internet. Yang membuat akses komputer ini menyenangkan buatku adalah (mungkin untuk sementara) aku tidak perlu lagi meminjam laptop orang untuk mengakses internet di sekolah.

Tulisan ini didedikasikan kepada para mantan pengguna setia komputer perpustakaan ini, kepada para mantan perusak timer. Dan kepada yang mengurus perpustakaan, terima kasih.

Komputer Perpustakaan, Perpustakaan STT Jakarta
30 September 2010
12:04

Monday, September 27, 2010

Ibadah Raya dan Malam Gembira tahun kemarin selalu menjadi kenangan buruk buatku. Hanya saja itu menjadi kenangan buruk karena cara berpikirku yang salah. Move on, Vontho!

27 September 2010

27 September sebenarnya merupakan tanggal yang spesial untuk STT Jakarta, kampusku. Hanya saja dalam dua tahun ini tidak menjadi spesial karena tahun lalu jatuh pada hari Minggu, dan tahun ini tidak ada orasi. Tahun ini tanggal 27 September 2010 menjadi tanggal pelaksanaan Ibadah Syukur.

Aku menulis ini bukanlah dalam rangka Dies Natalis STT Jakarta. Aku menulis ini hanyalah sebagai catatan harianku tanggal 27 September 2010 kemarin.

Aku bangun pagi dan langsung teringat sebuah tugas. Kak Ester dari BAA pun mengingatkanku lewat SMS kalau bahan yang diperlukan untuk penyelesaian tugas itu sudah ada di dia. Aku mengatakan kepadanya lewat SMS kalau aku akan datang ke kampus 30 menit setelah SMS itu aku kirim.

30 menit kemudian aku sudah ada di kampus dan mengambil bahan tugas itu ke BAA, pulang ke rumah, mengerjakannya, dan lalu mengirimkannya. Tugas selesai.

Aku ke kampus lagi. Bertemu dengan Aiko yang bertanya di mana plastik name-tag. Lalu aku kemudian melakukan tugas yang lain, tugas yang belum terselesaikan sejak hari Jumat. Senangnya bisa mengerjakan tugas itu bersama Mas Yudi yang sebenarnya bukan orang yang bertugas menyelesaikan tugas itu. Tugas itu selesai, dan aku menyerahkan hasil tugas itu kepada Mas Bambang yang akan melanjutkan proses selanjutnya.

Aku kemudian masuk ke Bengkel PK. Bertemu dengan Siro, Ribka, dan Ella. Berbicara mengenai tugas lain dengan Siro, aku menyadari kalau aku melakukan kesalahan. Karena kesalahan ada untuk diperbaiki, aku menanamkan dalam kepalaku kalau tidak boleh melakukan kesalahan yang sama lagi. Berbicara dengan Ella yang masih belum mengembalikan buku yang dia pinjam di perpustakaan atas namaku, aku membuat janji ke Ella kalau aku akan mengunjunginya ke asrama. Hanya untuk mengambil buku itu. Dan berpura-pura menggantikan peran Sosam untuk sementara. Lho?

Makan siang, aku bertemu dengan Abdiel. Dia mengajakku ke GKI Kayu Putih. Aku menyanggupi karena aku memang sedang tidak ada tugas lain. Pada akhirnya ada aku, Yesie, dan Abdiel yang berangkat ke GKI Kayu Putih menggunakan kendaraan milik kampus yang dikendarai Pak Supangat. Tujuan ke sana adalah membuat dekorasi. Dekorasi yang dibutuhkan memang sangat sederhana. Hanya menambahkan kain dengan beberapa warna ke salib yang terletak di bagian depan dalam ruang ibadah. Hasilnya menurutku sederhana dan menarik.

Kami pulang. Tiba di sekolah, aku masuk ke Bengkel PK lagi. Berbincang sejenak dengan Siro, Sergio, dan Aiko. Siro dan Aiko pulang, aku dan Sergio ke kantin. Di kantin aku bertemu Mas Bagus, alumnus STT Jakarta yang merupakan pendeta di Gereja Protestan Bali yang sedang studi S2 di STT Jakarta. Aku memang sudah sering bertemu dengannya, tetapi baru kemarin aku bertanya kepadanya tentang Bali. Wedding as business dan tentang kerukunan di sana. Tak lama, aku dan Sergio pulang ke kontrakan. Sebentar saja di kontrakan, aku ke kampus lagi. Ada bus yang harus diurus.

Tiba di kampus, aku bertemu dengan Kak Feri. Singkat cerita, tugasku untuk Ibadah Syukur ternyata bukan hanya dikerjakan olehku. Itulah sebabnya aku menyanggupi untuk menunggu bus yang masih belum datang. Bus jam 17.00 akhirnya berangkat pukul 17.00. Tepat waktu. Satu bus terakhir, akhirnya berangkat pukul 17.30. Tiba di GKI Kayu Putih 18.10, tepat saat prosesi masuk para petugas ibadah. Aku langsung ke tempatku bertugas. Ternyata memang ada untungnya bukan diriku saja yang bertugas di tempat itu.

Saat kata sambutan dari Ketua Panitia Dies Natalis dan Wisuda, aku baru menyadari kalau ada kesalahan informasi yang diterima jemaat GKI Kayu Putih tentang jam pelaksanaan Ibadah Syukur. Aku tak tahu apakah itu merupakan salahku. Tak penting juga sebenarnya untuk ditelusuri.

Saat turun dari ruang ibadah untuk makan malam, ada beberapa orang yang menanyakan hal yang sama. Kenapa tidak memegang kamera seperti biasanya. Ada tugas lain, kataku dalam hati. Lho?

Pelajaran penting hari kemarin buatku adalah aku tidak boleh sok sibuk. Harus tenang! Karena sok sibuk, aku melupakan handphoneku yang aku letakkan di atas kotak tempat persembahan. Untunglah aku menyadari kalau aku meninggalkan handphoneku ketika rombongan bus yang kembali ke kampus baru bergerak sejauh kurang lebih 250 meter dari gereja.

27 September 2010. Dies Natalis ke-76 STT Jakarta. Aku pikir aku tak mencintai STT Jakarta ini. (Kenapa kalimat penutupnya tidak nyambung begini?)

Kalasan Dalam 44B
28 September 2010
08:01

Monday, August 30, 2010

Bukan Penyakit Komplikasi

Perutku sakit. Belum juga dada ini sembuh, perut ini juga ikut-ikutan sakit. Kenapa? Aku tidak tahu pasti. Hanya saja dalam seminggu terakhir ini pencernaanku memang kurang baik. Aku pikir ini pasti karena makanan yang aku makan. Yang membuatku heran, beberapa hari terakhir ini kan aku di tempat kakakku. Kenapa bisa sakit juga?

Aku tahu tulisan ini sepertinya hanya tulisan lain yang sifatnya dapat dikategorikan sebagai keluhan. Aku memang sedang tidak punya topik menarik yang aku ingin tuliskan tentang apa yang sedang aku alami belakang ini. Aku lebih memilih menuliskan tentang sakit perut ini karena rasa sakit di dada ini masih belum sembuh juga.

Oh iya, tadi siang aku berkonsultasi lagi dengan Bu Dokter Fiona. Lewat pesan pendek. Mengenai sakit di dada ini, dia menyarankan aku untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat dulu dalam minggu ini. Kalau tidak sembuh juga, aku harus ke dokter. Itulah sebabnya diriku harus menjauhkan diri dulu dari lapangan Borobudur, supaya diriku tidak tergoda untuk berolahraga.

Eh, ada yang lupa. Selain sakit perut, aku juga sepertinya sedang akan terkena penyakit flu juga. Jadi, istirahat memang sebuah keharusan. Lalu ada juga sariawan. Penyakit yang dulu penyakit bulananku ini sekarang muncul di daerah yang sulit dijangkau oleh makanan. Sariawan yang muncul di lidah atau bagian-bagian rongga mulut yang akan sangat mudah terkena makanan malah bukan menjadi masalah buatku.

Penyakit-penyakit yang sedang kuderita ini sepertinya tidak cocok disebut penyakit komplikasi. Kenapa? Aku pun tidak tahu. Nanti saja aku tanya Dokter Fiona. *lho?*

Netbook Andriyan, Perpustakaan STT Jakarta
30 Agustus 2010
17:43

Friday, August 27, 2010

Sakit di Dada

Dada ini sakit. Rasa sakit di dada ini mulai terasa kemarin pagi sewaktu aku baru bangun tidur. Aku kemudian curiga kalau rasa sakit ini muncul karena aku tidur di bawah hembusan angin pendingin ruangan di tempat teman aku menginap.

Rasa sakit di dada yang kualami sekarang ini bukan yang pertama kalinya kurasakan. Ini mungkin yang ketiga atau yang keempat kalinya kurasakan selama di STT Jakarta. Penyebabnya? Aku sampai sekarang tidak tahu pasti.

Sekitar setahun atau dua tahun yang lalu aku mengalami hal yang sama. Waktu itu aku hanya berkonsultasi dengan seorang teman SMU yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UI. Aku bertanya apakah mungkin yang kualami adalah sakit paru-paru basah. (Aku bertanya demikian karena walaupun aku tidak merokok, aku pernah melakukan tindakan tolol yang setahuku dapat merusak paru-paru). Dari informasi yang kudapat darinya, aku bukan mengidap penyakit paru-paru basah (atau sebenarnya disebut TBC). Sebagai informasi saja, pengidap TBC sering berkeringat di malam hari walau cuaca tidak panas.

Kembali ke sakit di dada ini, aku merasakan sakit di dada seperti ini adalah yang kedua kalinya dalam dua minggu terakhir. Pertama kalinya adalah sewaktu berada di Cipanas menjadi pandu acara dan perlengkapan acara Pertemuan Raya Pemusik Gereja. Aku merasakan sesak di dada sewaktu bernafas, waktu itu di dada bagian kanan. Malam sebelumnya aku memang mengangkat beban cukup berat hanya dengan menggunakan tangan kananku. Rasa sakit terkadang muncul dan lalu hilang di hari itu. Dan lalu rasa sakit di dadaku tidak terasa lagi di hari berikutnya.

Rasa sakit di dada kali ini sepertinya lebih parah. Kalau sewaktu di Cipanas waktu itu tidak ada bagian yang terasa sakit bila ditekan, kali ini di tulang rusuk kiri ketiga atau keempat dari atas terasa sakit bila ditekan. Kemarin pagi sampai siang sebenarnya tidak terlalu parah. Hanya saja, rasa sakitnya semakin parah karena sorenya aku bermain basket.

Dari konsultasi dengan Fiona Amelia, seorang teman ketemu di Cipanas, aku berkesimpulan kalau sakit di dadaku ini tidak parah. Namun dari beberapa kali mengalami sakit di dada seperti ini, sepertinya penyakit ini muncul karena aku kecapaian (bakunya "kecapaian" atau "kecapekan"?).

Lekaslah hilang wahai kau, Sakit di Dada.

Perpustakaan STT Jakarta
27 Agustus 2007
15:51

Tuesday, August 24, 2010

Rambut Baru

Aku memangkaskan rambutku di tukang pangkas di Manggarai dua hari yang lalu. Dan ini adalah beberapa komentar tentang penampilan rambutku yang baru.

"Wah, baru pangkas kau, Bang. Jadi makin tampan aja nih.."
"Cie.. yang rambut baru. Jadi tambah keren.."
"Yah, kok dipotong, Kak? Gak keren lagi lah kayak pemain film Korea.."
"Wah, rambut baru. Saya sampai tidak bisa mengenali barusan.. tapi bagus kok."
"Begitu dong. Tampak jauh lebih muda."

Masih ada beberapa komentar lagi, tetapi aku lupa. Hanya saja memang lebih banyak yang suka rambutku dipotong dibanding panjang seperti kemarin.

Lalu, sebenarnya kenapa aku memangkaskan rambutku? Alasan utama bukan karena disuruh Nyak. Aku memang sudah ingin memangkaskan rambutku sebelum Nyak datang. Hanya saja aku memang sengaja ingin memperlihatkan rambutku yang panjang ke Nyak. Sewaktu Nyak melihat rambutku, Nyak cuma bilang, "mase ma sonin ganjangni jambulanmin? Lang jenges huidah." ("Kenapa rambutmu panjang seperti itu? Jelek kulihat.") Yang mengherankan, Nyak berpikir kalau aku mengkeritingkan rambutku. Padahal rambutku memang cenderung berombak (atau malah keriting) kalau dibiarkan panjang.

Nah, dengan penampilan rambutku yang baru ini, sepertinya akan ada yang terpikat. *nah, lho?*

Perpustakaan STT Jakarta
25 Agustus 2010
10:54

Monday, August 2, 2010

Siang Tadi

Aku memandang wajah seorang perempuan. Masih SMA. Duduk di depan mamanya, sepertinya.

Menarik, pikirku. Beberapa kali aku dan dia saling berpandangan. Entah kenapa aku tidak mengalihkan pandanganku. Aku terus memerhatikan. Aku memerhatikan gerakan bibirnya, ingin tahu apa yang dia katakan kepada mamanya. Dugaanku mamanya dan papanya sedang cekcok. Tak tahu dugaanku benar atau tidak. Hanya saja beberapa kali dia mengusap matanya dengan tisu.

Aku lalu pergi. Aku pergi karena aku pikir dia sudah cukup terganggu bertemu pandang denganku. Berkali-kali.

Siang tadi di KFC Cikini.

(berdasarkan sms yang aku kirim ke TWTTR pada 30 Juli 2010, 22.53-23.03)