Pages

Tuesday, June 27, 2006

Situasi Kamar Gue

Sejauh mata memandang, seluruh kamar gue sudah diisi oleh barang-barang gue. Hanya saja kata yang paling tepat untuk menggambarkan kamar gue adalah "berantakan".

Gue sendiri bingung gimana caranya gue akan membereskan kamar gue ini. Baiklah gue mulai menggambarkan keadaan kamar gue -- sepandai yang gue bisa.

Jika loe berkesempatan berkunjung ke kontrakan kami, maka kamar gue adalah kamar yang terletak di lantai dua, tepat dekat dengan tangga. Begitu tiba di lantai dua, loe udah bisa ngeliat kamar gue terbuka. Gue memang membiarkan kamar gue terus terbuka karena gak akan ada yang minat masuk ke kamar gue selain gue sendiri.

Belum tiba di pintu kamar gue, loe udah ngeliat sebuah radio terletak tepat dekat pintu. Kalo tertarik untuk melihat kamar gue, loe akan terkejut melihat mouse komputer gue terletak next after the radio. Loe akan disambut oleh sebuah komputer Pentium 4 milik gue begitu loe menginjakkan kaki di dekat pintu kamar. Sekarang ini aja gue lagi ngetik tepat di dekat pintu dan menghalangi orang masuk ke kamar gue. Alasan gue naro komputer gue dekat pintu adalah supaya gue bisa ngetik atau ngerjain sesuatu di komputer gue sementara pertandingan Piala Dunia 2006 bisa gue tonton langsung dari tempat gue duduk sekarang.

Nah, sekarang gambaran mengenai kamar gue akan gue lanjutkan dengan gambaran dari posisi gue duduk di depan komputer gue, sambil mendengarkan lagu dari Winamp 5.11 gue.

Kabel-kabel berseliweran dekat komputer gue. Kabel mouse, kabel USB, kabel keyboard, kabel power untuk radio, kabel speaker, kabel printer, dan juga kabel charger.

Plastik-plastik terletak di sini dan di sana. Plastik-plastiknya ada yang gak berisi apapun dan ada juga yang berisi. Di depan pandangan gue, ada plastik berisi sepasang sepatu berwarna coklat, plastik berisi kaos kaki kotor --masih tetap di dalam plastik itu sejak pindah awal Juni lalu dari asrama, dan plastik berisi obat-obatan. Di arah jam sembilan gue duduk sekarang, ada sebuah plastik berisi sampah. Di arah jam sebelas, ada dua buah plastik berisi barang-barang pindahan dari asrama yang juga belum gue sentuh isinya.

Kotak-kotak juga memenuhi kamar gue. Baru aja gue mengangkat kotak berisi kertas-kertas penting dan gak penting milik gue dan meletakkannya di belakang monitor komputer gue ngetik ini. Ada juga kotak berisi buku-buku gue. Nah, ini dia kotak gue yang isinya cukup mahal kalau dihitung nilainya. Kotak ini berisi majalah-majalah yang gue beli selama setahun ini. Mungkin satu saat akan aku hitung berapa pengeluaran gue untuk majalah-majalah gak penting itu. Oiya, di sebelah gue juga ada kotak yang tadi baru gue buka. Isinya handuk-handuk kotor gue, sprei kotor, dan celana-celana pendek gue yang sekarang udah gue rendam untuk dicuci besok pagi.

Kasur gue sebenarnya belum ada. Teman gue aja yang berbaik hati memberikan kasurnya ke gue untuk tempat gue meletakkan badan gue setiap malam. Nah, kasur tipis itu sekarang dipenuhi oleh pakaian-pakaian gue yang baru gue cuci Sabtu lalu, juga ada buku-buku gak penting yang sering gue bawa beberapa waktu lalu di tas gue, dan dua bungkus Indomie di dalam plastik belanjaan dari Giant.

Ada enam tas terletak di lantai di kamar gue. Dua tas besar tempat pakaian-pakaian dan kain-kain gue waktu pindahan -- dua-duanya masih berisi karena lemari gue belum ada, satu tas ransel yang Minggu lalu gue pake untuk tempat barang belanjaan gue dari Giant di Plaza Semanggi, satu tas ransel rusak tempat barang-barang kecil gue waktu pindahan, satu tas sandang yang hari ini gue pake ke kampus -- baru saja dibalikin teman gue setelah 3 minggu keluar dari asrama, satu tas sandang bercorak militer --hadiah dari majalah Cosmopolitan Men, dan satu tas sandang yang dikasi kakak gue --hadiah dari Maybelline (?).

Gue juga punya dua tempat pakaian. Itu lho, tempat pakaian yang sering dijual di bus-bus itu. Gue buat yang satu untuk tempat pakaian bersih dan satunya lagi untuk tempat pakaian kotor. Fortunately, isi pakaian di tempat pakaian bersih gue lebih banyak dibanding  di tempat pakaian kotor gue. Hanya saja pakaian bersih itu tidak layak langsung pakai. Belum disetrika, euy.

Sektor paling parah di kamar gue adalah sektor yang berada di arah jam sebelas gue duduk ngetik ini sekarang. Banyak sekali barang-barang dan benda-benda (apa bedanya barang ama benda?) kecil yang jumlahnya ratusan. Berapa banyak? Ratusan. Lebih... Karena banyaknya gak akan semuanya bisa disebutkan ataupun dituliskan di sini. Tetapi mari gue coba membuat daftarnya: tempat kacamata gue, kotak tempat tinta stamp-pad; dua kotak tempat celana dalam berisi struk-struk belanja, struk atm, dan struk-struk lainnya; pembolong kertas; dua gulungan benang, hitam dan putih; gunting, panjang dan pendek; tempat pulpen; kartu telepon SingTel, nemu di jalan; kartu Joker, punya teman gue; beberapa notebook, di antaranya notebook dari Plaza Semanggi dan dari majalah M2; buku-buku Saat Teduh; Energen Cereal rasa Kacang Hijau; starter=kit Telkomsel simpati; kartu ucapan selamat ulang tahun; cutter; dua earphone milik gue; tissue Tessa yang masih belum gue buka; dua lembar uang seribu rupiah; double-tape yang masih di dalam plastiknya; botol Aqua 1,5 liter; kamus, Hasta dan oxford; tumbler dari Hoka-hoka Bento; Reader's Digest Indonesia edisi Agustus 2005-April 2006, Reader's Digest Asia, Reader's Digest (USA) edisi tahun 1984; buku tahunan SMUNSA 2002 milik temang gue Marettha, gue gak tahu kapan akan gue balikin ke dia; lipgloss, gak tahu milik siapa, ada di gue setelah malam gembira Dies Natalis kampus gue tahun lalu; Redoxon; Gilette Vector; lem; CD buku English for Theology milik Rael yang belum gue balikin;stamp-pad; tempat stationery berisi uang receh; and so on.

Terus ada dua printer di kamar gue. Satu adalah milik Daniel Manalu, senior gue: Canon S1000SP. Satu lagi milik Hans: HP PSC1410.

Gimana? Apakah gue berhasil memberi gambaran betapa berantakannya kamar gue? Menurut gue sih kurang berhasil, atau bahkan tidak berhasil. Sama seperti gue gak berhasil membereskan kamar gue.

Kata Putri, teman gue yang udah pernah ngeliat betapa berantakannya kamar gue -- walau sekarang lebih berantakan dari waktu dia ngeliat kamar gue--, gue butuh seorang cewek, untuk memperhatikan gue dan juga untuk membereskan kamar gue. Nah, pertanyaannya adalah apa ada cewek yang mau ama gue apalagi melihat betapa berantakannya kamar gue. Memangnya dia mau jadi pembantu untuk beresin kamar gue.

Nah, kakak gue Sabtu lalu nelepon dan bilang ke gue kalau dia disuruh oleh bos dari Medan -- selain orang Medan silahkan gak ngerti maksudnya-- untuk melihat kamar gue dan membereskannya kalau berantakan. Gue ngeles deh kalau gue mau ke tempat dosen gue untuk ngejaga rumahnya selama seminggu dan dia gue suruh untuk datang Sabtu ini aja. Memang sih gue seharusnya sudah bersama teman gue saat ini di rumah dosen Teori Musik Dasar gue itu yang sekeluarga pergi berlibur. Tetapi karena maksud kedatangan kakak gue Sabtu ini, selama seminggu ini gue mau mencoba membereskan kamar gue semampu gue. Sayangnya hasilnya malah tambah berantakan.

Gue butuh pegangan nih. (Gue bingung gimana mo ngeberesin kamar gue.)

Kalasan Dalam 44B, Jakarta
21:26
27 Juni 2006
DAY-8092

Monday, June 26, 2006

The Da Vinci Code Seminar Report

The Da Vinci Code Seminar Report

There was a seminar about The Da Vinci Code last Saturday
(ini sudah salah. seminarnya hari Jumat). The seminar was held in our school’s hall. The seminar was started right about 9 am that morning. The seminar was opened by Bang Martin. Then Ms. Sylvana Ranti-Apituley was the one who spoke to explain why the seminar was held. She said that the seminar was held because the appearance of The Da Vinci Code movie. The novel has been distributed in Indonesia since 2 years ago, but she said that Indonesian reader seldom read that book because it’s thickness. So, the widespread of The Da Vinci Code and it’s controversy is easier and greater by the movie, even the one who has read the novel said that the movie is as good as it’s novel.

The moderator of the seminar was Mr.Trisno Sutanto. His face just looks like Mr.Rasid Rahman, our Liturgika lecturer. He then introduced the speakers of the seminar. They are Romo Mardi Atmaja, Rainy Hutabarat, and Dr.Ioanes Rakhmat. Romo Atmaja was appointed to represent the Catholics view, but Romo said that he didn’t want to represent the Catholics. He was just represents himself. Rainy Hutabarat represents the feminist view, and Dr.Ioanes Rakhmat represents the New Testament view.

In Romo’s view, TDVC is just a novel. It’s a belief, but it is not a faith expression. He also said that it doesn’t need to have an emotional reaction to TDVC, because the Catholics never respond TDVC seriously, but the Opus Dei. He also said if you want to take it seriously, it’s up to you.

In Hutabarat’s view, the novel TDVC was not written in the feminist view. The novel just tells about the sensitive thing in Christianity history and also the exclusion of the woman in the church history.

In Ioanes Rakhmat’s view, there is a lot of mistakes that Dan Brown, the author of TDVC, using the source. The mistake that the author made is about the interpretation of Gospel of Maria. The author also made mistake in the church history. Dan Brown said that Jesus was said as God was decided in a convention, but the truth is the faith stance about Jesus was established since the first century.

For me the seminar is a kind of enlighten for my mind. I’m not read the novel neither watch the movie yet. So, the seminar is useful for me if sometime I’ll read the book.

The seminar ends at about 12 o’clock.

Created on 6/20/2006 6:28:00 AM
------------------------------------------------------------------------------------------
Ingin mencoba kepandaian Anda dalam berbahasa-Inggris? Cari kata, frasa, ataupun kalimat yang salah, fragment, atau kurang efektif dari tulisan di atas!

Gue Dapat Gelar Doktor Teologi?


Jangan pernah percaya kalau saya mendapat Doktor Teologi. Foto yang ada di samping ini pun hanyalah bohongan belaka. Tidak diedit kok. Hanya saja gue kebetulan bisa dapat stola(?) D.Th sewaktu mau difoto fotografer wisuda STTJ tanggal 10 Juni lalu.

Walaupun fake, jarang-jarang lho ada orang bisa kayak gue.

(Also) My Mourning Day

Membaca tulisan kakak gue berjudul June 26, 1999 -- My mourning day.. di blognya di Friendster -gue post di sini juga- sebenarnya cukup untuk membuat gue menangis. Tetapi gue gak menangis. Hanya saja mata gue bisa basah kalau baca ulang tulisan itu lagi.

Tulisannya memang sederhana, seperti puisi. Hanya saja, kalau Anda -yang mungkin membaca ini- adalah saudara kandung kakak gue juga, Anda pasti merasakan yang sama dengan gue dan juga kakak gue.

26 Juni 1999. Hari itu.. Gue masih ingat gue gak nangis waktu Bapak gue gak bernyawa lagi. Dia dibawa keluar dari ruang ICU dengan kain putih menutupi tubuhnya. Yang gue tahu, dia gak akan pernah kembali.

Kakakku? Dia masih di jalan sewaktu Bapak menghembuskan nafas terakhirnya. Gue sendiri sebenarnya gak melihat Bapak gue melakukan hembusan nafas terakhirnya. Tapi, hari itu memang merupakan hari yang sangat mendukakan hati bagi kakak gue. Lebih berduka dari gue...........

*!@)(#*)$*(*&$*&@^#&$%&@#^%$(*&%?":}{\= (gue susah ceritainnya... tapi gue kangen banget ama Bapak gue)



It's been 7 years. But, we still miss you, Dad.

Proklamasi, Jakarta
17:15
26 Mei 2006
DAY-8091

Bye-Bye Label Kuning?

Hari ini gue bangun tidak seperti biasanya. Inilah yang pertama kali dalam selang waktu setelah keluar dari asrama dan tinggal di kontrakan, gue bangun lebih awal. Tadi gue bangun sekitar 5:45. Wah, sebuah peningkatan pikirku. Tetapi tidak juga. Gue bisa bangun sepagi tadi pagi karena kemarin malam aku memutuskan untuk tidur saja ketika jam di hapeku masih menunjukkan waktu sekitar pukul 12 malam. Memang sih gue tidak langsung tidur. Tetapi tadi malam adalah malam pertama dalam minggu ini gue tidak bergadang. padahal hari ini kan hari Sabtu, tidak ada yang perlu dilakukan di pagi hari. Bahkan kalau mau tidur seharian penuh tidak akan ada yang melarang.

Pagi ini gue juga langsung turun dari kamar gue yang letaknya di lantai dua ke lantai satu. Gue tiduran di sofa yang terletak di ruang tamu kontrakan kami. Sejenak berpikir mau pergi dari kontrakan dengan mengendarai sepeda, menikmati pagi kota Jakarta di hari Sabtu, hari Sabtu di Jakarta pasti tidak seramai hari-hari biasanya. Udaranya bisa jadi lebih segar dari hari-hari sebelumnya. Hanya saja gue tidak jadi melaksanakan niatku itu. Gue pikir gue juga harus membersihkan pakaian-pakaian kotor gue yang sudah bertumpuk dan gue bahkan gak punya baju lagi untuk dipakai. Makanya kemarin malam aku tidur tidak memakai apapun untuk menutupi punggung dan perutku. Makanya sekarang gue merasa agak masuk angin.

Karena tidak jadi, gue pun malah kurang kerjaan menelepon si Label Kuning dengan nomor Telkomsel milikku. Gue kemarin malam memang ada mencoba menelepon dia, gak ding.. sebenarnya gue cuma mau miscall doang. Eh, telepon yang aku coba pagi ini ternyata masuk. Dengan begitu gue bisa mengambil kesimpulan kalau dia sudah bangun. Eh, tiba-tiba dia juga miscall gue balik. Aku pun mengirim sms bertanya kalau dia bangun sepagi itu pasti untuk saat teduh. Gue bilang ke dia juga untuk titip salam dalam doa. Dia pun langsung membalas. Dia menanyakan siapa gue, kemarin malam ada mencoba menelepon dia gak, dan dia juga mengatakan kalau dia sedang dalam perjalan menuju cipanas untuk KKRJB. Memang dia gak tahu dong siapa gue, kan gue pake nomor yang lain. Terus dia tanya kenapa gue titip doa. Dia juga membuat kalimat di smsnya "Makanya sate sendiri dong!"

Gue pun membalas smsnya. Gue bilang kalau gue bilang siapa gue dia juga kemungkinan gak kenal. Padahal kan dia kenal ama gue. Hanya saja kalau aku mengirim sms lewat nomor asli gue, dia pasti merasa tidak kenal sama gue, makanya tidak pernah lagi dia balas. Terus aku bilang kalau aku nitip doa karena gue juga uda jarang berdoa. Sate? Sepertinya tidak berarti lagi buat saya. Hah? Aku juga tanya apa itu KKRJB.

Nah, sampai tulisan kasar ini gue buat, gue gak dapat lagi sms balasan dari dia. Gue yakin sih dia gak bakalan ngebales sms terakhir yang gue kirim tadi. Dia hanya mencoba untuk tahu siapa sih yang iseng ke dia. Kalaupun dia mau tahu siapa orang yang ngisengin dia, dia pasti hanya akan bertanya sekali. Jika tidak dijawab, dia tidak akan merespon apapun sms yang dikirim ke dia dari nomor yang sama.

Sayang, dia ternyata kurang cerdas. Dulu gue sebenarnya udah pernah ngisengin dia pake nomor telkomsel gue ini. Dan gue gak kasi tahu nama gue juga sih. Mungkin dia udah ngehapus nomor gue ini, makanya waktu gue ngisegnin lagi, dia masih nanya "siapa nih?"

For sure, gue gak akan pernah ngirim sms ke dia lagi menggunakan nomor hape gue yang dia tahu. Walaupun dia bulan Juli ini akan ulang tahun, gue gak akan kirim sms ke dia. bahkan email juga gak akan ada lagi yang akan kukirim ke dia. Sepertinya nama dia di daftar friend di Friendster juga akan gue hapus. Kalau perlu gue block deh user dia. Cara ini hanyalah salah satu cara buat gue untuk tidak mencarinya atau mencoba untuk menghubungi dia lagi. Karena memang hanya seperti pekerjaan sia-sia belaka. Buat apa gue ngirim email panjang yang berisi curahan hati gue dan dia juga janji mau ngebales email itu, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan balas email gue itu.

Oiya, aku pikir gue sudah cukup dengan dia. Makanya kemarin waktu pengumuman DO apa gak di kampus gue, gue kirim sms ke dia pake nomor primer gue bahwa gue di-DO. Bahkan berita seperti itu tidak mendapatkan tanggapan dari dia, walaupun berita itu bohong, berarti dia bakalan tetap tidak akan memberikan tanggapan apa-apa jika saja berita itu benar. Right? Berita bohong itu jugalah yang menjadikanku mengambil keputusan untuk tidak mengirim sms lagi ke dia, tidak juga mengirim email, tidak juga mengirim blog entry gue. Enough of her.

Bye-bye Label Kuning.

Kalasan Dalam 44B, Jakarta
6:54
24 Juni 2006
DAY-8089

"My Mourning Day" by My Sister


June 26, 1999 -- My mourning day...





It was the date that I've ever hate for...
It was the date that I've ever regret for...
It was the date that I've ever missing for...
It was the date that I've ever dying for...

My mind still picture every seconds count what happened then...
My heart still suffer every pieces of hurts...
My eyes still sense each tears falls down...
My lips still feel the last kiss on your hair...

Saturday, June 26, 1999
my mourning day...
my grieve...
"I love you, Pa and I'll miss you..."

Monday, June 26, 2006
still in this mourning and grieving...
"I still love and miss you, Pa..."
I always will...

-your one and only daughter-
WITHRI SARAGIH


Withri Saragih is my only sister. She is now working as an apprentice in Public Accountant Office in Kuningan.
taken from http://withrisaragih.blogs.friendster.com/my_blog/2006/06/june_26_1999_my.html




Tuesday, June 20, 2006

Dari Balik Kawat


Sebenarnya gue gak gitu tahu apakah gedung itu memang Gedung Perpustakaan Nasional. Seingat gue sih waktu gue foto gedung itu, gedung itu sedang dibersihkan bagian dinding yang menghadap kamera gue.

Gue ngambil foto-foto ini dari kamar teman gue. Kamar teman gue ini terletak di lantai dua di tempat tinggal kami (kami sebut sebagai kontrakan) yang terletak di daerah Kalasan Dalam. Kontrakan kami ini (sepertinya) tepat berada di belakang kantor KontraS, kantor almarhum Munir dulu.

Kalau ditanya ide apa, seperti di majalah Snap yang gue beli dua minggu lalu, maka gue gak tahu. Gue sebenarnya cuma coba-coba mengambil foto di seputar kontrakan kami. Maklum, baru keluar dari asrama dan menikmati kebebasan seperti anak kos-kosan umumnya. Gue mengambil foto hampir di setiap sudut kontrakan kami. Tapi pada akhirnya, setelah semua foto dilihat kembali di komputer, ada foto-foto yang sepertinya dibuat sengaja untuk satu tema. Gue pun akhirnya memutuskan kalau foto-foto yang ada di album ini adalah foto-foto dengan tema: Dari Balik Kawat.

Kamera yang gue gunakan adalah kamera digital Fujifilm FinePix 410. Kamera itu bukanlah milik gue, melainkan milik kampus gue. Ceritanya gue jadi anggota Panita Wisuda STTJ 2006. Gue ditunjuk jadi anggota Seksi Dokumentasi. Gue pun meminjam kamera itu sehari sebelum hari H (wisuda STTJ maksud gue) dengan alasan mau mencoba supaya ngerti makenya. Tapi jadinya gitu deh. Di kontrakan gue, gue fotoin aja semuanya. Dan ini adalah beberapa hasil jepretan gue yang gak penting banget sebenarnya untuk difoto.

^_^