Rabu lalu (7 November) sewaktu aku berdecak kagum atas iklan Lexus di The Jakarta Post (4 halaman full) di dalam perpustakaan, suara tangisan dari luar perpustakaan membuatku tersentak*.
Sebelumnya aku memang sudah mendengar kalau anak Pak Mardi, Bapak Asrama Dempo, mengalami kecelakaan. Cerita yang aku dengar adalah Aan jatuh dari kereta atau ditabrak kereta. Mendengar tangisan itu, aku sudah mengerti kalau Aan telah meninggal dunia.
Aku pun keluar dari perpustakaan. Seketika kekagumanku terhadap iklan showroom Lexus yang terletak di dekat kampusku menghilang. Apalagi ketika aku keluar dari perpustakaan hampir semua anak putri semester 1, yang sekarang tinggal di Asrama Dempo, menangis di dekat perpustakaan sampai aula. Mahasiswi putri yang juga pernah tinggal di Dempo juga demikian.
Kami pun akhirnya ke RSCM setelah kuliah PA ditiadakan.
Setibanya di RSCM, aku melihat Bu Mardi dan Pak Mardi. Aku tak menyalam mereka, bahkan hingga saat ini. Aku hanya bisa turut berduka atas kehilangan keluarga Pak Mardi. Setiap melihat Pak Mardi memegang dan menggeleng-gelengkan kepalanya, air mataku sebenarnya ingin menetes. Speechless....
Turut berdukacita atas meninggalnya Aan.
*: istilahnya masih kurang pas
Sebelumnya aku memang sudah mendengar kalau anak Pak Mardi, Bapak Asrama Dempo, mengalami kecelakaan. Cerita yang aku dengar adalah Aan jatuh dari kereta atau ditabrak kereta. Mendengar tangisan itu, aku sudah mengerti kalau Aan telah meninggal dunia.
Aku pun keluar dari perpustakaan. Seketika kekagumanku terhadap iklan showroom Lexus yang terletak di dekat kampusku menghilang. Apalagi ketika aku keluar dari perpustakaan hampir semua anak putri semester 1, yang sekarang tinggal di Asrama Dempo, menangis di dekat perpustakaan sampai aula. Mahasiswi putri yang juga pernah tinggal di Dempo juga demikian.
Kami pun akhirnya ke RSCM setelah kuliah PA ditiadakan.
Setibanya di RSCM, aku melihat Bu Mardi dan Pak Mardi. Aku tak menyalam mereka, bahkan hingga saat ini. Aku hanya bisa turut berduka atas kehilangan keluarga Pak Mardi. Setiap melihat Pak Mardi memegang dan menggeleng-gelengkan kepalanya, air mataku sebenarnya ingin menetes. Speechless....
Turut berdukacita atas meninggalnya Aan.
*: istilahnya masih kurang pas
Turut berduka juga...
ReplyDelete:,(