Kasih terhadap saudara menurut Surat-surat Yohanes merupakan topik untuk makalah akhir mata kuliah Teologi Perjanjian Baru yang aku ikuti semester ini. Setelah tugas itu diberikan, aku memang sering memikirkan apa yang akan aku tulis di dalam makalah itu. Dalam bayanganku, aku akan menulis ‘apa arti kasih menurut surat-surat Yohanes’, ’siapakah saudara yang dimaksud di dalam surat-surat Yohanes’, ‘lalu bagaimanakah kasih terhadap saudara itu’.
Dalam memikirkan untuk membuat makalah itu, aku membaca beberapa buku. Salah satu yang paling aku pikir penting adalah siapakah saudara yang dimaksud dalam surat-surat Yohanes.
kasih yang dipercakapkan Yohanes adalah sikap seseorang kepada saudaranya, yaitu kepada tetangga sebelah kita(?), seesorang yang berada di samping tempat ia hidup dan bekerja, seseorang yang dengannya ia menjalin kontak setiap hari. Terdapat sejenis sikap Kristen yang dengan bersemangat mengkhotbahkan kasih kepada orang-orang di negeri lain, tetapi tidak pernah mengupayakan persekutuan dengan tetangga di sebelah pintu rumahnya atau paling tidak berusaha untuk hidup dalam damai dengan mereka di dalam suatu lingkungan kekeluargaan sendiri.
-William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap Hari Surat-Surat Yohanes dan Surat Yudas (Jakarta: Gunung Mulia, 1990), 76-77.
Teks ini langsung mengingatkanku kepada sebuah tulisan yang pernah aku baca di kungfugrippe.com. Penulis website itu mengkritik tentang sebuah cara kepedulian terhadap orang lain di belahan dunia lain dengan cara yang dalam penafsiranku menurutnya agak aneh.
For anyone who thinks a hashtag campaign or a goddamned ribbon helps “raise awareness” for anything more than our own bloated and self-involved sense of self, get over yourself.
Hampir sama dengan tafsiran terhadap surat-surat Yohanes, penulis kungfugrippe.com lebih memilih untuk mengasihi saudara yang terlihat, yang dapat dijangkau.
But, if you believe for one minute that publicly agreeing with an echo chamber is changing anyone’s mind, behavior, or outlook, you need to stand up, locate your disused front door, walk the f**k through it, and then go spend a full (unwired) day doing something to actually help another person.
Tulisan inilah yang mempengaruhiku untuk tidak terlalu ikut ambil pusing dengan permasalahan Prita. Beberapa waktu yang lalu aku memang ikut dalam sebuah gerakan yang dibuat oleh RED, sebuah perusahaan yang memiliki perhatian terhadap permasalahan HIV/AIDS di Afrika, dengan membuat foto profile Facebook-ku dengan foto dari grup mereka. Selain itu aku juga membuat theme halaman Twitterku dengan sebuah theme yang didesain oleh @JOINRED. Setelah membaca tulisan itu, aku juga akhirnya memutuskan untuk menggantinya.
Kasih terhadap saudara. Hmmm… Makalah itu harus dibuat minimal 7 halaman dan aku belum tahu membuat apa selain yang telah aku tuliskan di atas.
Abednego Residence
11 Desember 2009
18:09
as posted previously here
No comments:
Post a Comment