I guess my feelings are killing me.
Kalimat tersebut gue ketik di hape gue* tadi sewaktu gue kuliah Yunani I. Gue ketik tulisan itu karena memang dalam kenyataan hidup gue selama ini perasaan-perasaan gue selalu membunuhku.
Kasus sebelumnya adalah kasus tulisan gue yang berhubungan dengan OSMABA. Perasaanku saat itu adalah ketakutan yang berlebihan. Gue takut masalah tulisan gue akan dibahas di Pertemuan Umum Mahasiswa. Gue juga takut kalau ternyata tulisan gue tersebut menyebabkan masalah yang sangat besar. Gue juga takut kalau teman-teman gue, terutama senior-senior gue di kampus, berpikiran jelek tentang gue dan akibatnya mereka akan memandang gue dengan sinis. Perasaan takut gue itu terbukti telah membunuhku.
Kasus berikutnya adalah kasus mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial (MPS) gue. Gue gak datang ke gereja tempat gue seharusnya mengajar sekolah minggu dan melakukan penelitian bahkan sampai hari ini. Itu karena gue merasa gak akan bisa mengajar sekolah minggu, hal yang gue rasa harus gue lakukan di dalam masa penelitian gue di gereja itu. Kesalahan memang ada di gue yang tidak menghubungi pendeta gereja itu, yang notabene teman mendiang bokap gue, untuk menanyakan apa dan bagaimana yang akan aku lakukan di gereja itu. Selain masalah stres pasca OSMABA yang mempengaruhi gue waktu itu, sekali lagi perasaan gue telah membunuhku.
Kasus terakhir adalah kasus gue dengan seseorang yang gue suka saat ini (akhirnya gue benar-benar jatuh suka).
Awalnya gue cuma iseng ngSMSin dia pake nomor Simpati gue. Gue pura-pura tanya "Ini June Carter** ya?" Dia membalas SMS gue itu dan kemudian sms gak jelas gue mulai mengalir. Setelah hape gue hilang, gue lalu memberitahu dia siapa gue yang selama ini iseng ke dia. Bodohnya, setelah itu gue menggunakan pola yang sama seperti di kampus gue yang dulu. Gue malah beberapa kali ngSMS dia untuk cerita mengenai masalah gue. Kebetulan atau mungkin kejadiannya akan berulang seperti di kampus gue dulu, saat ini gue juga memang punya masalah dalam perkuliahan gue. Permasalahannya perasaanku tak berhenti ingin membunuhku.
Kemarin gue ngirim SMS ke dia untuk meminta maaf karena telah mengganggunya. Yeah.. Gue merasa kalau selama ini gue telah mengganggunya. Perasaan itu timbul hanya gara-gara sehari sebelumnya dan kemarin -sebelum gue ngirim SMS permintaan maaf-, SMS gue yang gue kirim sekitar pukul 10 malam ke atas selalu pending dan baru nyampe di pagi harinya. Perasaan gue yang ingin membunuhku pun kali ini berhasil. Gue jadi merasa "dia pasti menonaktifkan nomornya yang ini karena merasa terganggu oleh sms gue." Lalu gue juga bilang dalam sms permintaan maaf gue itu bahwa itulah sms terakhir yang akan gue kirim ke dia. "maaf&thx.GBU" is the last line of my sms to her.
Gue tadi pagi baru tidur pukul 4 dan bangun pukul 9.30. Di antara tidur dan bangunnya gue itu, gue sempat sadar sebentar dan melihat di hape gue ada report sms yang gue kirim semalam. Tidak ada balasan sms sampai gue benar-benar bangun. Perasaan gue pun bilang kalau gue harus buat skenario apa yang akan gue lakukan jika kebetulan harus bertemu dia. Dalam skenario gue, gue akan berusaha untuk tidak melihat ke arah dia kalau sampai memang harus berpapasan dengannya atau melihatnya di perpustakaan atau melihatnya sedang berada di kantin.
Walaupun begitu, karena sepertinya gue punya perasaan suka ama dia, gue tetap berharap bisa melihat wajahnya (lihat Indikator Jatuh Cinta yang Iseng?) hari ini di kampus walaupun gue juga sedikit merasa takut jika wajahnya akan berubah kalau melihat gue.
Siang tadi sekitar pukul 1 lewat, gue dan beberapa teman gue duduk di saung menunggu masuk kuliah Yunani I. Ketika perasaan ingin melihat wajahnya mulai sirna dan gue sedang bercengkarama dengan teman sekelas gue, dia muncul tepat di arah wajahku sedang menghadap. Ingin gue melaksanakan skenario gue. Tetapi sambil berjalan dia lalu memanggil nama gue, "Vontho," dan setelah gue melihat ke arahnya, "sori gue gak balas smsmu. Pulsa gue habis." Gue pun hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Perasaan gue bilang sih gue memang melakukan itu. Tetapi, mungkinkah yang dilihatnya bukanlah anggukan dan senyuman, melainkan pandangan tanpa ekspresi dan tanpa respon?
Mau tahu perasaan gue saat itu? Sulit digambarkan, tetapi semua perasaan yang ada pada diri gue saat itu benar-benar ingin membunuhku. Gue malu, karena teman gue sempat bilang "cieee.." waktu dia ada bilang kata SMS. Gue juga malu karena ternyata perasaan gue yang gue nyatakan dalam sms permintaan maaf yang gue kirim salah. Senang karena dia ternyata dia biasa saja dan malah bilang sori. Gak senang karena perasaan biasa saja dan malah bilang sorinya itu malah bisa membuat kadar perasaan suka gue ama dia bertambah. Perasaan-perasaan inilah yang aku rasa ingin membunuhku.
Perasaan-perasaan yang ingin membunuhku pun terus berlanjut ke kelas. "Perasaan gue kemarin berarti salah dong", "Kok dia minta maaf ke gue?", "Gimana sih sebenarnya tanggapannya baca sms gue yang bilang itu sms terakhir yang akan kukirim ke dia?", "Berarti sebenarnya fine-fine aja dong," dan lain sebagainya.
Dan perasaan yang paling membunuhku adalah perasaan gue terhadapnya, yaitu perasaan suka gue yang pada kenyataannya datang tepat di saat gue sedang bermasalah, sama seperti yang terjadi di kampus gue yang lama. Perasaan suka yang sebenarnya gak boleh dipertahankan karena perasaan gue bilang perasaan suka gue itu tidak mungkin dan seharusnya tidak boleh.
Gue pun sampai bertanya dalam hati. Kenapa ya Tuhan, gue baru benar-benar memiliki perasaan suka terhadap seseorang selalu terhadap orang yang tidak mungkin gue sukai dan seharusnya tidak boleh gue sukai? Dan kenapa juga perasaan seperti itu selalu muncul di saat gue sedang mengalami masalah?
Kalau di kampus gue yang lama, kuliah gue gagal dan perasaan suka gue juga akhirnya harus gue gagalkan. Pertanyaannya, bagaimana dengan kuliah dan perasaan suka gue kali ini?
Untuk saat ini, gue hanya bisa ngambil kesimpulan: Yes, my feelings are killing me. And I don't know how to stop them from killing me. Anybody, please, help me kill these feelings! Or just kill me!




Kalimat tersebut gue ketik di hape gue* tadi sewaktu gue kuliah Yunani I. Gue ketik tulisan itu karena memang dalam kenyataan hidup gue selama ini perasaan-perasaan gue selalu membunuhku.
Kasus sebelumnya adalah kasus tulisan gue yang berhubungan dengan OSMABA. Perasaanku saat itu adalah ketakutan yang berlebihan. Gue takut masalah tulisan gue akan dibahas di Pertemuan Umum Mahasiswa. Gue juga takut kalau ternyata tulisan gue tersebut menyebabkan masalah yang sangat besar. Gue juga takut kalau teman-teman gue, terutama senior-senior gue di kampus, berpikiran jelek tentang gue dan akibatnya mereka akan memandang gue dengan sinis. Perasaan takut gue itu terbukti telah membunuhku.
Kasus berikutnya adalah kasus mata kuliah Metodologi Penelitian Sosial (MPS) gue. Gue gak datang ke gereja tempat gue seharusnya mengajar sekolah minggu dan melakukan penelitian bahkan sampai hari ini. Itu karena gue merasa gak akan bisa mengajar sekolah minggu, hal yang gue rasa harus gue lakukan di dalam masa penelitian gue di gereja itu. Kesalahan memang ada di gue yang tidak menghubungi pendeta gereja itu, yang notabene teman mendiang bokap gue, untuk menanyakan apa dan bagaimana yang akan aku lakukan di gereja itu. Selain masalah stres pasca OSMABA yang mempengaruhi gue waktu itu, sekali lagi perasaan gue telah membunuhku.
Kasus terakhir adalah kasus gue dengan seseorang yang gue suka saat ini (akhirnya gue benar-benar jatuh suka).
Awalnya gue cuma iseng ngSMSin dia pake nomor Simpati gue. Gue pura-pura tanya "Ini June Carter** ya?" Dia membalas SMS gue itu dan kemudian sms gak jelas gue mulai mengalir. Setelah hape gue hilang, gue lalu memberitahu dia siapa gue yang selama ini iseng ke dia. Bodohnya, setelah itu gue menggunakan pola yang sama seperti di kampus gue yang dulu. Gue malah beberapa kali ngSMS dia untuk cerita mengenai masalah gue. Kebetulan atau mungkin kejadiannya akan berulang seperti di kampus gue dulu, saat ini gue juga memang punya masalah dalam perkuliahan gue. Permasalahannya perasaanku tak berhenti ingin membunuhku.
Kemarin gue ngirim SMS ke dia untuk meminta maaf karena telah mengganggunya. Yeah.. Gue merasa kalau selama ini gue telah mengganggunya. Perasaan itu timbul hanya gara-gara sehari sebelumnya dan kemarin -sebelum gue ngirim SMS permintaan maaf-, SMS gue yang gue kirim sekitar pukul 10 malam ke atas selalu pending dan baru nyampe di pagi harinya. Perasaan gue yang ingin membunuhku pun kali ini berhasil. Gue jadi merasa "dia pasti menonaktifkan nomornya yang ini karena merasa terganggu oleh sms gue." Lalu gue juga bilang dalam sms permintaan maaf gue itu bahwa itulah sms terakhir yang akan gue kirim ke dia. "maaf&thx.GBU" is the last line of my sms to her.
Gue tadi pagi baru tidur pukul 4 dan bangun pukul 9.30. Di antara tidur dan bangunnya gue itu, gue sempat sadar sebentar dan melihat di hape gue ada report sms yang gue kirim semalam. Tidak ada balasan sms sampai gue benar-benar bangun. Perasaan gue pun bilang kalau gue harus buat skenario apa yang akan gue lakukan jika kebetulan harus bertemu dia. Dalam skenario gue, gue akan berusaha untuk tidak melihat ke arah dia kalau sampai memang harus berpapasan dengannya atau melihatnya di perpustakaan atau melihatnya sedang berada di kantin.
Walaupun begitu, karena sepertinya gue punya perasaan suka ama dia, gue tetap berharap bisa melihat wajahnya (lihat Indikator Jatuh Cinta yang Iseng?) hari ini di kampus walaupun gue juga sedikit merasa takut jika wajahnya akan berubah kalau melihat gue.
Siang tadi sekitar pukul 1 lewat, gue dan beberapa teman gue duduk di saung menunggu masuk kuliah Yunani I. Ketika perasaan ingin melihat wajahnya mulai sirna dan gue sedang bercengkarama dengan teman sekelas gue, dia muncul tepat di arah wajahku sedang menghadap. Ingin gue melaksanakan skenario gue. Tetapi sambil berjalan dia lalu memanggil nama gue, "Vontho," dan setelah gue melihat ke arahnya, "sori gue gak balas smsmu. Pulsa gue habis." Gue pun hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Perasaan gue bilang sih gue memang melakukan itu. Tetapi, mungkinkah yang dilihatnya bukanlah anggukan dan senyuman, melainkan pandangan tanpa ekspresi dan tanpa respon?
Mau tahu perasaan gue saat itu? Sulit digambarkan, tetapi semua perasaan yang ada pada diri gue saat itu benar-benar ingin membunuhku. Gue malu, karena teman gue sempat bilang "cieee.." waktu dia ada bilang kata SMS. Gue juga malu karena ternyata perasaan gue yang gue nyatakan dalam sms permintaan maaf yang gue kirim salah. Senang karena dia ternyata dia biasa saja dan malah bilang sori. Gak senang karena perasaan biasa saja dan malah bilang sorinya itu malah bisa membuat kadar perasaan suka gue ama dia bertambah. Perasaan-perasaan inilah yang aku rasa ingin membunuhku.
Perasaan-perasaan yang ingin membunuhku pun terus berlanjut ke kelas. "Perasaan gue kemarin berarti salah dong", "Kok dia minta maaf ke gue?", "Gimana sih sebenarnya tanggapannya baca sms gue yang bilang itu sms terakhir yang akan kukirim ke dia?", "Berarti sebenarnya fine-fine aja dong," dan lain sebagainya.
Dan perasaan yang paling membunuhku adalah perasaan gue terhadapnya, yaitu perasaan suka gue yang pada kenyataannya datang tepat di saat gue sedang bermasalah, sama seperti yang terjadi di kampus gue yang lama. Perasaan suka yang sebenarnya gak boleh dipertahankan karena perasaan gue bilang perasaan suka gue itu tidak mungkin dan seharusnya tidak boleh.
Gue pun sampai bertanya dalam hati. Kenapa ya Tuhan, gue baru benar-benar memiliki perasaan suka terhadap seseorang selalu terhadap orang yang tidak mungkin gue sukai dan seharusnya tidak boleh gue sukai? Dan kenapa juga perasaan seperti itu selalu muncul di saat gue sedang mengalami masalah?
Kalau di kampus gue yang lama, kuliah gue gagal dan perasaan suka gue juga akhirnya harus gue gagalkan. Pertanyaannya, bagaimana dengan kuliah dan perasaan suka gue kali ini?
Untuk saat ini, gue hanya bisa ngambil kesimpulan: Yes, my feelings are killing me. And I don't know how to stop them from killing me. Anybody, please, help me kill these feelings! Or just kill me!




Kalasan Dalam 44B, Jakarta
23:59
3 Oktober 2006
DAY-8190
23:59
3 Oktober 2006
DAY-8190
PS:
*:hape gue maksudnya adalah hape yang sekarang gue pake. Gue sekarang sebenarnya gak punya hape karena baru aja hilang. Hape yang gue pake sekarang adalah hape Rita, teman sekelas gue.
**: bukan nama sebenarnya.. nama ini gue ambil dari film Walk The Line..
-dalam tulisan ini dituliskan "perasaan". Dalam kenyataannya kata "perasaan" dalam tulisan ini bisa atau seharusnya diganti dengan kata "pikiran".
**: bukan nama sebenarnya.. nama ini gue ambil dari film Walk The Line..
-dalam tulisan ini dituliskan "perasaan". Dalam kenyataannya kata "perasaan" dalam tulisan ini bisa atau seharusnya diganti dengan kata "pikiran".
No comments:
Post a Comment