Cerita ini tentang kejadian di KRL Ciujung, Sabtu (26/12) yang lalu.
KRL Ciujung adalah kereta AC Ekonomi Serpong-Tanah Abang. Aku naik kereta ini dari Stasiun Pondok Ranji dengan tujuan Stasiun Tanah Abang. Aku naik dari Stasiun Pondok Ranji pada pukul 9.20. Tentu aku berdiri karena pada jam seperti itu memang penumpangnya padat.
Keretaku, aku sebut demikian, berhenti di Stasiun Kebayoran. Para penumpang banyak yang turun. Beberapa waktu sebelum pintu keretaku tertutup, seorang kondektur tiba-tiba bergerak cepat ke arah pintu di dekat aku berdiri dari pintu yang satu lagi. Dia berhasil menahan pintu untuk tetap terbuka sementara pintu yang lain sudah tertutup. Dan kemudian dia memerintahkan seorang bapak tua yang membawa karung plastik yang berdiri di dekat pintu untuk segera turun. "Pak.. Cepat turun, Pak!" Aku melihat bapak tua itu sudah hendak menuruti perintah kondektur itu. Hanya saja dia sepertinya ragu karena kereta sudah mulai bergerak. "Cepat, Pak. Lompat!" perintah kondektur itu sambil tetap menahan pintu kereta. Melihat keretaku yang sudah mulai melaju kencang tetapi bapak tua itu tidak melompat juga, dan juga mungkin mendengar reaksi penumpang keretaku, dia kemudian memberi perintah baru, "jangan, Pak!" Setelah bapak tua itu kembali berdiri, dia lalu membiarkan pintu keretaku tertutup. Dia lalu pergi ke gerbong lain melanjutkan pekerjaannya memeriksa karcis para penumpang keretaku. Seketika itu aku hampir meneteskan air mataku. Bapak tua itu hampir saja melompat dari keretaku yang sudah melaju hanya karena kondektur memintanya. Aku langsung berpikir, "sial! Ini pasti ada hubungannya dengan keretaku yang tidak untuk orang miskin."
Keretaku terus bergerak ke arah Stasiun Tanah Abang. Mendekati Stasiun Palmerah, satu stasiun sebelum Stasiun Tanah Abang, kondektur tadi bersama seorang temannya sesama kondektur datang lagi ke arahku, ke pintu di mana bapak tua itu masih berdiri. Tak lama kemudian keretaku berhenti di Stasiun Palmerah. Pintu terbuka. "Pak, turun, Pak!" Bapak tua itu kemudian turun. "Gak ada PKD lagi..." ucap kondektur itu pada temannya.
"Memang kenapa, Mas?" tanyaku pada kondektur itu ketika melewatiku. "Tak punya karcis, Pak. Udah sering dia begitu. Udah sering saya bilangin kalau mau naik, naik yang kereta ekonomi, jangan yang AC. Tapi tetap aja dia naik yang ini," jelasnya. "Oh..," ucapku lalu dia bergerak meninggalkanku.
Kejadian itu membuatku bertanya, salah siapa? Salah bapak tua itu, atau salah kondektur itu, atau salah keretaku?
Eydro's Residence
29 Desember 2009
00:09
KRL Ciujung adalah kereta AC Ekonomi Serpong-Tanah Abang. Aku naik kereta ini dari Stasiun Pondok Ranji dengan tujuan Stasiun Tanah Abang. Aku naik dari Stasiun Pondok Ranji pada pukul 9.20. Tentu aku berdiri karena pada jam seperti itu memang penumpangnya padat.
Keretaku, aku sebut demikian, berhenti di Stasiun Kebayoran. Para penumpang banyak yang turun. Beberapa waktu sebelum pintu keretaku tertutup, seorang kondektur tiba-tiba bergerak cepat ke arah pintu di dekat aku berdiri dari pintu yang satu lagi. Dia berhasil menahan pintu untuk tetap terbuka sementara pintu yang lain sudah tertutup. Dan kemudian dia memerintahkan seorang bapak tua yang membawa karung plastik yang berdiri di dekat pintu untuk segera turun. "Pak.. Cepat turun, Pak!" Aku melihat bapak tua itu sudah hendak menuruti perintah kondektur itu. Hanya saja dia sepertinya ragu karena kereta sudah mulai bergerak. "Cepat, Pak. Lompat!" perintah kondektur itu sambil tetap menahan pintu kereta. Melihat keretaku yang sudah mulai melaju kencang tetapi bapak tua itu tidak melompat juga, dan juga mungkin mendengar reaksi penumpang keretaku, dia kemudian memberi perintah baru, "jangan, Pak!" Setelah bapak tua itu kembali berdiri, dia lalu membiarkan pintu keretaku tertutup. Dia lalu pergi ke gerbong lain melanjutkan pekerjaannya memeriksa karcis para penumpang keretaku. Seketika itu aku hampir meneteskan air mataku. Bapak tua itu hampir saja melompat dari keretaku yang sudah melaju hanya karena kondektur memintanya. Aku langsung berpikir, "sial! Ini pasti ada hubungannya dengan keretaku yang tidak untuk orang miskin."
Keretaku terus bergerak ke arah Stasiun Tanah Abang. Mendekati Stasiun Palmerah, satu stasiun sebelum Stasiun Tanah Abang, kondektur tadi bersama seorang temannya sesama kondektur datang lagi ke arahku, ke pintu di mana bapak tua itu masih berdiri. Tak lama kemudian keretaku berhenti di Stasiun Palmerah. Pintu terbuka. "Pak, turun, Pak!" Bapak tua itu kemudian turun. "Gak ada PKD lagi..." ucap kondektur itu pada temannya.
"Memang kenapa, Mas?" tanyaku pada kondektur itu ketika melewatiku. "Tak punya karcis, Pak. Udah sering dia begitu. Udah sering saya bilangin kalau mau naik, naik yang kereta ekonomi, jangan yang AC. Tapi tetap aja dia naik yang ini," jelasnya. "Oh..," ucapku lalu dia bergerak meninggalkanku.
Kejadian itu membuatku bertanya, salah siapa? Salah bapak tua itu, atau salah kondektur itu, atau salah keretaku?
Eydro's Residence
29 Desember 2009
00:09
No comments:
Post a Comment