Pages

Wednesday, August 29, 2012

Kesal

Apa yang kau lakukan ketika kau kesal?

Menunjukkan kekesalan sebenarnya lebih mudah dengan kata-kata. Hanya saja, kekesalan pun dapat ditunjukkan dengan ekspresi muka.

Saya tadi kesal kepada Eydro, keponakan saya yang baru berumur 3 tahun. Biasanya saya bisa menahan diri untuk tidak menunjukkan kekesalan saya kepadanya lewat nada bicara yang meninggi ataupun lewat raut wajah yang menunjukkan kekesalan. Hanya saja, hari ini rasanya ada sekitar dua sampai tiga kali saya menunjukkan rasa kesal saya terhadap dia. Saya kesal karena dia berusaha memainkan ponsel saya yang baterainya sedang diisi ulang, kesal karena dia memainkan kabel charger netbook saya, dan kesal karena dia mencoba menekan-nekan keyboard netbook saya saat saya sebenarnya ingin mengetik.

Saya yakin dia sudah mengerti ekspresi rasa kesal orang terhadap dia. Saat dia memainkan ponsel saya, saya hanya membuat ekspresi wajah kurang senang. Saat dia memainkan charger netbook saya, saya bicara dengan nada cukup tinggi, "Eydro, jangan dimainin kabelnya." Saat dia menekan-nekan keyboard netbook saya, saya mematikan netbook saya.

Saya yakin juga dia tidak senang kalau ada yang merasa kesal terhadap dia. Dia sempat terdiam saat saya membuat ekspresi wajah kurang senang. Dia lalu marah dan hampir merengek karena saya mematikan netbook saya. Untunglah, saya cukup sadar tidak baik membuat keponakan saya yang lucu itu untuk menjadi kesal juga karena kekesalan saya. Setelah dia cukup sadar kalau saya kesal, saya langsung berusaha mengalihkan perhatian dia supaya dia tidak perlu kesal juga.

Saya jadi ingat sebuah ayat Alkitab, "janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu." (Efesus 4:26b.) Ayat itu memang tidak terlalu relevan dengan kekesalan saya. Hanya saja, mengingat kekesalan saya terhadap Eydro hari ini, saya akan berusaha untuk tidak mudah kesal terhadapnya. Berlama-lama kesal terhadap Eydro? I bet you can't.

Tangerang Selatan
29 Agustus 2012, 23:58

No comments:

Post a Comment