Pages

Tuesday, May 30, 2006

Ngekost di Istana Negara

Teman-teman gue udah pada punya tempat kost atau kontrakan. Hari Kamis lalu ada acara pertemuan anak asrama dengan Tim Asrama di rumah Pak Liem Kiem Yang. Sewaktu Pak Ongirwalu, salah satu anggota Tim Asrama, bertanya siapa saja yang belum menemukan tempat kost, hanya gue dan Yan Theo saja yang mengacungkan tangan. Dan kali ini, hanya gue aja yang belum punya tempat kost.

Teman-teman gue ada yang sudah mencari tempat kost ataupun kontrakan dari bulan April yang lalu. Waktu itu gue juga ingat Armand, salah satu orang yang berhasil menemukan kontrakan di bulan April lalu, nanya ke gue sudah dapat tempat kost apa belum. Gue dengan entengnya bilang ke dia sudah dapat. Waktu dia tanya di mana, gue juga dengan entengnya bilang. "Jalan Medan Merdeka Utara." Dia hanya bilang "oh" saja. Maklum, dia orang Bandung dan sepertinya belum terlalu mengenal Jakarta. Padahal kan yang gue maksud di Jalan Medan Merdeka Utara itu adalah Istana Negara.

Ada beberapa orang yang gue bilang kalau gue bakal ngekost di Jalan Medan Merdeka Utara. Renshi yang orang Jakarta aja gak tahu kalau yang gue maksud itu adalah daerah Istana Negara. Ada juga yang malah mengomentari, "kok jauh banget?"

Kalau sebelumnya gue masih bisa bilang kalau gue udah dapat kost di Medan Merdeka Utara, sekarang gue hanya bisa diam. Gue masih bingung mau tinggal di mana setelah keluar dari asrama. Batas akhir keluar dari asrama sepertinya harus tanggal 1 Juni ini. Soalnya tanggal 11 Juni sampai awal bulan Juli asrama akan dipakai untuk tempat tinggal orang-orang yang mengikuti sebuah acara di STT Jakarta. Acara ini memang sudah rutin setiap tahun dilaksanakan. Hanya saja tahun ini pelaksanaannya dipercepat. Dan Bapak dan Ibu Mardi harus membersihkan asrama sebelum asrama dihuni oleh mereka. Gak mungkin kan Bapak dan Ibu Mardi membersihkan asrama kalau masih ada yang tinggal di asrama? Selain itu Tim Asrama juga meminta kami untuk meninggalkan asrama sebelum orang yang akan menempati asrama di bulan Juni dan Juli ini datang. Itu berarti gue memang harus keluar dari asrama. Gak bisa seperti yang sebelumnya pernah terucap dari mulut salah seorang penghuni asrama kami, yaitu kami bisa menempati asrama sampai akhir Juli, ataupun sampai anak baru masuk ke asrama.

Nah, tadi sudah ada tawaran dari Armand dan kawan-kawan untuk ikut mereka di kontrakan mereka. Yanto yang seharusnya akan tinggal bersama-sama mereka ternyata tidak diperbolehkan oleh gerejanya untuk mengontrak. Sebabnya, dia tinggal di Jakarta dan yang sekarang ada di rumahnya hanyalah Ibunya saja. Jadi, dia harus tinggal di rumahnya. Bukankah itu seharusnya kabar baik buatku?

Tidak. Aku masih belum memutuskan apakah aku akan tinggal bersama-sama mereka. Permasalahannya cukup rumit menurutku. Mereka memang tidak melihat ada masalah. Tetapi sebenarnya banyak masalah yang bisa timbul dengan kondisi kontrakan mereka itu. Jumlah kamar hanya 4. Mereka sudah memutuskan kamar mana saja yang akan ditempati oleh dua orang. Mereka yang sebelumnya bersama-sama memutuskan untuk mengontrak rumah itu berjumlah 7 orang (termasuk Yanto). Mereka sudah memutuskan siapa yang akan sekamar dengan siapa dan juga yang akan tinggal sekamar sendirian karena ruangannya lebih sempit dan lebih panas (kata Robinson yang akan menghuni kamar itu). Dan kalau jadi tinggal bersama mereka, berarti aku akan tinggal sekamar dengan Armand.

Permasalahannya ada di gue. Gue sepertinya kurang suka tinggal sekamar berdua. Gue gak enak aja ntar sama teman sekamar gue. Sekarang aja sepertinya orang-orang yang pernah tinggal sekamar dengan gue pasti merasa tidak akan mau tinggal sekamar dengan gue. Gue orangnya berantakan banget. Kamar gue khususnya daerah kekuasaan gue pasti berantakannya minta ampun.

Permasalahan lain dan yang paling penting adalah gue lulus semester ini apa nggak. Mereka tidak tahu persis permasalah nilai-nilai gue. Sewaktu gue bilang seperti itu, mereka menganggap gue pasti lulus. Hanya gara-gara gue udah dapat nilai A- di mata kuliah Teori Musik Dasar aja mereka sudah memastikan gue lulus semester ini. Padahal ada 4 mata kuliah yang kemungkinan besar hanya bisa dapat nilai maksimal C-. Dan Bahasa Indonesia pasti dapat nilai E. Oiya, nilai Bahasa Ibrani gue hanya dapat D. Jadi, pertanyaan yang paling penting harus terjawab adalah apakah gue lulus semester ini. Setelah itu baru pertanyaan mengenai tempat tinggal baru boleh ditanyakan.

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
22:10
29 Mei 2006
DAY8063

No comments:

Post a Comment