Pages

Tuesday, May 30, 2006

Gempa di DIY: Gue Mati Rasa


Gue mati rasa. Bukan karena gempa di Yogyakarta. Gue cuma gak ngerasa apa-apa sewaktu ngeliat berita gempa DIY di TV. Waktu ada orang yang berusaha mengumpulkan dana, gue gak ngerasa apa-apa. Waktu ada kegiatan dari Senat Mahasiswa di kampus gue untuk mencari dana, gue juga gak punya rasa ingin membantu.

Gue mati rasa. Entah kenapa.

Mungkin karena di kepalaku muncul pikiran-pikiran yang aneh. Gue berpikir, pasti dengan terjadinya gempa ini, ada aja orang yang menganggap gempa ini terjadi karena dosa manusia, atau Tuhan ingin menghukum orang yang (sensor), atau pikiran sempit lainnya. Dan, gue memang menemukan orang seperti itu.

Sekarang, gue juga masih mati rasa.

draft: 31 Mei 2006
dilanjutkan: 5 Juni 2006



Bagaimana Datang?

07:10
Gue bangun. Gue tanya Andre jam berapa. Dia bilang jam tujuh lewat sepuluh. Gue memang tidur di kamar dan tempat tidur Andre. Kemarin malam setelah menulis "Kepala Berat", aku memang langsung tertidur setelah menggeletakkan badan gue di tempat tidur.

07:28
Gue baru bangun beneran. Yang tadi gue cuma bangun sebentar dan langsung tidur lagi. Gue masuk ke kamarku. Gue lihat HPku yang gue taro' di laci mejaku. 1 message received. Dari B' Jhon, senior di asrama gue. Isi SMSnya dia minta tolong supaya dibukain pintu karena dia mau pulang di atas jam 12 malam. Gue sendiri baru baca pagi ini. Sudah pasti bukan gue yang bukain pintu buat dia.

Setelah itu..
Gue ke dapur. Tenggorokanku terasa tidak enak. Benar saja, batuk gue kambuh lagi. Gue minum dua gelas air hangat. Sedikit enakan. Tetapi selanjutnya gue langsung buang dahak di kamar mandi. Gue juga buang hajat karena perut gue terasa sakit. Pasti gara-gara angin kurang kerjaan yang masuk ke dalam tubuhku.

07:49
Gue mulai ngetik tulisan ini. Gue juga dengarin lagu dari Gorillaz dan Blue "Best in Me" lewat speaker Philips gue.

Gue jadi ingat mimpi gue semalam. (Walaupun bukan gara-gara Best in Me-nya Blue.) Kemarin malam di salah satu tulisan kurang kerjaan yang gue buat, gue bilang kalau nilai Bahasa Indonesia gue bakalan dapat E. Mungkin karena marah selalu gue bahas, Bahasa Indonesia masuk ke dalam mimpi gue. Mau tahu apa yang dikatakan mimpi gue tentang nilai Bahasa Indonesia gue? Gue dapat nilai yang paling tinggi. Bagaimana datang? (baca: how come?)

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
08:09
30 Mei 2006
DAY8064

Kepala Berat


Kepalaku berat.
Aku kurang mengerti kenapa.
Pusingkah?

Atau karena rambutku?
Rambutku sekarang sudah panjang dan tebal.
Basah pula karena tidak kukeringkan sehabis mandi.

Kugoyangkan kepalaku.
Terasa sedikit lebih ringan.
Kuhalau rambutku yang menutupi telingaku.
Terasa semakin ringan.

Aku pun menguap.
Apakah kepalaku berat karena mengantuk?
Mungkin.
Ku menguap lagi.


Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
22:21
29 Mei 2006
DAY8063


Kau Tidak Cantik

Hi, Cewek.

Kau ternyata tidak cantik.
Kini aku tidak tertarik lagi padamu.

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
22:13
29 Mei 2006
DAY8063

Ngekost di Istana Negara

Teman-teman gue udah pada punya tempat kost atau kontrakan. Hari Kamis lalu ada acara pertemuan anak asrama dengan Tim Asrama di rumah Pak Liem Kiem Yang. Sewaktu Pak Ongirwalu, salah satu anggota Tim Asrama, bertanya siapa saja yang belum menemukan tempat kost, hanya gue dan Yan Theo saja yang mengacungkan tangan. Dan kali ini, hanya gue aja yang belum punya tempat kost.

Teman-teman gue ada yang sudah mencari tempat kost ataupun kontrakan dari bulan April yang lalu. Waktu itu gue juga ingat Armand, salah satu orang yang berhasil menemukan kontrakan di bulan April lalu, nanya ke gue sudah dapat tempat kost apa belum. Gue dengan entengnya bilang ke dia sudah dapat. Waktu dia tanya di mana, gue juga dengan entengnya bilang. "Jalan Medan Merdeka Utara." Dia hanya bilang "oh" saja. Maklum, dia orang Bandung dan sepertinya belum terlalu mengenal Jakarta. Padahal kan yang gue maksud di Jalan Medan Merdeka Utara itu adalah Istana Negara.

Ada beberapa orang yang gue bilang kalau gue bakal ngekost di Jalan Medan Merdeka Utara. Renshi yang orang Jakarta aja gak tahu kalau yang gue maksud itu adalah daerah Istana Negara. Ada juga yang malah mengomentari, "kok jauh banget?"

Kalau sebelumnya gue masih bisa bilang kalau gue udah dapat kost di Medan Merdeka Utara, sekarang gue hanya bisa diam. Gue masih bingung mau tinggal di mana setelah keluar dari asrama. Batas akhir keluar dari asrama sepertinya harus tanggal 1 Juni ini. Soalnya tanggal 11 Juni sampai awal bulan Juli asrama akan dipakai untuk tempat tinggal orang-orang yang mengikuti sebuah acara di STT Jakarta. Acara ini memang sudah rutin setiap tahun dilaksanakan. Hanya saja tahun ini pelaksanaannya dipercepat. Dan Bapak dan Ibu Mardi harus membersihkan asrama sebelum asrama dihuni oleh mereka. Gak mungkin kan Bapak dan Ibu Mardi membersihkan asrama kalau masih ada yang tinggal di asrama? Selain itu Tim Asrama juga meminta kami untuk meninggalkan asrama sebelum orang yang akan menempati asrama di bulan Juni dan Juli ini datang. Itu berarti gue memang harus keluar dari asrama. Gak bisa seperti yang sebelumnya pernah terucap dari mulut salah seorang penghuni asrama kami, yaitu kami bisa menempati asrama sampai akhir Juli, ataupun sampai anak baru masuk ke asrama.

Nah, tadi sudah ada tawaran dari Armand dan kawan-kawan untuk ikut mereka di kontrakan mereka. Yanto yang seharusnya akan tinggal bersama-sama mereka ternyata tidak diperbolehkan oleh gerejanya untuk mengontrak. Sebabnya, dia tinggal di Jakarta dan yang sekarang ada di rumahnya hanyalah Ibunya saja. Jadi, dia harus tinggal di rumahnya. Bukankah itu seharusnya kabar baik buatku?

Tidak. Aku masih belum memutuskan apakah aku akan tinggal bersama-sama mereka. Permasalahannya cukup rumit menurutku. Mereka memang tidak melihat ada masalah. Tetapi sebenarnya banyak masalah yang bisa timbul dengan kondisi kontrakan mereka itu. Jumlah kamar hanya 4. Mereka sudah memutuskan kamar mana saja yang akan ditempati oleh dua orang. Mereka yang sebelumnya bersama-sama memutuskan untuk mengontrak rumah itu berjumlah 7 orang (termasuk Yanto). Mereka sudah memutuskan siapa yang akan sekamar dengan siapa dan juga yang akan tinggal sekamar sendirian karena ruangannya lebih sempit dan lebih panas (kata Robinson yang akan menghuni kamar itu). Dan kalau jadi tinggal bersama mereka, berarti aku akan tinggal sekamar dengan Armand.

Permasalahannya ada di gue. Gue sepertinya kurang suka tinggal sekamar berdua. Gue gak enak aja ntar sama teman sekamar gue. Sekarang aja sepertinya orang-orang yang pernah tinggal sekamar dengan gue pasti merasa tidak akan mau tinggal sekamar dengan gue. Gue orangnya berantakan banget. Kamar gue khususnya daerah kekuasaan gue pasti berantakannya minta ampun.

Permasalahan lain dan yang paling penting adalah gue lulus semester ini apa nggak. Mereka tidak tahu persis permasalah nilai-nilai gue. Sewaktu gue bilang seperti itu, mereka menganggap gue pasti lulus. Hanya gara-gara gue udah dapat nilai A- di mata kuliah Teori Musik Dasar aja mereka sudah memastikan gue lulus semester ini. Padahal ada 4 mata kuliah yang kemungkinan besar hanya bisa dapat nilai maksimal C-. Dan Bahasa Indonesia pasti dapat nilai E. Oiya, nilai Bahasa Ibrani gue hanya dapat D. Jadi, pertanyaan yang paling penting harus terjawab adalah apakah gue lulus semester ini. Setelah itu baru pertanyaan mengenai tempat tinggal baru boleh ditanyakan.

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
22:10
29 Mei 2006
DAY8063

Menulis yang Tidak Penting


Gue sering banget menulis tulisan gak penting di atas kertas. Ntah itu kertas Buku Acara kebaktian, kertas brosur yang dibagiin orang ke gue, atau kertas struk ATM. Tadi sebelum gue mandi, gue nemuin sebuah kertas. Ternyata kertas Tagihan Pembayaran Studi Mahasiswa punya gue. Waktu menemukan kertas itu gue sebenarnya lebih dulu menemukan tulisan di belakang kertas itu. Tulisan itu aku buat di kebaktian Minggu di GII Parousia.

-penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan dapat membuat seseorang menjadi taat kepada Tuhan
-ketaatan itu dapat lahir dari kesadaran bahwa hidupnya adalah sepenuhnya milik Tuhan.

So, it's best to mempersembahkan seluruhnya kepada Tuhan.

30 April 2006
when listening Ev.Netty singing

Gue gak tahu deh gue mikir nggak waktu nulis tulisan itu. Atau gue sebenarnya memang mikir, tetapi itu hanya sebatas di dalam pikiran gue aja. Aku gak bisa melaksanakan apa yang seharusnya sesuai dengan pemikiran gue itu.

Penting gak sih sebenarnya tulisan gue waktu itu? Terus, apa pentingnya tulisan ini?

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
21:14
29 Mei 2006
DAY8063



Monday, May 29, 2006

Lemas

Gue lemas banget. Gue gak nyangka kalo hanya gara-gara gue gak makan malam kemarin malam gue bisa selemas ini. Parahnya tangan kiri gue serasa patah juga. Napas gue juga seperti tersengal-sengal. Di tenggorokan gue juga masih menempel sesuatu yang setiap saat bisa membuat gue batuk.

Tetapi, syukurlah gue masih bisa bangun pagi ini. Dan walaupun lemas masih bisa mengetik tulisan gak jelas ini. ^_^

Asrama Putra STTJ, Dempo 14, Jakarta
10:13
29 Mei 2006
DAY 8063